Bisakah harga emas mencapai Rp 600.000? Kenapa tidak! Itu kalau sekiranya “The Fed,” Bank Sentral Amerika Serikat memantap kebijakan penghentian stimulus plus penguatan dolar yang terus menerus.
Dengan dua arah yang ditempuh “The Fed” itu, investor pasti akan menabrak emas sebagai pilihan untuk berinvestasi ketimbang saham di pasar bursa yang gonjang ganjing.
Di pasar domestik saja harga emas yang merujuk pada perdagangan PT Aneka Tambang Tbk atau Antam, hari ini sudah bertengger di angka Rp 555.000 per gram. Angka ini diperoleh dari dari dua pekan pembukaan perdagangan usai Lebaran.
Pelompatan harga yang mencapai Rp 52 ribu untuk satu gramnya membuat gairah analis untuk memprediksinya. Bisakah mencapai level Rp 600.000 setiap gramnya?
Senior Analyst dan Corporate Trainer PT Millennium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono mengungkapkan kenaikan hingga Rp 11.000 per ram yang dilakukan Antam merupakan respon dari kenaikan spot emas internasional.
“Hari ini antam merespon kenaikan spot emas. Spot emas kemarin sudah menyentuh tertinggi US$ 1.423 per troy ounce. Kurs tengah rupiah BI juga masih melemah di Rp 10.883 per US$,” kata Suluh.
“Tetapi kurs rupiah antar bank sudah sentuh Rp 11.400-an sehingga Spot naik, kurs rupiah melemah. Jadinya sekarang Antam naik Rp 11.000 per gram,” imbuhnya.
Dikatakan Suluh lebih jauh, selama spot masih terus naik dan rupiah menguji level Rp 11.000 per US$ maka harga emas masih akan terus meroket.
“Tapi kemungkinan hanya sampai pertengahan September paling lama. Sekarang saja sampai minggu pertama September saya sarankan ke nasabah untuk mulai profit taking dengan jual emasnya sebagian. Batas atas emas akan bergerak di 568.000/gram,” ungkapnya.
Bisakah harga emas mencapai level Rp 600.000/gram?
“Bisa saja sampai Rp 600.000 per gram jika rupiah Rp 12.000 per US$. Tapi saya rasa tidak dalam waktu dekat batas atasnya Rp 568.000/gram minggu ini,” tutup Suluh.
Dari Singapura “The Strait Times” mengabarkan, emas kini menjadi investasi aman atau “ safe haven” di saat saham dan mata uang jatuh karena sejumlah isu, termasuk panasnya tensi geopolitik di Suriah.
Seperti diketahui, rencana AS dan sekutunya untuk melancarkan serangan militer ke Suriah, disebut-sebut mempengaruhi terjunnya pasar keuangan, termasuk saham dan mata uang.
Pasar saham di AS dan Asia jatuh, sementara harga minyak mentah internasional menyentuh level tertingginya dalam 6 bulan.
“Saat situasi menjadi tidak pasti, Anda selalu melihat peluang besar pada emas. Kami melihat investor akan pindah dari saham ke komoditas seperti minyak dan emas. Kedua komoditas ini jadi favorit,” ujar Analis Komoditas dari Standard Chartered Bank di Singapura Han Pin Hsi, seperti dikutip Reuters, Rabu.
Hari ini, harga spot emas naik ke US$ 1.432,09 per ounce, dan sempat menyentuh level tertingginya sejak 14 Mei 2013 di US$ 1.433,31 per ounce. Sementara harga spot perak naik 2,3% menjadi US$ 25,02.
Sejak awal tahun ini, harga emas telah jatuh 15% karena investor dunia mengalihkan investasinya ke saham akibat menguatnya data ekonomi AS.
Selain itu, data dari lembaga moneter internasional mengatakan, bank-bank sentral dunia saat ini tengah gencar menambah cadangan devisa dalam bentuk emas. Bank Sentral Turki membeli 22,5 ton emas di Juli 2013, sementara Bank Sentral Rusia memegang 1.000 ton emas.