Indonesia, kini, menjadi mencatatkan dirinya sebagai “cowboy” nomor satu dalam melakukan serangan “cyber” ke berbagai belahan dunia. Para “hackers” Indonesia, termasuk mereka yang menamakannya dirinya “link acheh,” ikut meramaikan serbuan terencana ke berbagai perangkat negara lain yang dianggap musuh.
Sebagai peretas nomor satu dunia, Indonesia telah mengalahkan Cina, yang selama lebih dari satu dekade menempatkan diri sebagai negara paling berbahaya dalam serangan “cyber.”
Cina pernah dituduh sebagai biang dari ngadatnya komputer “Pentagon,” markas pertahanan Amerika Serikat. Washington juga pernah mengalami perang kata-kata dengan Cina sehubungan dengan aksi para “hackers” dalam menghancurkan data dan lalu lintas informasi AS.
Kini Indonesia menggantikan posisi Cina sebagai peretas nomor wahid dengan lebih dari sepertiga serangan “cyber” dilakukan oleh “hackers” yang bersarang di Indonesia.
Menurut data yang dihimpun oleh sebuah pengamat “cyber,” Akamai, para “hacker” dari Indonesia menjadi salah satu unit “tentara” yang dianggap sering menganggu ketenteraman pemakai teknologi informasi di belahan dunia manapun.
“Hacker” Indonesia dengan nama samara “blankon” beberapa waktu lalu ikut aktif dalam menyerang perangkat komputer milik otoritas Israel bersama komunitas “anonymous.” Dalam komunitas itu termasuk pula “hackers” yang berasal dari “acheh.”
Dalam setahun terakhir ini serangan cyber yang berasal dari Indonesia terus mengalami peningkatan. Data terbaru dari Akamai mencatat, Indonesia saat ini menduduki peringkat pertama negara yang paling banyak melakukan serangan cyber.
Menurut laporan tiga bulanan bertajuk “State of the Internet” yang dirilis Akamai, beberapa hari lalu, Indonesia menyumbang 38 persen lalu lintas internet yang berhubungan dengan peretasan server pada kuartal kedua 2013. Angka tersebut naik dari 21 persen pada kuartal pertama 2013.
Indonesia telah menyingkirkan China yang sebelumnya dikenal sebagai negara yang paling sering melakukan serangan cyber. Kini China berada di peringkat kedua, yang menyumbang 33 persen dari lalu lintas aksi peretasan global.
Sementara Amerika Serikat turun menjadi 6,9 persen dan tetap berada di peringkat ketiga. Dalam penelitian ini, Akamai mengamati lalu lintas serangan cyber di 175 negara berdasarkan alamat internet protokol (IP address).
Tidak diketahui secara pasti apakah serangan tersebut benar-benar berasal dari Indonesia. Sebab, peretas bisa saja memanfaatkan IP address dari Indonesia, padahal sebenarnya ia berada di luar Indonesia.
Tetapi, keberadaan peretas-peretas dari Indonesia pun tak boleh dipandang sebelah mata. Belakangan ini banyak kasus peretasan situs web pemerintah, termasuk situs web Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dibobol Wildan Yani (22 tahun) asal Jember, Jawa Timur.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), kasus serangan cyber di Indonesia telah mencapai 36,6 juta insiden dalam tiga tahun terakhir. Kemenkominfo telah berkomitmen untuk meningkatkan keamanan cyber nasional.
Pentingnya meningkatkan keamanan internet ini akan dibahas Pemerintah Indonesia dalam acara Internet Governance Forum 2013 yang digelar Perserikatan Bangsa-Bangsa di Nusa Dua, Bali, pada 22 sampai 25 Oktober 2013.