close
Nuga Life

Baca Alzheimer

Minggu siang saya singgah ke toko buku. Gramedia. Matraman. Toko buku milik kompas gramedia,

Ke toko buku sejak dulu bagi saya sudah merupakan aktivitas. Kapan saja. tidak perlu di hari-hari akhir pekan.

Toko buku bagi saya punya banyak manfaat. Untuk “cas baterei.”  Isi baterei seorang jurnalis yang sering haw..ngadat.

Buku merupakan satu dari banyak sumber pengetahuan yang bisa memperbahrui wawasan. Toh hidup sendiri adalah perubahaan.

Dengan membaca buku, seseorang bisa mengetahui apa saja yang ada dalam dirinya hingga bisa menjelajahi  penjuru dunia.

Membaca buku sangat baik sebagai latihan otak dan pikiran.

Membaca dapat membantu menjaga otak agar selalu menjalankan fungsinya secara sempurna.

Saat membaca, otak dituntut untuk berpikir, menganalisis berbagai masalah, mencari jalan keluar dan solusi hingga menemukan hal-hal baru.

Saya pernah ikut sebuah diskusi. Seorang panelis lulusan harvard memadatkan semua pembicaraan di diskusi itu lewat kesimpulannya: membaca itu  olahraga otak.

Dengan membaca, katanya,  Anda bisa mendalami karakter dan membayangkan beragam kondisi atau situasi. Hal ini merupakan salah satu tantangan yang baik untuk kesehatan otak.

Penelitian juga menunjukkan bahwa membaca melibatkan jaringan dan sinyal yang kompleks di otak

Diungkapkannya buku adalah  sumber informasi yang dapat membuka wawasan tentang berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun aspek-aspek kehidupan lainnya.

Ini yang penting, katanya,  membaca, dapat membantu mengubah masa depan

Dengan membaca buku, kita dapat memperkaya pengetahuan kita dengan informasi-informasi baru yang selama ini belum kita ketahui.

Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi kita di masa depan. Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin siap pula kita menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul di masa depan.

Buku memainkan peran penting dalam melestarikan pengetahuan dan budaya. Mereka menjadi wadah untuk mengabadikan ide, pemikiran, dan karya-karya dari berbagai zaman.

Buku juga berfungsi sebagai sumber referensi bagi generasi mendatang.

Apakah membaca di negeri ini juga menjadi sebuah kegiatan?

Saya hanya bisa mengutip banyak komentar” sembilan puluh persen orang negeri ini tidak suka baca buku.

Kecuali membaca media sosial. Membaca perilaku aneh sembari berkomentar hang ..hing..heng. Gaduh … heboh… silakan anda buat sendiri pendapat masing-masing.

Mengejutkan?

Kalau saya gak lah.  Membaca buku memang belum menjadi gaya hidup yang ditekuni oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Pada saat yang bersamaan, televisi lebih mudah diterima dan dijangkau oleh semua kalangan, merebut perhatian setiap orang, tanpa kontrol dan filter.

Buku pun semakin terlihat tidak menarik dan tergeser dengan semarak hiburan layar kaca.

Padahal, bukan berita baru lagi bahwa membaca memiliki banyak manfaat. Yang mungkin Anda tidak ketahui, peran buku ternyata jauh lebih dalam dari sekadar memperkaya informasi dan pengetahuan baru.

Sains membuktikan, membaca meningkatkan aktivitas otak dan kemampuan analisis yang mencerminkan bagaimana seseorang berperilaku dan mengelola emosinya

Sebuah studi  di emory university membandingkan hasil scan otak antara orang yang hobi membaca dan yang tidak, setelah sebelumnya meminta masing-masing partisipan untuk membaca buku literatur klasik.

Terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua gambar tersebut. Partisipan yang hobi membaca menunjukkan aktivitas otak yang lebih giat di sejumlah area tertentu dalam otak mereka.

Secara khusus, peneliti menemukan hubungan yang meningkat di korteks temporal kiri, bagian dari otak yang biasanya terkait dengan pemahaman bahasa.

Para peneliti juga menemukan konektivitas meningkat pada sulkus sentral dari otak, daerah sensorik primer yang membantu otak memvisualisasikan gerakan.

Bayangkan Anda sedang menyelam di laut biru lepas, ditemani dengan ikan berwarna-warni dan dialasi oleh hamparan terumbu karang indah yang berdiri kokoh.

Sensasi yang Anda rasakan (dan pikirkan) seperti Anda sedang benar-benar menyelam, bukan?

Proses yang sama juga terjadi ketika Anda membayangkan diri Anda sebagai karakter dalam sebuah buku: Anda dapat berempati dengan emosi yang mereka rasakan.

Hal ini dibuktikan lebih mendalam pada sebuah studi lainnya masih di waktu bersamaan

Mereka menyelidiki transportasi emosional, yang bisa menunjukkan bagaimana seseorang bisa menjadi sangat sensitif terhadap perasaan orang lain.

Hasil final dari penelitian itu menilai emosi yang terbawa dengan meminta para partisipan berbagi cerita yang dibaca bisa sampai sejauh mana mempengaruhi mereka secara emosional pada skala lima poin.

Misalnya, bagaimana perasaan mereka ketika karakter utama mencapai suatu keberhasilan, dan bagaimana mereka merasa kasihan atau sedih untuk karakter.

Dalam studi tersebut, empati hanya tampak dalam kelompok orang yang membaca fiksi dan yang terbawa oleh alur cerita secara emosional.

Sementara itu, kelompok partisipan yang tidak suka membaca menunjukkan penurunan empati.

Khususnya pada pembaca literatur klasik, otak mereka menunjukkan tingkat empati yang lebih tinggi saat dibandingkan dengan pembaca literatur modern.

Sastra klasik mengharuskan pembaca untuk membedah lebih dalam setiap karakternya, karena penulis klasik meramu tokoh dengan faktor-faktor penentu yang lebih kompleks, manusiawi, ambigu, dan lebih sulit untuk dipahami.

Proses pemahaman karakter-karakter, emosi yang dibawa, dan motif yang melatarbelakangi setiap aksi mereka adalah sama dalam hubungan manusia dengan satu sama lain di dunia nyata.

Prinsip bawaan emosional yang ditemukan oleh tim peneliti  juga lebih lanjut diteliti dalam studi yang lainnya

Hasilnya, ditemukan penggemar buku seri harry potter cenderung menjadi orang yang lebih bijak dan toleran dalam kehidupan

Setelah melakukan tiga penelitian berbeda dalam kelompok partisipan yang berbeda pula, peneliti dapat menyimpulkan bahwa buku membaca bisa mempertajam kemampuan untuk memiliki perspektif yang lebih luas

Termasuk pemahaman dan empati yang lebih mendalam terhadap bberbagai masalah sosial .

Singkatnya, pembaca literatur fiksi adalah orang-orang terbaik untuk dijadikan teman, karena mereka cenderung lebih sensitif dan bisa terlibat dengan emosi orang lain.

Menurut seorang ahli seorang yang tidak suka baca berisiko memiliki penyakit otak

Ini adalah salah satu manfaat buku yang seringnya terlewati oleh mereka yang ogah baca buku.

Membaca bisa memberikan ketenangan dan menurunkan tekanan darah; menyajikan sebuah dunia imajiner alternatif sebagai pelarian sementara dari masalah dunia nyata. Oleh sebab itu, baca buku bisa mencegah seseorang mengalami stress dan depresi.

Selain itu, membaca sama saja dengan melatih kemampuan konsentrasi dan fokus seseorang sehingga bisa mempermudah mereka melakukan multitasking dan menajamkan kekuatan otak dalam kemampuan mengingat dan menganalisis.

Maka dari itu, orang yang rajin membaca diketahui memiliki risiko yang jauh lebih rendah terhadap macam-macam penyakit otak, seperti dementia dan alzheimer.