Valentino Rossi amat setuju dengan sistem flag-to-flag dengan format kewajiban “pitstop” bagi setiap pebalap, dan ia menegaskan cara yang ditempuh oleh “race direction” itu t bisa dijadikan opsi, setidaknya bila kasus serupa terulang kembali dalam balapan i MotoGP di masa mendatang.
Penegasan Rossi ini merupakan panantangan dari rekan setimnya di Factory Yamaha, Jorge Lorenzo serta Daniel Pedrosa dari Repsol Honda, yang tidak setju dengan format “pitstop” pergantian motor di tengah lomba seperti yang disepakati pemilik MotoGP hinga musim depan atau dua musim mendatang.
“The Doctor” menilai pemberlakuan “pitstop” itu bisa dijalani jika lomba bisa lebih panjang, atau, seperti jumlah lap yang jalani pembalap Formula One. Tapi untuk jangka pendek, Rossi tetap lebih cenderung memilih format normal.
“Buat saya, format pitstop itu bisa jadi opsi untuk masa depan, di mana balapan berjalan lebih lama. Balapan akan berbeda dengan intesitas lebih. Anda bisa 100 persen sejak awal hingga akhir. Saat berhenti di pitstop, Anda bisa sedikit rileks dan kembali dengan kondisi 100 persen lagi,” tegas Rossi.
“Tapi untuk sekarang, saya rasa balapan normal lebih baik. Balapan di Phillip Island hanya untuk mengatasi persoalan darurat,” lanjutnya, seperti dinukil Crash..
Demi mencegah hal darurat tersebut berulang, Rossi berharap pihak penyelenggara MotoGP mengadakan tes ban untuk semua sirkuit yang punya aspal baru. Selain itu, juara dunia tujuh kali itu berharap pula pihak Bridgestone bersedia meningkatkan standar ban keras dan memberi kebebasan para pembalap memilih kompon bannya masing-masing.
“Buat saya jika sirkuit punya permukaan aspal baru, tentu akan lebih baik diadakan tes lebih dulu. Saya juga berpikir bahwa Bridgestone, harus mengembangkan ban keras mereka, karena ban mereka saat ini tak sepenuhnya ‘klop’ dengan semua pembalap,” sambung Rossi.
“Kami terpaksa menggunakan ban belakang yang soft. Saya harap, Bridgestone mengusahakan ketetapan di mana para pembalap, diberikan dua opsi saat balapan agar beberapa dari kami, bisa memutuskan, ban mana yang lebih cocok untuk balapan,” paparnya.
Sementara itu, Dani Pedrosa yang memiliki peluang untuk menjajal tangga juara setelah nasib apes Marc Marquez antusias menyambut sisa musim ini. Rider Repsol Honda ini meyakini peluangnya merebut gelar juara dunia masih ada.
Balapan seri ke-16 di Sirkuit Philipp Island menjadi mimpi buruk buat Marquez. Rookie yang sedianya tengah bersaing dengan Lorenzo dan Pedrosa untuk merebut podium pertama harus melupakan impiannya naik podium.
Kelalaiannya beserta tim membuatnya harus terkena “black flag” atau diskualifikasi karena telat masuk pit stop. Marquez baru masuk pit pada lap ke-11, sementara “race direction” sebelum balapan sudah mengatakan bahwa setiap pembalap wajib masuk pit pada lap ke-9 atau 10. Regulasi ini diterapkan khusus untuk MotoGP Australia yang menggunakan aspal baru.
Nasib nahas yang menimpa pimpinan klasemen sementara, Marquez membuat perebutan mahkota juara musim ini kembali menarik. Lorenzo yang tampil sebagai pemenang, berhasil mengikis selisih poinnya menjadi hanya 18 poin, sedangkan Pedrosa yang finis kedua, hanya terpaut 34 poin dari rekan setimnya itu.
Dengan dua seri tersisa di musim ini dengan 50 poin masih bisa direbut, Pedrosa pun kembali optimistis akan peluangnya untuk berjuang meraih gelar juara dunia pertamanya.
“Saya memang masih tertinggal cukup jauh karena insiden di Aragon, tapi saya berharap bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Kami akan terus berusaha dengan level yang sama,” tambahnya.
Pedrosa memang pantas optimistis akan peluangnya meraih gelar juara musim ini. Pasalnya, di dua balapan tersisa musim ini, yakni di Jepang dan Valencia, rider berjuluk Little Spaniard tersebut tampil sebagai juara pada musim 2012.
Sekarang, tinggal bagaimana Pedrosa bisa mengulang suksesnya di dua seri pamungkas tersebut, sambil berharap dua pesaingnya Lorenzo dan Marquez mengalami nasib nahas