Gairah saya untuk menulis investasi resor mewah Uni Emirat Arab lewat Murban Energy di Pulau Banyak ternyata sulit dibendung. Sebab, sebagai jurnalis, saya terus didera banyak oleh pertanyaan yang menggelantung
Di mulai dari keingintahuan saya tentang siapa itu Murban Energi LLC. Sehebat apa gurita bisnisnya. Kenapa mau menggelontor duit lima ratus juta dollar ke negeri ujung donya, Pulau banyak.
Pertanyaan ini masih berlanjut. Apa fondasi bisnis dan apa sih yang sudah dikerjakannya di sektor wisata.
Ini masih pengejaran cepek untuk wartawan sekelas saya.
Masih banyak pertanyaan lainnya yang belum terjawab kalau semua informasi tentang Murban Energy ini kelar.
Sebut saja kesiapan partner, lokal. Terutama pemerintah dalam menyiapkan road map. Road map yang berisi tetek bengek persoalan. Terutama tantangan yang harus dicarikan jalan keluarnya.
Entahlah.
Untuk mendapatkan informasi tentang Murban Energi itu saja saya terpaksa menempuh jalan tak biasa. Jalan pengkhianatan seorang jurnalis.
Keluar dari pakem seorang jurnalistik sejati. “On the spot.” Harus turun ke lapangan
Jalan pengkhianatan yang saya tempuh kali ini adalah memanfaat seorang “stringer.” Jurnalis lepas. Seorang ponakan yang telah lama berdomisili di Abu Dhabi.
Dia bekerja disebuah perusahaan teknologi informasi.
Memulai karir di Jakarta sebelum ke Abu Dhabi ia sempat beberapa tahun di Malaysia. Ia saya minta mencari tahu tentang Murban Energi.
Tak memerlukan waktu lama. Jawaban dari ponakan yang saya pakai sebagai “stringer” itu langsung “cas.”
Dari pesan whatsapp yang ia kirim tertulis nama owner-nya,, Mohamed Thani Al-Rumaithi. Ia menyertakan keterangan bahwa Thani juga merupakan ketua kamar dagang Abu Dhabi.
“Bisnis utamanya sektor energi dengan banyak diversifikasi. Informasinya dia juga pemilik beberapa kawasan wisata mewah di Maldives dan Seychelle,om,” tulisnya.
Ia juga menyertakan tahun berdirinya Murban Energy LLC, enam puluh delapan tahun silam. Mereka tercatat sebagai limited liability company. Grup peruasahaan. Punya anak cucu bahkan cicit.
Khusus ke pulau banyak bagian dari perluasan “investmen service.”
“Mereka punya ladang minyak di Teluk Persia dan kini bisnisnya menggurita dan memiliki jaringan sangat luas om,” tulis ponakan saya itu.
Untuk informasinya “cepeknya” saya balas dengan kata, “cukup.”
Saya tak mau membebaninya dengan tugas lain.
Misalnya, untuk masuk lebih dalam tentang jantung perusahaan Murban Energi LLC itu.
Untuk masuk ke jantung Murban ini saya punya orang untuk mendapat informasi. Saya tak ingin menyebut namanya. Terlalu ge-er. Tapi bekenlah.
Ia bisnismen papan atas yang dulu pernah sama-sama jadi “gelandangan” di Jakarta.
Gelandangan jurnalistik di sebuah media prestise. Untuk teman ini saya sedikit memelas. “Tolong bung. Ini untuk pahala saya di negeri ini,” kata saya lewat pesan di WA.
Jawabannya,”siap.”
Dalam pesan itu ia saya goda. “Anda sudah kunjungi separo bumi ini untuk avounturir. Tapi tak pernah tahu ada serpihan surga yang dijatuhkan Tuhan di sudut Aceh. Serpihan itu bernama Pulau Banyak.”
Dengan tak sungkan-sungkan saya juga mengingatkannya, emir Abu Dhabi aja kesengsem datang. “Apakah Anda tak ingin melihatnya sebelum “tamat,” ujar saya. Kata “tamat” itu adalah kelakar kami yang berarti ……
Lantas ia bertanya kepada saya tentang apakah betul itu serpihan surga.
Untuk meyakinkannya saya kirim video ketika saya tetirah ke Pulau Banyak beberapa pekan lalu. Dalam tetirah itu saya sempat men”download” video milik seorang bule Jerman yang menjadi “backpeaker” di Pulau Panjang.
Video itu lengkap. Ada horison laut, pulau-pulau karang sekaligus aksi diving dan snorkeling sang bule bernama Schmid itu.
“Wuih… gila,” katanya. “Saya ingin…. tapi dengan Bung ”
Selain itu saya juga menyelipkan sedikit informasi kepada sang teman bahwa Murban Energy LCC itu telah mengirimkan Executive Director-nya, Amine Abid untuk melihat langsung sejumlah pulau yang akan dibangunnya.
“Sudah sampai ke pembahasan incentive requirements yang diusulkan investor”
Bahkan Amine Abide telah meninjau pulau-pulau yang dapat dipertimbangkan sebagai lokasi pengembangan kawasan wisata mewah itu
Antara lain Pulau Ujung Batu, Pulau Sikandang, Pulau Balong, Pulau Asok, Pulau Ragaraga, Pulau Orongan, Pulau Matahari, Pulau Tambarat and Pulau Bangkaru.
Tahu apa jawabannya semua tentang rencana investasi ini?
“Bung, siapa yang jadi pengelolanya”
Sebagai bisnismen papan atas ia sangat tahu tentang lika liku road map investasi. Kan dulu dia pernah pegang pos direktur utama di sebuah bumn energi. Ia juga mantan seorang menteri yang mengurusi jibunan perusahaan negara.
Dengan canda khas tahun tujuhpuluhan saya jawab pertanyaan itu dengan kalimat,” ah… pura-pura nggak tahu.”
“Iya…ya… China toh…”
Saya hanya menjawab dengan kata, “hemm”
Dan ia langsung gairah. Saya ahu kegairahannya itu muncrat karena kedekatan yang sekaligus kekagumannya dengan China yang masih ideologi komunis tapi berekonomi lebih dari kapitalis.
Kedekatan karena ia memiliki hati milik China. Hati benaran dari hasil cangkokan. Dan kekagumannya memang rasional karena pertumbuhan teknologi dan ekonomi China maha dahsyat.
“Bung… tolong ingatkan teman-teman jangan alergi terhadap China ya. Mereka baik. Kan tiga perempat ekonomi kita dipegang China. Walau China lokal,” pesannya serius.