close
Nuga Forum

Cabai Pedas

Cabai. Cabe. Atau apa saja yang menjadi kosakatanya. Terserah.

Yang penting tentu pedasnya. Sensasinya. Yang muncul saat mengudapnya.

Saya tertarik untuk menuliskannya karena satu alasan atas pertanyaan: kemapa  banyak  ilmuwan terkesima dengan rempah yang satu ini..

Hal ini juga memberi kita sejumlah wawasan tentang mengapa cabai dapat dikaitkan dengan penurunan kognitif: sensasi tersebut merupakan hasil dari evolusi tanaman untuk melindungi diri mereka sendiri dari penyakit dan hama.

Meskipun beberapa tanaman telah berevolusi untuk menjadi pahit atau pedas bagi pemangsa, lebih baik jika tanaman juga bisa membuat diri mereka sendiri menjadi beracun

Senyawa-senyawa ini umumnya memiliki efek yang lebih kecil pada kita dibanding pada serangga. Sedikit racun bisa jadi punya efek baik, seperti kafein, yang mempercepat metabolisme sehingga kita merasa lebih terjaga.

Kalau kebanyakan racun itu buruk untuk kita

Senyawa yang memberi rasa pada rempah-rempah tidak berbahaya bagi manusia Itu kata para ahli gizi  Mereka mencontohkan polifenol. Senyawa yang ditemukan dalam banyak tanaman dan memiliki efek anti-peradangan.

Manfaat kesehatan rempah-rempah terutama cabai sebagian dipengaruhi oleh tingginya kadar polifenol ini.

Seperti yang saya kutip dari sebuah tinjauan penelitian, belum jelas apakah sedikit polifenol yang dikonsumsi saat makan rempah-rempah akan membatasi manfaat kesehatannya.

Walaupun ada beberapa penelitian yang menghasilkan temuan menarik, namun sebuah tinjauan menyimpulkan efek kesehatan dari konsumsi capsaicin dan makanan pedas masih belum jelas.

Bukti-bukti yang ada juga disebut “tidak berkualitas”.

Banyak penelitian telah menyelidiki efek potensialnya terhadap kesehatan manusia.

Hasilnya, ada manfaat yang menguntungkan, tapi juga ada yang merugikan.

Capsaicin adalah bahan aktif utama dalam cabai. Ketika kita makan cabai, molekul capsaicin berinteraksi dengan reseptor suhu dalam tubuh kita, mengirimkan sinyal ke otak untuk menciptakan rasa panas.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa capsaicin dapat membantu memperpanjang usia Anda.

Sebuah penelitian lain yang saya baca kemarin  mengatakan orang yang makan makanan dengan dibumbui cabai empat kali seminggu memiliki risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah makan cabai.

Penelitian ini juga memasukkan variabel gaya hidup termasuk merokok, olahraga, dan kualitas diet secara keseluruhan.

Untuk itu banyak negera  mengeksplorasi konsumsi cabai dan kesehatan pada orang dewasa.

Mereka kemudian mengaitkan konsumsi cabai dengan risiko kematian yang lebih rendah.

Mereka yang mengonsumsi makanan pedas hampir setiap hari memiliki risiko kematian empat belas persen lebih rendah dibandingkan mereka yang makan makanan pedas kurang dari sekali seminggu.

Temuan utamanya adalah asupan makanan pedas yang lebih tinggi berkaitan dengan risiko kematian yang lebih rendah, terutama kematian akibat kanker, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan

Itu bukan berarti mulai mengonsumsi cabai jumlah besar dalam jangka pendek dapat langsung melindungi kesehatan Anda atau melindungi Anda dari penyakit pernapasan.

Penting diingat, penelitian  selalu terakait dengan gaya hidup.

Jadi, meskipun cabai memiliki efek perlindungan terhadap kesehatan pada subjek penelitiannya, bukan berarti orang yang makan cabai menjadi lebih sehat sejak awal.

Efeknya kemungkinan besar terbentuk dari waktu ke waktu, bukan dalam hitungan minggu atau bulan.

Banyak di antara peneliti memisahkan efek konsumsi cabai dari hal-hal lain dengan mengontrol usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, pola makan dan faktor gaya hidup

Termasuk asupan alkohol, merokok dan aktivitas fisik. Banyak peneliti berpendapat risiko penyakit yang lebih rendah berkaitan dengan makan cabai mungkin dipengaruhi oleh capsaicin.

Bahan-bahan tertentu dalam makanan pedas, seperti capsaicin, ternyata meningkatkan status metabolisme, seperti profil lipid -kolesterol dalam darah- dan peradangan

Ini mungkin menjelaskan sebagian temuan dalam penelitian kami.

Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa capsaicin dapat meningkatkan jumlah energi yang dibakar tubuh dan mengurangi nafsu makan.

Zumin Shi, profesor di departemen nutrisi manusia Universitas Qatar menemukan, konsumsi cabai berkaitan dengan lebih rendahnya risiko obesitas dan tekanan darah tinggi.

Jadi, saat dia mempelajari efek konsumsi cabai pada fungsi kognitif, dia berharap menghasilkan tiga temuan dalam satu penelitian.

Tetapi ketika dia mengukur fungsi kognitif orang dewasa  terhadap konsumsi cabai cukup mengejutkan.

Ditemukan orang yang makan lebih banyak cabai memiliki fungsi kognitif lebih buruk.

Efek ini paling berpengaruh pada daya ingat: asupan cabai di atas lia puluh gram per hari meningkatkan risiko memori buruk hampir dua kali lipat.

Dalam penelitian ini, partisipan melaporkan data secara mandiri kepada peneliti. Namun, perlu dicatat bahwa data yang dilaporkan sendiri biasanya dianggap tidak meyakinkan.

Membanding-bandingkan cabai yang paling pedas atau hidangan yang paling memukau adalah hal biasa, meskipun, pada tingkat tertentu, perbedaaannya jadi agak kabur.

Ketika  menikmati rasa yang dahsyat ini, Anda mungkin bertanya-tanya, kenapa beberapa masakan sepertinya berlomba-lomba untuk menjadi yang terpedas, sedangkan lainnya tidak?

Ini pertanyaan yang telah membuat penasaran para antropolog dan sejarawan makanan selama beberapa waktu.

Aneh, memang, bahwa tempat dengan iklim hangat tampaknya punya lebih banyak hidangan yang panas dan pedas. Itu mungkin berkaitan dengan fakta bahwa, menurut penelitian, beberapa rempah bersifat anti mikroba.

Dalam sebuah survei terhadap buku resep dari seluruh dunia, para peneliti mencatat:

Seiring temperatur rata-rata tahunan, dalam hal ini  indikator laju pembusukan makanan relatif meningkat

Proporsi resep yang melibatkan rempah-rempah, jumlah rempah per resep, jumlah total rempah yang digunakan, dan penggunaan rempah dengan sifat anti bakteri yang paling ampuh, semuanya turut meningkat.”

Di tempat panas, bahan makanan akan membusuk sangat cepat tanpa pendinginan. Rempah-rempah mungkin bisa menjadikan makanan lebih awet – atau setidaknya lebih enak di lidah.

Karena membuat kebanyakan orang berkeringat, makanan pedas juga diduga membantu manusia di belahan dunia yang panas untuk mendinginkan tubuh.

Efek pendinginan dari penguapan yang terjadi ketika kita berkeringat memang berguna dalam menjaga keseimbangan panas tubuh

Akan tetapi, dalam iklim yang sangat lembap, sebanyak apa pun keringat Anda tidak ada gunanya: penguapan tidak akan membantu Anda karena sudah terlalu banyak air di udara.

Suatu studi tentang orang yang meminum air panas setelah olahraga menunjukkan tubuh mereka memang mendingin sedikit lebih cepat dari orang yang meminum air dingin, tapi hanya dalam kondisi kelembapan rendah.

Memang, peran budaya manusia dalam menentukan kepedasan rempah tidak bisa diremehkan.

Seperti binatang lainnya, kita menggunakan rasa sebagai cara menentukan apa yang aman untuk dimakan; dan ketika kita terbiasa dengan rasa tertentu yang memunculkan kesan akrab, kita pun semakin menyukainya.

Tidak mengherankan bila ada beberapa orang yang, karena sudah terbiasa, mulai menyukai cabai, dan merasa ada yang kurang jika tidak merasakannya.

Di masa kini, kita punya alasan sendiri untuk menyantap makanan pedas, dan alasan itu lebih berkaitan dengan adrenalin daripada status sosial, atau semata-mata karena rasa.

Tags : slide