Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar sepak bola?
Mungkin warna biru dan putih Argentina atau kuning Brasil? Tetapi bagaimana dengan negara gurun Arab Saudi?
Yang kita tahu bahwa Arab Saudi kaya dengan minyak, punya banyak uang. Dan kini Arab Saudi mulai dikenal dengan sepak bola.
Saudi Pro League kini tengah menjadi pembicaraan. Mereka baru saja menandatangani dan membeli nama-nama besar. Yang terbaru adalah bintang Brasil, Neymar. Dia akan bermain untuk klub Al-Hilal pada Liga Saudi.
Tebak berapa bayaran yang akan didapatkannya? Seratus juta dollar per tahun.
Keinginan Arab Saudi untuk mendominasi sepak bola telah meluncurkan kesepakatan yang sulit ditolak oleh banyak pemain. Mari kita lihat seperti apa daftar pemain di sana.
Nama terbesar tentu saja Cristiano Ronaldo. Dia bermain untuk klub Al-Nassr. Kemudian menyusul nama-nama seperti Neymar, Karim Benzema, N’Golo Kante, Fabinho, Sadio Mane, Riyad Mahrez.
Semua ini adalah nama-nama terbesar dalam jagad sepakbola. Semuanya bermain di Arab Saudi sekarang.
Usia bukanlah masalah bagi arab saudi. Sebagian besar para pemain ini sudah melewati masa jayanya, tetapi Arab Saudi tidak keberatan dan mempermasalahkannya.
Fokus utama Saudi adalah untuk menarik perhatian dan popularitas. Kualitas bisa menyusul.
Arab Saudi hari ini memiliki pasar yang bagus untuk sepakbola. Sekitar 70 persen populasi Saudi berusia di bawah 35 tahun. Mereka masih muda dan menyukai sepakbola.
Belum lagi mereka juga kaya-raya. Mereka mampu membeli tiket yang mahal. Jadi secara finansial, kebangunan liga sepakbola di Saudi sangat logis.
Sepak bola adalah bagian dari visi dua ribu tiga puluh yang dicanangkan oleh putra mahkota
Dia ingin menggeser posisi kerajaan Arab Saudi jauh-jauh dari ketergantungan kepada bahan bakar fosil. Sepak bola bisa menjadi salah satu cara.
Dia juga telah memasang target. Pertama, meningkatkan nilai valuasi Liga Saudi hingga tiga kali lipat menjadi USD 2 miliar.
Dibandingkan nilai valuasi Liga Premier Inggris yang sudah mencapai tujuh belas miliar us dollar, tentu perjalanan masih panjang bagi Saudi.
Kedua adalah kualitas. Liga Saudi menempati urutan kelima puluh delapan dalam hal kualitas sepakbola. MBS ingin Saudi masuk ke-10 besar, tapi sekali lagi itu adalah jalan yang masih panjang.
Bagi Arab Saudi, ambisi sepak bola bukan semata-mata urusan finansial. Ia juga memuat kepentingan politis yang kental.
Orang-orang selama ini mengaitkan negara ini dengan tiga hal: padang pasir, minyak, dan catatan hak asasi manusia yang buruk. MBS ingin mengubah persepsi itu.
Dia ingin negaranya menjadi panggung global bukan hanya untuk olahraga tetapi untuk segalanya.
MBS ingin negaranya menjadi kawasan unggul bagi sepak bola, teknologi, diplomasi, dan hal-hal lain yang baik.
Sekarang mari kita fokus dulu pada rencana Arab Saudi menyangkut liga sepak bola. Pertanyaannya, bagaimana Arab Saudi akan menantang liga-liga Eropa yang sudah mapan? Ada tiga langkah yang sudah disiapkan.
Pertama, Saudi mendatangkan nama-nama besar dalam jagad sepak bola. Ini sedang dijalankan.
Tidak seperti di Eropa, Arab Saudi tidak memiliki batas berapa jumlah uang yang akan digelontorkan. Saudi ibarat lubang uang yang dasarnya tak kelihatan.
Klub-klub sepak bola di sana dapat membayar sebanyak yang mereka inginkan.
Hal yang sangat membantu bahwa empat klub terbesar dimiliki oleh sovereign wealth fund yang berarti uang keluarga kerajaan. Tentu saja ini membantu menghilangkan segala macam hambatan.
Lihatlah apa yang terjadi dengan Cristiano Ronaldo?
Dia punya pasangan yang belum dinikahinya sampai sekarang. Biasanya kening Saudi akan berkerut untuk perkara ini.
Anda tidak dapat tinggal bersama pasangan Anda di Saudi tanpa ikatan pernikahan, tetapi Ronaldo melakukannya. Kenapa bisa? Karena keluarga kerajaan membolehkannya.
Kedua adalah penguatan infrastruktur.
Pemain top membutuhkan fasilitas terbaik dan kelas dunia—gym, stadion, atau pelayanan.
Mereka membutuhkan yang terbaik untuk bisa bermain maksimal. Arab Saudi sedang membangun semuanya.
Sejak 2021 Arab Saudi telah menginvestasikan enam miliar dollar untuk infrastruktur olahraga.
Ini adalah jumlah fantastis. Tapi ingat bahwa sovereign fund milik kerajaan Saudi mengelola dana sejumlah tujuh ratus tujuh puluh enam miliar dollar
Enam miliar bukanlah jumlah besar bagi Saudi. Semua investasi ini menjadi bagian dari rencana besar Arab Saudi untuk menjadi tuan rumah piala dunia tujuh tahun mendatang.
Tidak seperti Qatar, Saudi setidaknya memiliki tim yang bagus. Saudi mengalahkan Argentina di Piala Dunia tahun lalu.
Ketiga, menciptakan daya tarik atau pesona. Orang tidak hanya datang ke Arab Saudi untuk menonton sepak bola.
Mereka perlu merasa aman dan disambut di sana. Lalu, bagaimana Saudi mewujudkannya? Yakni dengan mendorong pemain sepak bola melakukan peran yang tepat dan benar.
Lionel Messi adalah duta pariwisata Saudi. Ronaldo adalah duta besar yang efektif untuk Liga Saudi. Timnya memenangkan Arab Club Championship beberapa waktu lalu.
Bagaimana reaksi Ronaldo menyambut kemenangan ini?
Dia meminta pemilik klub turun ke lapangan dan berfoto bersama mereka. Seolah-olah dia memenangkan Liga Champions.
Itulah yang diinginkan Riyadh.
Kerajaan Arab Saudi sadar ada stigma bahwa orang-orang khawatir bepergian ke Arab Saudi.
Tanpa ada perubahan, Saudi tidak bisa menjadi kekuatan sepak bola. Terlepas apakah kita suka atau tidak, inilah ada dua sisi cerita menyangkut Saudi.
Arab Saudi hendak menjadikan sepak bola lebih mudah diakses oleh banyak orang.
Bayangkan bagaimana penggemar Ronaldo di Bangladesh atau Indonesia? Berapa banyak dari mereka yang bisa terbang ke Italia atau Spanyol untuk melihatnya bermain?
Sangat sedikit. Tapi bila pertandingannya berlangsung di Arab Saudi tentu lebih gampang diakses. Ini membawa sepak bola lebih dekat ke pasar terbesar di dunia, yakni Asia.
Sukar dibantah bahwa Arab Saudi adalah masyarakat tertutup dekat sedikit kebebasan dan hak asasi manusia. Jika kita berbicara tentang sepak bola mereka, sebenarnya kita tidak berbicara tentang hak-hak asasi di sana.
Ini disebut sports washing, menggunakan olahraga untuk menutupi masalah. China melakukannya, Qatar melakukannya dan Arab Saudi juga melakukannya sekarang.
Namun ada perbedaan. Tidak ada yang mau menghabiskan uang seperti Riyadh, dan mereka harus melakukannya. Untuk menantang liga sepak bola Eropa yang sudah puluhan tahun membutuhkan kantong besar.
Ia juga membutuhkan kesabaran. Liga Premier tidak dibangun dalam sehari, begitu juga Liga Saudi ke depan.