“TUNGGU Fatin Jumat, ya,” begitu seliweran “follower” di “angkasa” yang sambung menyahut secara berantai mengingatkan untuk menyaksikan “idola” dadakan mereka Fatin di “gala show” pertama X Factor. “Follower” yang bersiul di “tweet” dan mengumbar celoteh di laman “facebook” makin kesengsem dengan anak sekolahan berwajah “imut” dan tampilan polos.
Dengan nada canda, para “follower” itu saling mengingatkan untuk “klik” fatin…….sebanyak-banyaknya. Jangan dengar Dani, maksudnya Ahmad Dani, yang dengan gaya bicaranya yang sangat “sombong,” mengatakan, “Fatin belum tentu akan jadi juara.”
Gelontoran pesan emosional ini makin mengukuhkan keberadaan Fatin sebagai daya tarik program musik pencarian bakat X Factor di stasion RCTI. Program yang menggantikan “Indonesian Idol” dengan paket yang berbeda serta pilihan peserta yang tidak dalam satu alur. Fatin, misalnya, hadir di paket wanita usia 20 tahun ke bawah. Dan di grupnya ini ada tiga peserta yang lolos dengan keistimewaan berbeda. Ada Johana dan Maya.
Fatin, memang daya pikat X Factor. Kini, ia disulkan dengan nyaring sehiongga membuat program musik itu terangkat tinggi di “rating” puncak. Fatin yang hadir secara kebetulan sebagai fenomal, seperti tak habis-habisnya dibincangkan remaja SMA hingga orang tua yang gemas dengan “kolokan”nya.
Ya Fatin! Yang dua bulan ini telah muncul sebagai gadis “entertainment” yang pemalu. Gadis yang pada penampilan “showcase” Jumat lalau dikatakan, Beby, salah satu juri bergerak kearah perubahan penampilan.
Berubahkah Fatin? Dua bulan menjadi fenoma dan tumbuh menjadi “ikon” X Factor Indonesia, Fatin Shdqia Lubis, ternyata, masih belum berubah. Remaja 16 tahun yang menggemaskan dan melantunkan “Grenade”nya Bruno Mars di audisi awal dengan rikuh dan memukau banyak orang dengan lagu “Diamond” milik Rihanna di “showcase,” masih tetap centil dan belum dirusak oleh kemegahan panggung, ketenaran nama, kemewahan karantina dan pujjian selangit dari pencintanya.
Fatin memang sebuah fenomena. Gadis yang tak pernah bersentuhan dengan tangga nada dan pembentukan suara, mau pun iringan musik ketika menyanyi, tiba-tiba menjulang di pembicaraan ramai dunia maya dan video “Grenade” dan “Diamond”nya di unduh jutaan orang untuk di klik di café, rumah-rumah dan sekolah.
Fatin memang “x factor.” Gadis yang ketika pulang dari sekolah di SMA 79 di Jakarta Selatan, di sebuah sore, dan dengan setengah memaksa minta kepada bundanya untuk antar ikut audisi X Factor, menjadi kasus alami dari lahirnya seorang penyanyi dari timbunan bakat. Kasus alami dari seorang remaja yang tak pernah tahu tentang “tone” bisa menyanyi dengan suara yang, ”Masya Allah” indahnya
Fatin, yang menunggu berjam-jam ketika audisi awal, mengatakan, tidak punya keinginan untuk menang. “Saya hanya datang ke audisi, duduk bosan menunggu dan ingin pulang setelah antri begitu lama,” katanya tentang audisi awal yang jalani dua bulan lalu.
Dengan rok sekolah longgar menyentuh tumit, berjilbab putih yang ditarik ujung topinya serta memakai “sweater” lengan panjang yang kedodoran, ia membuat Dani, Rossa, Beby dan Mulan “ekstase” dalam lantun “Grenade.”
Ketika ditemui di masa rehat latihan, Fatin Shidqia masih seperti dua bulan lalu. Ia mengomentari tentang pertanyaan apakah ia berubah. “Ya, berubah,” kata ceplos. Berubah dari punya teman di dunia nyata menjadi banyak teman dan penggemar di follower akun Twitter.
Bagaimana rasanya Fatin? “Aku seneng banget. Kalau buka Twitter jadi seneng banget. Tadinya enggak pernah gitu. Lucu gitu ada fans,” kata Fatin ketika ditemui di Studio RCTI, Kebon Jeruk.
Kini menurutnya, di sekolah dan di tempat umum banyak orang mengajaknya berfoto bareng. “Kalau di sekolahan, misalnya aku lagi lewat, diginiin, ‘Misi-misi, ada artis lewat.’ Terus ada yang suka bilang, ‘Kamu ikut X Factor?’ terus minta foto,” ceritanya.
Meski namanya banyak diperbincangkan, Fatin tidak mau berbesar kepala. “Aku seneng sih. Tapi, aku enggak mau ke-GR (gede rasa)-an gitu. Takut jadi yang gimana-gimana gitu,” tutupnya.
Ada yang unik dari celotehan Fatin kenapa harus memilih Rossa sebagai mentornya ketika Dani juga minta ia yang bombing Ini dia jawaban anak sekolahn itu. “ Takut, kata Fatin. “Aku takut kalau Ahmad Dhani, kalau Ahmad Dhani punya penyanyi-penyanyi yang pakai sepatu boot gitu. Terus pakai baju-baju item merah gitu, enggak mau ah kayak gitu,” katanya cengengesan.
Ayah Fatin, Bahari Lubis mengaku bersyukur putrinya bisa mengikuti karantina ‘X-Factor’. Datang dari keluarga religius, keluarga Fatin sangat mendukung kegiatan putrinya itu. “Keluarga istri sangat religius. Dengan dunia musik itu awalnya tidak setuju. Mempertahankan kesederhanaan. Kami syukuri saja,” ujar Bahari.
Bagi Bahari, Fatin adalah sosok putrinya yang pemalu tapi sangat mandiri. Fatin adalah anak rumahan yang ke mana-mana selalu bersama orangtua. Hidupnya sedikit berubah setelah tampil dengan ‘Grenade’ Bruno Mars.
Fans Fatin jadi sangat banyak. Akun Twitter-nya diikuti oleh puluhan ribu orang. Fatin bahkan sudah punya forum penggemar di Fatinistic.com. Selain itu, Bahari sadar benar Fatin akan mulai bernyanyi dari nol karena selama ini tidak pernah mendapat pelajaran khusus soal vokal. Bahari akan terus mendukung meski ia tak pernah bermimpi putrinya akan jadi penyanyi. “Anak saya selalu saya berikan pilihan. Sekolahnya sangat bagus. Sekolah mendukung sekali. Selama karantina tetap bisa belajar. Tugasnya akan dikirimkan lewat email. Ini sangat luar biasa untuk bertemu dengan orang-orang hebat,” sambung Bahari. (darmansyah)