Usia tak hanya mengubah kulit yang menjadi berkerut dan keriput, tapi juga bisa mengubah area pribadi Anda seperti vagina dan payudara.
Pada payudara ada begitu banyak perubahan yang bisa terjadi dengan bertambahnya usia setiap sepuluh tahun.
Ini bisa payudara kendur atau menjadi kurang padat.
Seperti dilansir Womenshealthmag, Jumat, 22 juli 2016, Anda perlu mencermati yang akan terjadi pada payudara wanita di sejak usia remaja hingga menua.
Ukuran payudara bisa berfluktuasi karena berbagai alasan seperti berat badan.
Menurut Profesor Bedah di Johns Hopskins Medicine, Lisa Jacobs, MD., perubahan itu meliputi metabolisme yang menjadi lambat atau mungkin menetap.
“Payudara ukurannya akan berubah ketika berat badan Anda naik atau turun,” kata Jacobs.
Selain itu, ada juga karena kehamilan, payudara juga jadi berubah.
“Pada usia dua puluhan tahun, banyak wanita hamil sehingga terjadi pembesaran payudara dengan bertambah berat badan dan persiapan menyusui,” katanya.
Setelah selesai menyusui, mungkin payudara terlihat kecil atau lebih besar dibandingkan sebelum hamil.
Kehamilan juga bisa membuat areola Anda lebih gelap atau puting lebih besar, meski gunung kembar ini telah kembali ke ukuran semula seperti sebelum melahirkan.
Perubahan fibrokistik, yang merupakan kondisi yang sangat umum ditandai dengan benjolan jinak di salah satu atau kedua payudara sering muncul ketika perempuan berusia dua puluhan tahun.
Wanita pada usia tersebut mungkin berhubungan dengan perubahan siklus menstruasi, yang berarti adanya perbedaan hormon seperti estrogen.Ini bisa menyebabkan payudara memiliki benjolan, yang keseringan normal.
Apabila Anda merasakan ada benjolan yang sakit, tapi juga terasa sama baik pada bagian lain di payudara yang sama atau berbeda, ini bisa menjadi tanda perubahan fibrokistik dan bukan sesuatu yang mengkhawatirkan.
Menurut Jacobs, benjolan yang berhubungan dengan kanker biasanya tidak menyakitkan. Namun, wanita bisa memastikannya dengan memeriksakan ke dokter Anda jika terlihat ada perubahan besar.
Setelah memiliki anak, kulit payudara mulai meregang karena kenaikan berat badan atau penurunan berat badan.
“Ini bisa menyebabkan stretch mark atau ptosis, yang merupakan payudara melorot,” katanya.
Situasi ini terjadi terutama jika Anda sudah berurusan dengan perubahan berat badan yang signifikan selama dan setelah kehamilan, jadi jangan khawatir jika tanda peregangan muncul, meskipun peregangan juga berpeluang muncul di perut Anda.
Pada usia 40an tahun, menopause bisa menyebabkan payudara berubah sama seperti ovarium yang mulai sedikit memproduksi estrogen.
Intinya, payudara Anda sudah involusi, yang artinya jaringan payudara berganti dengan lemak yang lebih lembut. Alhasil, wanita merasa tak sekenyal sebelumnya.
Involusi tak terjadi secara serempak sehingga satu payudara memperoleh lemak, Sedangkan jaringan sebelahnya seperti benjolan.
Bila benjolan lembut seperti sisi hidung Anda, ini bukan peringatan. Jika benjolan sedikit lebih keras seperti jembatan hidung Anda, ini harus diperiksa.
Sering melakukan tes bisa membantu Anda melihat adanya perbedaan yang mungkin perlu diperiksa ke dokter.
Meskipun Anda bisa mengalami ptosis setelah berat badan bertambah atau hamil, kondisi ini lebih mungkin terjadi secara alami karena usia Anda.
Elastisitas payudara bisa menurun karena kolagen pencegah kendur mulai berkurang. Ini juga terjadi ketika payudara Anda kurang padat. Karena itulah mammogram sering disarankan ketika usia sudah 40 tahun. Ini karena dokter bisa melihat lebih baik akibat kurangnya kepadatan, kata Jacobs.
Berhubungan seksual bisa memengaruhi seluruh tubuh. Pada wanita, seks tak hanya mengubah dan membuat vagina (Miss V) bereaksi. Pada salah satu zona erotis wanita, yakni payudara juga akan terpengaruh dengan aktivitas seksual.
Ketika terangsang dan seluruh darah mengalir ke semua tubuh, termasuk ke payudara, kebanyakan wanita menyadari putingnya mengeras dan tegak.
Namun jika Anda tak mengalaminya, mungkin ada hal yang terjadi di payudara saat berhubungan intim seperti dikutip Bustle
Payudara masuk dalam zona sensitif. Saat bergairah tentu saja organ tubuh ini menjadi lebih sensitif dengan sentuhan. Tak hanya puting, tetapi juga areola, dan payudara secara keseluruhan.
Tubuh mengalami empat tahap yang berbeda selama hubungan seksual yakni kegembiraan, plateau, orgasme, dan resolusi. Selama fase plateau tubuh seperti mengembang dan membengkak, untuk mengantisipasi orgasme.
Ketika bercinta, Miss V mengembang sekitar dua pertiga ukuran biasa selama fase ini. Payudara juga lebih besar, tepatnya lebih besar hingga 20 sampai 25 persen.
Tak hanya ukuran payudara yang lebih besar, areola juga ikut membengkak saat berhubungaan intim. Ini adalah kombinasi dari payudara menjadi penuh dengan darah yang mengakibatkan perubahan ukuran. Kadang-kadang areola sangat membengkak sehingga tidak terlihat puting tegak. Padahal, selama wanita terangsang puting bakal mengeras.
Itu adalah kelenjar apokrin di areola yang melepaskan feromon (“keringat wangi”). Pada tingkat sadar Anda dan pasangan mungkin tak bisa mencium aromanya atau mendeteksi keberadaannya. Anda berdua hanya akan menjadi lebih tertarik satu sama lain secara seksual.
Ketika payudara dibelai, stimulasi puting mengirim memo ke otak dengan mengatakan sudah waktunya untuk melepaskan oksitosin. Oksitosin yang dikenal sebagai hormon cinta membuat orang merasa mesra, dan merupakan komponen utama dalam menciptakan ikatan emosional selama seks.
Menurut sebuah studi Universitas Rutgers, ada hubungan neurologis antara puting dan stimulasi clitoris. Ini artinya, wanita yang kesulitan orgasme bisa terbantu dengan rangsangan kedua payudara agar mencapai klimaks.
Bahkan, ada beberapa wanita yang rangsangannya hanya berasal dari puting saja.
Kombinasi estrogen yang melalui tubuh dan stimulasi pembuluh darah menyebabkan bagian bawah maupun sisi payudara berwarna merah muda atau pink.
Warna pink ini juga dapat menyebar ke perut bagian atas dan leher.
Sebelum menjadi pink, payudara berwarna biru karena vena di payudara menjadi lebih terlihat berkat vasocongestion.