Bersamaan dengan bergantinya zaman, kebiasaan dan sifat-sifat manusia pun ikut berganti, menyesuaikan dengan era yang kian modern. Tak terkecuali dengan munculnya istilah millennials.
Millenials merupakan istilah yang ditujukan kepada orang-orang yang lahir setelah tahundelapan puluhan
Banyak yang mengatakan bahwa generasi millennial ini cenderung lebih narsis dibandingkan generasi sebelumnya.
Seperti dikutip dari BBC, menurut Jean Twenge, seorang psikolog asal Amerika Serikat, masih ada fakta-fakta lain mengenai generasi zaman sekarang ini.
Jean Twenge mengatakan bahwa kemunculan narsisisme berakar pada perubahan budaya, khususnya meningkatnya fokus individualisme sejak beberapa dekade terakhir.
Contoh dari individualisme ini bisa terlihat dari para orang tua dan masyarakat yang bisa dibilang lebih menghargai prestasi individual seorang anak daripada prestasi dalam tugasnya sebagai warga negara.
Contoh lain adalah ketika orang-orang lebih sering menceritakan tentang keinginannya, rencananya dan mimpinya dibandingkan dengan mendengarkan cerita orang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang tersebut menganggap dirinya sebagai pusat perhatian, sehingga cenderung lebih egois.
Jean Twenge melakukan sebuah penelitian untuk membuktikan pendapatnya ini. Penelitian tersebut adalah “Narcissistic Personality Inventory”.
Penelitian ini meminta responden yang merupakan mahasiswa dari berbagai universitas di Amerika Serikat untuk memilih antara empat puluh pernyataan narsistik tentang gambaran diri.
Salah satunya adalah “Saya akan menjadi orang sukses” dan “saya tidak terlalu peduli dengan kesuksesan.”
Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok responden delapan tahun lalu cenderung lebih narsis dibandingkan dengan kelompok responden tahun 1982.
Psikolog ini juga mengatakan bahwa fakta ini didukung dengan munculnya lagu-lagu pop zaman sekarang yang mengandung lirik berkaitan dengan fokus diri.
Selain itu, lirik lain juga banyak yang menyampaikan frase-frase individualistik seperti misalnya ‘aku spesial’.
Pada tahun elapan puluhan, muncul sebuah gerakan yang diberi nama “Self-Esteem Movement”.
Gerakan ini muncul karena adanya asumsi bahwa rendahnya rasa percaya diri seseorang bisa menyebabkan munculnya masalah pada psikis orang tersebut.
Penelitian membuktikan bahwa asumsi ini tidak benar.
Namun, berkat adanya gerakan ini, masyarakat menjadi lebih menghindari hal-hal yang dapat menurunkan tingkat kepercaya dirian seseorang, khususnya anak muda.
Masyarakat melindungi anak-anak dari penilaian-penilaian yang negatif, seperti misalnya memberikan mereka nilai buruk di sekolah.
Hal inilah yang dipercaya berakibat pada generasi millennials yang memiliki tingkat percaya diri yang tinggi serta merasa diri mereka spesial dan dicintai.
Para ilmuwan menemukan bahwa manusia semakin bertambah kepintarannya seiring dengan terus bergantinya zaman. IQ manusia rata-rata meningkat sekitar tiga poin setiap dekadenya.
Penemuan ini kemudian diberi nama Flynn Effect, sesuai dengan nama James Flynn, orang pertama yang menemukan hal ini.
Meningkatnya kepintaran manusia ini bisa disebabkan oleh berkurangnya tingkat penyakit pada manusia, juga sistem belajar yang lebih baik.
Namun, terlepas dari fakta-fakta di atas yang didasarkan pada penelitian, temuan Jean Twenge masih banyak mendapat sanggahan dari peneliti atau ilmuwan lain.