Rambo sebenarnya, seorang militer sejati dan arsitek perang gerilya Vietnam ketika melawan Perancis dan Amerika Serikat, Jenderal Vo Nguyen Giap, meninggal dunia di usia 102 tahun akhir pekan lalu..
Vietnam, sejak hari Sabtu, selama satu pekan, menyatakan perkabungannya untuk menghormati tentara “legendaris” itu hingga 12 Oktober, ketika jenazah Giap kebumikan sehari setelahnya.
Giap, yang meninggal pada usia 102 adalah perancang perang gerilya tentara Vietnam. Dia adalah orang kedua yang paling dihormati di negara tersebut setelah Ho Chi Minh, dan dianggap sebagai pendiri Vietnam.
Giap merupakan prajurit yang belajar taktik tempur secara otodidak, dan kemenangannya melawan penjajah telah membuatnya sangat melegenda. Dia berhasil mempertahankan kemenangan Vietnam saat melawan Perancis.
Pada tahun 1954, Giap dan pasukan Vietnam mengakhiri kekuasaan Perancis dalam perang di Dien Bien Phu, sekaligus mengakhiri kekuasaan Perancis di kawasan Indochina.
Tak berhenti melawan Perancis, Giap juga memimpin perlawanan tentara Vietnam terhadap Amerika Serikat, hingga berhasil merebut Kota Saigon pada 30 April 1975.
Mengutip Majalah Angkasa, secara profesi, ia pernah melakoni beberapa pekerjaan, mulai dari kurir, jurnalis, panglima angkatan perang, hingga anggota politbiro. Saat memimpin pasukan Vietnam melawan Prancis di Perang Indo China I (1946 – 1954), ia sadar kemampuan bersenjata pasukannya bukan merupakan lawan imbang.
Maka Giap dengan cerdik memanfaatkan keunggulan pasukan Viet Minh dalam mengenal Tanah Airnya sendiri. Dengan cara ini, Prancis dibuat pusing karena seperti berperang melawan tikus yang tak jelas ke mana larinya, lalu muncul di sembarang tempat untuk balik menyerang.
Berkat Giap pula, kepercayaan diri para prajuirtnya berhasil dibangun hingga menjadi kesatuan militer yang ditakuti. Tentara yang berasal dari segenap warga itu berhasil diangkat jiwa nasionalismenya.
Puncak keberhasilan Giap terhadap Prancis terjadi pada 13 Maret 1954. Kala itu, Giap melancarkan serangan besar-besaran untuk menggempur Dien Bien Phu. Selama 56 hari, pasukan Viet Minh melakukan serangan gerilya hingga akhirnya pasukan Prancis mundur dan terkonsentrasi di area kecil Dien Bien Phu.
Komandan Artileri Prancis di region ini shock, tak percaya alutsista unggul yang dimilikinya tak mampu menahan gerak serangan pasukan Viet Minh yang dipimpin Giap. Sebanyak lebih dari 7.000 tentara Prancis tewas dan 11.000 lainnya tertawan. Kekalahan di Dien Bien Phu ini benar-benar memaksa Prancis berunding dengan Vietnam.
Amerika Serikat yang ingin melawan kelompok komunis memanfaatkan momentum ini dan masuk menggantikan pasukan Prancis. AS mengerahkan pasukan hingga 492.000 orang yang ditempatkan di Vietnam Selatan.
Namun, jumlah pasukan yang lebih banyak ini tidak membuat Giap gentar. Taktik perang gerilya dan pertahanan rakyat semesta terus digalakkan. Terbukti, AS yang awalnya membumihanguskan Vietnam, harus angkat koper dengan perasaan malu. Simbolisasi kepergiaan AS ditandai dengan larinya Dubes mereka dari ruang kerjanya pada tahun 1975.
Kesuksesannya melawan penjajah, di sisi lain, juga membuat dia dimusuhi oleh banyak elit politik Partai Komunis Vietnam. Dia memutuskan untuk meninggalkan ranah politik pada 1991 setelah Politbiro Komunis menendangnya dari elit Partai Komunis.
Kendati demikian, dia kerap menyuarakan berbagai isu sensitif, termasuk masalah korupsi, hinga dia memasuki usia 90 tahun.
Setelah kabar meninggalnya Giap beredar, berbagai ungkapan belasungkawa dari warga Vietnam muncul di dunia maya. Namun demikian, televisi dan radio pemerintah tetap belum menyiarkan kabar kematiannya. Hingga akhirnya, Pemerintah Vietnam secara resmi mengumumkannya pada Sabtu ini.
Tampak di rumah Giap pada hari ini, masyarakat mengungkapkan bela sungkawanya dengan melambaikan tangan ke arah rumah sang jenderal.
Mantan guru sejarah itu akan dikebumikan di Provinsi Quang Binh atas permintaan keluarganya. Ia meninggalkan seorang istri yang dinikahinya sejak 1949, Dang Bich Ha dan empat anak.