“El Clasico.” Ya, kaga klasik di medan tempur La Liga. Laga klasik jilid pertama di musim ini antara Real Madrid melawan Barcelona yang akan dimainkan di ujung pekan ketiga Oktober.
Dan kali ini di Camp Nou menjadi ajang pertemuan kedua tim “hebat” La Liga itu sekaligus, seperri ditulis media terkenal Spanyol, “marca,” akan menjadi pertanggungan jawaban RonaldKoeman, pelatih La Barca.
“Laga ini akan menjadi ajang pembuktian sesungguhnya bagi Ronald Koeman,” tulis “marca” yang menyajikan tulisan panjang tentang prediksi pertandingan kedua tim
Koeman, mantan kapten tim Belanda itu, di”undang” Barca datang ke Nou Cam khusus untuk membangun kembali skuat Blaugrana setelah berantakan di musim lalu.
Lionel Messi dan kawan-kawan sama sekali tak meraih gelar apapun musim lalu. “Musim apes,” tulis “marca” mengejek penampilan Blaugrana di musim itu.
Barca gagal di Copa Del Rey.
Mereka ditendang dari turnamen oleh Athletic Bilbao di babak perempat final.
Di ajang Liga Spanyol, Barca yang awalnya sempat memimpin klasemen terpeleset di beberapa laga. Posisi puncak pun diambil seteru mereka, Real Madrid yang terus bertahan hingga akhir musim.
Di Liga Champions lebih parah lagi. Alih-alih meraih gelar tersisa, mereka justru dipermak Bayern Munchen di semifinal. dan dicatatkan oleh media Spanyol sebagai kekalahan terbesar Cules sejak setengah abad lalu.
Terakhir kali Barca kalah dengan kemasukan delapan gol adalah saat takluk dari Sevilla di babak enam belas6 besar Copa del Rey pada mjusim itu.
Usai kekalahan itu internal Barcelona pun gonjang-ganjing. Banyak pihak meminta Josep Maria Bartomeu sang penggedenya” mundur.
Tidak hanya itu anak “manja”nya megabintang mereka, Messi menyatakan ingin pergi.
Seiring waktu Messi memilih bertahan dan berdamai dengan Barcelona. Azulgrana pun mendatangkan sejumlah pemain, namun juga membuang pemain-pemain yang tidak dibutuhkan, salah satunya sahabat Messi, Luis Suarez.
Kehilangan Suarez ternyata tidak diiringi dengan pembelian yang sepadan. Barcelona praktis hanya mendatang pemain-pemain muda atau mempromosikan jebolan La Mesia.
Di lini depan Fransisco Trincao didatangkan dari Braga. Namun dia berposisi sebagai penyerang sayap, bukan striker nomor 9.
Buruan mereka, yakni Memphis Depay justru gagal diboyong. Barca tak punya duit untuk mendatangkan pemain Belanda tersebut.
Di posisi lain ada Miralem Pjanic, Pedri, Serginho Dest, serta mempromosikan Ansu Fati dan Konrad Fuente. Selain Ansu Fati, nama-nama lain masih harus membuktikan diri.
Dengan komposisi sekitar 80 persen muka-muka lama Koeman pun meracik formasi yang dianggap tepat. Koeman mengubah pakem lama Barca pola empat tiga tiga menjadi empat dua tiga satu
Lewat formasi tersebut, Koeman ingin pertahanan Barca lebih kuat karena ada dua gelandang bertahan.
Di depan gelandang bertahan ada Philippe Countiho yang kembali dari masa pinjaman di Bayern Munchen. Pemain Brasil itu diberi keleluasaan sebagai playmaker.
Lini depan diisi Ansu Fati, Lionel Messi, Antoine Griezmann. Hanya Griezmann yang belum bertaji sejauh ini.
Koeman sejatinya cukup berhasil. Dari empat pertandingan di Liga, Barca menang tiga kali dan kalah sekali. Mereka juga sudah mencetak delapan gol dan kebobolan dua.
Secara permainan Barcelona memang menjadi lebih tajam di depan. Meski baru kebobolan dua gol, namun bukan berarti pertahanan mereka kokoh. Ini masalah klasik Barca.
Beberapa kali Gerard Pique cs kelabakan menghadapi serangan balik. Untungnya pemain lawan gagal memanfaatkannya dengan baik.
Sementara dua gol yang bersarang ke gawang Neto di ajang liga berasal dari situasi bola mati, satu lewat sepak pojok saat lawan Sevilla dan satu lagi dari penalti ketika kalah dari Getafe.
Pun ketika menang telak melawan Ferencvaros di Liga Champions kemarin malam, mereka kebobolan lewat titik putih.
Hal berbeda tentu bisa terjadi ketika mereka bertemu musuh abadi, Real Madrid. Los Blancos terkenal dengan serangan balik mematikan. Barca harus waspada akan hal tersebut.
Koeman harus benar-benar membuktikan di El Clasico bahwa dia adalah pelatih tepat yang didatangkan untuk mengembalikan kekuatan Barca.
Dalam laga ini juga, Real punya masalah. Musim ini mereka sama sekali tak mendatangkan pemain baru.
Yang ada Gareth Bale malah dipinjamkan ke Tottenham Hotspur karena tak diinginkan Zinedine Zidane.
Sementara Eden Hazard malah masih berkutat dengan cedera dan kebugaran. Praktis, Zidane hanya punya Vinicius Junior, Marco Asensio, Lucas Vasquez, karim Benzema, Luka Jovic, dan Mariano Diaz di depan.
Dengan formasi yang sama, empat tiga tiga, formasi klasiknya, Real Madrid juga cukup sukses di lima laga awal Liga Spanyol. Mereka mengantongi tiga kemenangan, satu seri, dan satu kekalahan. Mencetak enam gol dan kemasukan tiga gol.
Di bawah asuhan Zidane El Real sebetulnya tangguh di lini tengah. Mereka punya petarung kelas wahid pada diri Casemiro, Luka Modric, dan Toni Kross.
Hanya saja lini belakang mereka juga tak kuat-kuat amat. Sergio Ramos yang sudah menua kerap bermain labil. Sementara Raphael Varane juga sering tampil inkosisten.
Sementara bek sayap Dani Carvajal dan Marcelo beberapa kali terlambat mundur ketika asik membantu serangan.
Ketidakstabilan lini belakang Madrid itu terlihat jelas ketika kalah dari Shaktar Donetsk di Liga Champions tadi malam. Bahkan mereka tertinggal lebih dulu di babak pertama
Bek-bek mereka tak bermain solid. Varane bahkan membuat gol bunuh diri. Itu membuktikan Zidane harus mencari solusi agar lini belakang mereka bermain lebih apik lagi menghadapi El Clasico.
Berkaca pada El Clasico terakhir (Madrid menang 2-0), Zidane sejatinya sudah tahu menjinakkan Barca, yakni dengan mematikan Messi. Messi tak perlu dikawal ketat oleh satu pemain khusus. Zidane cukup melakukan penjagaan zona dengan beberapa pemain terdekat untuk menghentikan pergerakan Messi.
Zidane juga perlu meminta anak asuhnya bermain melebar dan menyisir dari sayap guna memanfaatkan celah yang ditinggalkan dua bek sayap Barca. Tapi dengan catatan dua bek sayap El Real juga cepat turun ketika kehilangan bola.
Vinicius bisa diandalkan untuk urusan menyisir sayap tersebut. Beberapa kali striker Brasil itu melakukan penetrasi yang diakhiri gol maupun umpan tarik matang ke kotak penalti.
Jadi El Clasico ini bisa juga menjadi ajang pembuktian bagi Zidane bahwa skuat ‘seadanya’ musim ini cukup tangguh untuk bersaing meraih gelar.
