Jelajah eksotisme sepeda , Sabang-Padang, dengan label “ Kompas-PGN” yang memilih rute pantai barat Aceh merupakan perpaduan antara olahraga dengan keinginan membangkit kembali “kegilaan” keindahan nusantara sembari mengangkat realitisme problem daerah.
Ada dinamika media yang menyertai Jelajah Sepeda ini dalam memberitahu tentang, “Inilah Indonesia.” Indonesia yang indah tapi terbelit persoalan kekinian pembangunan yang semraut. Pembangunan berkelindan dengan egoisme kekuasaan yang tidak memedulikan realitas yang dihadapi.
Hari itu, Jumat, kami bertemu dengan rombongan Jelajah Sepeda Kompas-PGN ini di Bandara Sultan Iskandar Muda. Kami sempat mengadakan dialog ringan, pendek dan masuk keinti misinya.
Kami tahu, Jelajah Sepeda Sabang-Padang ini bukan hanya sekadar hura-huri olahraga. Ia merupakan mediasi untuk mempertemukan eksotisme olahraga dengan permasalahan yang ada di masing-masing kabupaten/kota yang mereka lewati
“Kompas,” sebagai media kelas satu, pasti akan menggambarkan dinamika perjalanannya termasuk problem yang dihadapi daerah yang eksotisme ini. Ini akan sampai, bukan hanya pada pemangku kepentingan di Jakarta, tapi juga pembaca Kompas..
Hari pertama, tim menempuh jarak 53 kilometer dari Sabang sampai Banda Aceh. Start dimulai dari titik Tugu Nol Kilometer, Pulau Weh, Sabang. Peserta kemudian menyebrang kembali dengan kapal menuju Kota Banda Aceh.
Perjalanan tim jelajah sepeda akan berlangsung selama 14 hari yakni 31 Agustus hingga 13 September 2013 yang berakhir di Padang. Jelajah sepeda ini merupakan kerja sama Kompas dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Total jarak yang akan ditempuh mencapai 1.539 kilometer.
Dari Tugu Nol Kilometer, Pulau Weh, Aceh, para peserta Jelajah Sepeda Sabang-Padang Kompas-PGN mulai mengayuh sepeda mereka. Perjalanan dari ujung pulau Sumatera tersebut diawali dengan jalur beraspal yang mulus. Sisi kiri dan kanan mereka adalah pepohonan rindang, yang membuat udara terasa sejuk.
Sinar matahari hampir tak tembus ke jalanan karena terhalang dedaunan. Lautan lepas di sisi kiri juga sesekali terlihat dari balik pepohonan. Cuaca yang sebenarnya panas pun terasa sejuk.
Namun, jalur yang dilewati 45 peserta ini cukup berat. Mereka harus melewati jalan menanjak yang tajam dan berkelok. Beberapa peserta mulai kelelahan mengayuh sepeda. Keringat mulai deras bercucuran.
Menemui jalur menurun seakan menjadi bonus perjalanan untuk mereka. Kelelahan itu akhirnya terbayar. Pemandangan lautan di Teluk Balohan telihat menawan dari atas. Gradasi warna birunya laut menyejukkan mata yang memandang. Mereka langsung berhenti untuk mengabadikan gambar sekaligus melepas lelah. Jalan menurun yang berkelok juga terlihat.
Setelah puas, para peserta kemudian menuju Pelabuhan Ulee Lhee dengan waktu tempuh hanya sekitar 10 menit. Mereka melanjutkan perjalanan menuju Kota Banda Aceh. Peserta sekaligus sepeda mereka naik ke kapal feri selama dua jam, menuju Banda Aceh.
Tiba di Banda Aceh, peserta mampir ke Museum Tsunami. Hujan turun seusai mengunjungi museum. Diguyur hujan rintik-rintik, peserta melanjutkan perjalanan ke tempat penginapan.
Jelajah sepeda dengan jarak tempuh 53 kilometer pun selesai untuk hari ini. Besok, Minggu (31/8/2013), mereka akan menjajal jalur Banda Aceh-Calang sejauh 154 kilometer.
Jelajah sepeda ini akan berlangsung selama 14 hari yakni 31 Agustus hingga 13 September 2013, yang berakhir di Padang. Total jarak yang akan ditempuh mencapai 1.539 kilometer.
Inilah untuk kelimanya, harian Kompas menggelar Jelajah Sepeda, menempuh rute jarak jauh lintas kabupaten/kota bahkan provinsi. Kali ini jelajah menjajal jalur dari Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam sampai Padang, Sumatera Barat.
Gelaran Jelajah Sepeda ditargetkan tak berhenti pada “rutinitas” yang sudah berjalan lima tahun. Pada 2015, bertepatan dengan usia Kompas ke 50 tahun, kegiatan ini dirancang menaklukkan jalur dari Sabang sampai Merauke, Papua.
Tantangan yang ditemui, kata Budiman, akan selalu berbeda dalam setiap perjalanan. Jelajah Sepeda Sabang-Padang kali ini, misalnya, akan berhadapan dengan tantangan jarak yang cukup panjang dibandingkan jelajah pada empat tahun sebelumnya.
Ini jelajah yang panjang, yang berat. Bagi teman-teman yang sudah ikut di jelajah lain, Kompas berupaya memberikan pelayanan saesuai kondisi di lapangan. Sekitar 50 pesepeda dari beragam wilayah dipertemukan dalam Jelajah Sepeda Kompas. Tak selalu setiap peserta sudah saling kenal. “Momen ini adalah momen untuk sharing, saling berbagi. Semoga bisa dilakukan dengan baik dan penuh kebersamaan,” lanjut Budiman.
Perjalanan tim Jelajah Sepeda akan berlangsung selama 14 hari,dimulai 31 Agustus 2013 dan dijadwalkan rampung pada 14 September 2013. Gowesan pertama akan dijejakkan dari Tugu Nol Kilometer Indonesia di Pulau We, Kota Sabang. Tahun ini, Kompas menggandeng PT Perusahaan Gas Negara untuk menggelar Jelajah Sepeda.