Jelang Arsenal vs Manchester City pada lanjutan Liga Inggris,, Pep Guardiola dikabarkan akan meninggalkan Stadion Etihad akhir musim ini dan posisinya digantikan Mauricio Pochettino.
Rumor Guardiola meninggalkan Man City muncul setelah Daily Mail mengetahui ada klausul kontrak yang menyebutkan pelatih asal Spanyol itu bisa meninggalkan The Citizens satu musim sebelum kontraknya habis.
Guardiola bisa meninggalkan Man City akhir musim ini jika manajemen klub merasa puas dengan kinerja mantan pelatih Barcelona dan Bayern Munchen itu. Manajemen Man City pun dikabarkan berada dalam dua pilihan.
Manajemen Man City masih menginginkan Guardiola menghabiskan kontrak hingga dua musim kedepan, meski Sergio Aguero dan kawan-kawan dalam posisi sulit di Liga Inggris karena tertinggal empat belas poin dari Liverpool di puncak klasemen.
Namun, sebagian petinggi klub juga dikabarkan tertarik menggunakan jasa Pochettino.
Direktur Eksekutif Man City Ferran Soriano dan Direktur Sepak Bola Txiki Begiristain, yang merupakan mantan bos di Barcelona, merupakan pengagum Pochettino ketika pelatih asal Argentina itu menjadi arsitek Espanyol
Man City bukan satu-satunya klub Premier League yang mengincar tanda tangan Pochettino. Mantan pelatih Tottenham Hotspur itu juga masuk radar tiga klub besar, Arsenal, Manchester United, dan Everton.
Guardiola sendiri sebelumnya sempat tertarik memperpanjang kontrak dengan Man City. Tapi, kondisi tim yang mulai tidak kondusif menyusul kekalahan dari MU membuat Guardiola mulai berpikir kembali mengenai rencana bertahan di Man City.
“Saya terbuka dengan kontrak baru. Tapi, ini bukan hanya mengenai apa yang diinginkan klub. Buat saya, saya ingin melihat reaksi pemain. Tidak bisa semudah saya ingin memperpanjang kontrak. Saya ingin melihat reaksi klub, pemain, dan melihat apakah semua masih bisa bekerja sama,” ujar Guardiola.
Setelah dikalahkan MU, akhir pekan lalu, Man City harus menghadapi Arsenal di Stadion Emirates
Ya, laju Manchester City hingga pekan ini di Liga Inggris tak semulus musim-musim sebelumnya. Skuat asuhan Pep Guardiola itu sudah tiga kali tersandung karena masalah konsistensi.
Kekalahan paling anyar diderita Man City saat takluk dari Liverpool di Stadion Anfield, akhir pekan lalu. Dominan menguasai bola, The Citizens tidak cukup tajam soal penyelesaian akhir.
Alhasil tiga gol bisa disarangkan Liverpool melalui Fabinho, Mohamed Salah, dan Sadio Mane. Sedangkan Man City hanya sanggup membalas satu gol melalui sumbangsih Bernardo Silva.
Kekalahan dari Liverpool jadi yang ketiga diderita Man City
Rapor ini terbilang buruk untuk Man City jika mengacu torehan musim lalu. Di periode yang sama, Sergio Aguero dkk belum tersentuh kekalahan.
Hasil negatif baru dialami Man City saat Liga Inggris memasuki bulan Desember. Tiga kekalahan diderita sang juara bertahan Liga Inggris dari Chelsea, Crystal Palace, dan Leicester City.
Di musim tersebut, Man City mengakhiri musim dengan empat kali kalah. Pasukan Guardiola musim ini hanya berjarak satu kekalahan dari musim lalu dengan Liga Inggris yang masih berjalan hingga Mei tahun depan
Seusai kekalahan dari Liverpool, media-media di Inggris ramai memberitakan rencana transfer klub milik Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyam. Bahkan Daily Mail melansir bahwa manajemen menyiapkan dana seratus juta Poundsterling agar Guardiola bisa belanja pemain baru.
Dana yang tergolong kecil itu bakal digunakan untuk mencari suksesor Vincent Kompany, pengganti David Silva yang akan pergi akhir musim nanti, dan penerus Sergio Aguero yang kian menua.
Problem terbesar Man City sebenarnya ada di lini belakang. Bek termahal Man City, Aymeric Laporte absen hingga awal tahun depan karena cedera lutut parah.
Cedera Laporte membuat Guardiola terpaksa menempatkan Fernandinho sebagai bek tengah darurat. Sedangkan di sektor bek kiri, Benjamin Mendy sulit bugar sepanjang musim.
Pilihan makin minim karena Oleksandr Zinchenko harus menepi karena cedera. Oleh karena itu, opsi paling rasional adalah menurunkan Angelino yang sebenarnya jadi pilihan kesekian di sektor tersebut.
Jika menengok ke belakang, inkonsistensi Man City musim ini masuk akal, terutama mengacu pada rekam jejak Guardiola di musim terakhirnya bersama Barcelona.
Sepanjang karier sebagai manajer, Guardiola baru menukangi empat tim yaitu Barcelona B, Barcelona, Bayern Munchen, dan Man City. Dari empat tersebut, hanya Barcelona B dan Munchen yang tidak dilatih pria asal Spanyol sampai musim keempat.Guardiola jadi pelatih Barcelona
Tiga musim pertama di Barcelona, Guardiola mencatat sukses besar. Tiga gelar Liga Spanyol dan dua gelar Liga Champions berhasil diberikan untuk Blaugrana.
Namun, tangan dingin Guardiola seperti tak lagi bertuah memasuki musim keempat. Di Liga Spanyol, Barcelona hanya finis kedua karena kalah bersaing dengan rival abadi, Real Madrid.
Di Liga Champions musim yang sama, langkah Barcelona terhenti di babak semifinal. Praktis satu-satunya trofi yang bisa diraih Guardiola pada musim terakhirnya bersama Barcelona hanya gelar Piala Raja.
Mengacu salah satu bagian dari buku yang ditulis oleh Marti Perarnau berjudul ‘Pep Confindetial” terungkap alasan Guardiola meninggalkan Barcelona
“Pada hari saya melihat cahaya padam di mata para pemain, saya tahu ini waktunya untuk pergi”. Kalimat yang mengindikasikan hilangnya rasa lapar gelar para pemain Barcelona.
Catatan buruk Guardiola di Barcelona itu berpotensi besar terulang di Man City musim ini. Setelah memenangi persaingan dengan Liverpool dalam perburuan Liga Inggris musim lalu, pasukan Guardiola justru terancam jadi pecundang.
Selain Liverpool begitu konsisten di awal musim ini, Man City hanya menempati posisi keempat Liga Inggris. Rival sekota Manchester United itu berada di bawah Chelsea dan Leicester City serta terpaut sembilan poin dari Liverpool.
Liga Inggris musim ini memang masih panjang namun Man City dituntut bekerja lebih keras untuk mengikis jarak poin sembari berharap Liverpool kehilangan poin di momen krusial seperti musim lalu. Tetapi jika akhirnya hal itu tidak bisa dilakukan, kutukan musim keempat sepertinya memang belum lepas dari Guardiola.