WhatsApp terancam makin tak aman.
Ya, seperti diberitakan sebelumnya, intelijen Five Eyes yang merupakan gabungan Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru, terus mendesak diberi akses backdoor WhatsApp.
Rupanya, pemerintah Jepang dan India menyusul ikut merongrong WhatsApp.
Pangkal permasalahan ini adalah adanya enkripsi end to end di WhatsApp yang melindungi pesan sehingga hanya dapat dibaca oleh pengirim dan penerima. Teknologi serupa diterapkan pada layanan lain seperti Signal dan Zoom.
Jaksa Umum AS, William Bar, mewakili negara-negara tersebut semakin lantang menyuarakan kritik pada teknologi penyandian. Itu karena penegak hukum dibuat susah jika harus melacak kaum kriminal yang memanfaatkan WhatsApp dan layanan sejenisnya.
Sejauh ini, WhatsApp maupun sang induk masih belum goyah mempertahankan perlindungan tersebut. Akan tetapi bukan tidak mungkin desakan dari negara-negara powerful itu nantinya menjadikan mereka tidak mampu berbuat banyak.
Pada intinya, mereka menginginkan ada akses khusus bagi penegak hukum sehingga memudakan penyelidikan hukum. Tidak adanya akses semacam itu menurut mereka membuat tindakan ilegal mudah terjadi di dalam WhatsApp.
“Penegak hukum punya tanggung jawab untuk melindungi penduduk dengan menginvestigasi dan menuntut kaum kriminal dan menjaga mereka-mereka yang rentan,” tulis negara-negara tersebut dalam pernyataan mereka.
“Enkripsi end to end yang tidak memungkinkan akses legal pada konten komunikasi dalam situasi apapun berdampak pada tanggung jawab tersebut dan menimbulkan risiko besar bagi keamanan publik,” tambah mereka seperti dikutip dari Business Insider
Tambahan Jepang dan India membuat posisi mereka makin kuat. Namun demikian, jika WhatsApp menuruti keinginan mereka, berarti layanan mereka harus sepenuhnya melepaskan perlindungan enkripsi end to end dan akan makin mudah disadap oleh siapapun, bukan hanya penegak hukum.
Hal itu memang menjadi hal yang dilematis karena pengguna umum WhatsApp dan layanan sejenis akan terancam komunikasi dan privasinya.
“Tidak ada mekanisme keamanan yang bisa membedakan antara hacker mencoba menembusnya dan penegak hukum mencoba hal yang sama. Apakah kita mengamankannya atau tidak sama sekali, sesederhana itu,” cetus pakar keamanan Chris Howell.
Sementara itu berita lainnya mengungkapkan, WhatsApp akan segera menambahkan dukungan panggilan suara dan video untuk versi websitenya. Dua fitur yang saat ini sudah tersedia lama pada versi seluler.
Laporan ini diungkapkan oleh WABetaInfo di mana pembaruan terbaru untuk versi web atau desktop pada versi beta Dalam tangkapan layar yang dibagikan WABetaInfo terlihat bagaimana tampilan dua fitur tersebut akan tampil di WhatsApp Web/desktop.
Nantinya saat pengguna menerima panggilan di web, jendela popup akan muncul yang memungkinkan pengguna untuk menerima atau menolak panggilan. Jendela yang berbeda muncul saat pengguna melalukan panggilan yang terlihat lebih kecil dan dilengkapi kontrol untuk mematikan suara mikrofon dan menutup telepon.
WABetaInfo juga mengatakan bahwa Panggilan Suara dan Video Grup juga sedang diuji untuk WhatsApp Web, sebuah fitur yang menarik dan cara baru untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga.
Tentunya fitur panggilan suara dan video sudah tersedia di WhatsApp untuk Android dan iOS, jadi menghadirkan fitur-fiturnya ke web hanya tinggal menyelaraskannya saja.
Ini juga akan membawa lebih banyak kenyamanan bagi pengguna, terutama di saat pandemi saat ini begitu banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu di komputer saat bekerja dari rumah.
Harapannya, dengan pengguna memperbarui WhatsApp Web akan membuat pengguna kurang bergantung pada perangkat seluler mereka.
Dilansir laman Developers, mengingat WABetaInfo tak berafiliasi dengan WhatsApp jadi kemungkinan fitur yang disebutkan ini belum diumumkan secara resmi atau bahkan tidak dirilis sama sekali.
Baru-baru ini, WABetaInfo menemukan bahwa WhatsApp sedang menguji untuk mendesain ulang Storage Usage, bersamaan dengan beberapa fitur baru lainnya.