Ejakulasi pada pria kerap diidentikkan dengan klimaks bercinta atau orgasme.
Ya, sebagian orang mengira cairan mani yang keluar saat ejakulasi itu sama dengan orgasme.
Padahal orgasme terjadi sebelum ejakulasi.
Ada banyak hal yang terjadi di dalam tubuh pria sebelum ia mencapai klimaks atau orgasme.
Urologist Aaron Spitz, MD, mengatakan bahwa baik penis maupun otak memiliki keterkaitan erat menciptakan kombinasi sinyal untuk bisa menimbulkan ejakulasi.
Dibutuhkan banyak rangsangan untuk bisa membuat pria klimaks, baik itu dengan sentuhan kulit, pijatan, dan tekanan di beberapa bagian tubuh tertentu atau sering dikenal dengan titik rangsang.
Tapi tidak banyak yang tahu bahwa indera lain seperti penglihatan, penciuman dan pendengaran juga memegang peran penting meningkatkan intensitas rangsangan dan meningkatkan gairah pria.
Entah itu melihat gerakan tubuh, menghirup aroma tubuh dan mendengarkan suara desahan pasangan menjadi pemicu tersendiri.
Otak pria akan membentuk imajinasi dan fantasinya sendiri, sehingga otak akan mengirimkan respon tersebut ke area intim untuk klimaks. (Foto: iStockphoto)
Otak pria akan membentuk imajinasi dan fantasinya sendiri, sehingga otak akan mengirimkan respon tersebut ke area intim untuk klimaks.
Tidak hanya itu, kelenjar hipotalamus dan kelenjar pituitari di bawah korteks serebral akan melepas hormon ke dalam darah yang akan memberi isyarat pada buah pelir untuk memproduksi sperma dan testosteron.
Semua kombinasi stimulasi sensorik ini akan memenuhi penis dan terjadilah klimaks.
Jadi, itulah yang terjadi di dalam tubuh dan otak pria saat bercinta dan akan mencapai klimaks. Ternyata, ada banyak faktor pendukung ia bisa klimaks ya ladies.
Dikutip dari WebMD, William Masters and Virginia Johnson menciptakan istilah “respon siklus seksual” untuk menggambarkan urutan kejadian yang dilalui tubuh saat pemiliknya terangsang secara seksual dan berpartisipasi dalam kegiatan yang merangsang secara seksua.
Respon siklus seksual dibagi menjadi empat tahap: gairah seksual, masa stabil, orgasme, dan resolusi.
Tidak ada batas jelas di mana suatu tahap dimulai dan berakhir — semua ini menjadi bagian dari proses yang berkelanjutan dari respon seksual.
Perlu diingat bahwa siklus ini adalah garis besar yang sangat umum dari apa yang terjadi pada tubuh masing-masing saat kita menjadi terangsang secara seksual. Ada banyak variasi antara individu, serta di antara peristiwa seksual yang berbeda.
Baik pria maupun wanita melalui empat fase tersebut, yang membedakan hanyalah waktu. Pria biasanya mencapai orgasme lebih dulu saat berhubungan seksual, sementara wanita bisa memakan waktu hingga lma belas menit untuk mencapai poin yang sama.
Fase ini biasanya dimulai dalam waktu sepuluh hingga tiga puluh detik setelah stimulasi erotis, dan dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
Pria: Penis menjadi sedikit tegak. Testis membengkak, skrotum mengencang, dan penis mulai mengeluarkan cairan pra-ejakulasi. Puting seorang pria juga dapat mengeras dan menegak.
Wanita: Pelumasan vagina dimulai. Vagina membengkak dan memperpanjang. Bibir luar, bibir bagian dalam, klitoris, dan terkadang payudara mulai membengkak. Payudara menjadi lebih penuh.
Keduanya: Otot menegang, pupil mata membesar, dan ambang nyeri Anda naik. Denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan meningkat.
Ada peningkatan vasocongestion, atau pembengkakan jaringan yang disebabkan oleh tambahan aliran darah, yang menyebabkan tiga tanda umum dari gairah: puting menegang, kulit memerah, dan ereksi.
Di saat yang sama, otak Anda dibanjiri oleh hormon kuat: dopamin dan oksitosin, khususnya. Dopamin, yang dilepaskan pertama kali, memicu motivasi — dalam konteks ini, motivasi untuk mencapai orgasme.
Oksitosin, yang datang kemudian, membuat Anda merasa terikat (
Sebagai pasangan hormon, dua neurotransmitter ini dapat menjelaskan mengapa kita merasa langsung — walau hanya sebentar — terikat dengan pasangan kita ketika kita mulai merasa bergairah.
Dilansir dari Refinery 29, geografi otak menyala seperti kembang api selama gairah seksual: Setengah lusin bagian otak menjadi aktif, termasuk amigdala (yang terkait dengan emosi), hippocampus (yang terkait dengan manajemen memori), dan insula anterior (membantu memproses perasaan fisik).
Otak laki-laki dan perempuan tidak selalu merespon dengan cara yang sama terhadap rangsangan pembangkit gairah. Pria menunjukkan aktivitas otak yang lebih dalam amigdala sementara wanita hampir tidak ada.
Jika rangsangan seksual terus terjadi, tahap berikutnya dalam siklus respon seksual akan terjadi. Fase ini, yang disebut tahap stabil (plateau), mungkin atau mungkin tidak diungkapkan, baik secara lisan atau melalui tindakan atau perilaku.
Selama fase plateau, rangsangan gairah dapat mencapai tingkat paling tertingginya, dapat hilang, dan kemudian timbul kembali beberapa kali. Begitu Anda mencapai puncak tahapan plateau, orgasme akan mengikuti.
Selama orgasme, segala ketegangan seksual dilepaskan. Hanya tepat sebelum orgasme, detak jantung, pernapasan, tekanan darah, dan ketegangan otot mencapai puncak tertinggi mereka.
Orgasme adalah tahapan klimaks dari keempat rangkaian respon siklus seksual. Tahapan ini juga merupakan tahapan respon seks tersingkat, biasanya hanya berlangsung selama beberapa detik.
Pada pria, perubahan fisiologis saat mencapai orgasme termasuk cairan air mani yang terkumpul di dalam bola uretra.
Kondisi ini terjadi ketika seorang pria merasa yakin akan mengalami orgasme, atau yang disebut dengan “keniscayaan ejakulasi”. Selanjutnya, penis melepaskan ejakulasi. Kontraksi juga terjadi pada penis selama fase orgasmik.
Bagi wanita, fase orgasmik akan ditandai dengan kontraksi dari sepertiga dinding vagina terdepan dengan irama delapan ketukan persepuluh detik. (Jumlah dan intensitas kontraksi bervariasi tergantung pada orgasme yang dialami individu.) Otot-otot rahim juga berkontraksi, meski hampir tidak terasa.
Pada umumnya, fase orgasmik akan dapat dirasakan ketika laju pernapasan, denyut nadi, dan tekanan darah terus meningkat. Ketegangan otot dan pembengkakan pembuluh darah akan mencapai puncaknya. Kadang, orgasme datang dengan refleks “menggenggam” pada otot tangan dan kaki.
Untuk pria dan wanita, ada empat jenis saraf yang bertanggung jawab untuk mengirimkan informasi ke otak selama orgasme. Saraf hipogastrik mengirimkan sinyal dari rahim dan leher rahim pada wanita, dan dari prostat pada pria; saraf panggul mentransmisikan sinyal dari vagina dan leher rahim pada wanita, dan dari dubur pada kedua jenis kelamin; saraf pudenda mentransmisikan dari klitoris pada wanita, dan dari skrotum dan penis pada pria; dan saraf vagus mentransmisikan dari leher rahim, rahim, dan vagina pada wanita.
Meskipun kedua jenis kelamin ini cenderung terlibat dalam perilaku berbeda saat melakukan aktivitas seks, otak pria dan wanita tidak terlalu berbeda. Selama orgasme, lateral orbitofrontal cortex — daerah otak di belakang mata kiri — nonaktif selama orgasme.
Wilayah ini dianggap memberikan alasan logis dan kontrol perilaku. Otak dari kedua pria dan wanita saat orgasme dikatakan terlihat seperti otak dari orang yang terpengaruh oleh heroin, dilansir dari Medical Daily, menurut sebuah studi dari Journal of Neuroscience.
Perbedaan antara kedua jenis kelamin terletak pada periaqueductal gray atau PAG — bagian dari otak yang diaktifkan ketika seorang wanita terlibat dalam hubungan seksual.
PAG adalah bagian dari otak yang mengontrol respon fight-or-flight, dan itu tidak diaktifkan pada pria ketika mereka mencapai orgasme.
Studi juga menemukan bahwa perempuan mengalami penurunan aktivitas di amgydala dan hippocampus ketika mereka mencapai orgasme, yang membantu mengontrol ketakutan dan kecemasan.
Apa artinya perbedaan ini? Para peneliti berteori bahwa bagian-bagian otak yang aktif ini adalah karena wanita perlu merasa aman dan santai untuk mencapai orgasme, sesuatu yang mungkin tidak penting untuk orgasme pria.
Para peneliti juga percaya bahwa laki-laki mungkin tidak terlalu dipengaruhi oleh oksitosin, yang dilepaskan selama orgasme.
Oksitosin dapat menginspirasi perasaan kedekatan, kasih sayang, dan keintiman, dan beberapa orang berteori bahwa ini adalah alasan mengapa wanita mungkin lebih rentan untuk terbawa perasaan setelah berhubungan seks.
Para peneliti menunjukkan bahwa kadar testosteron dalam otak laki-laki mungkin memerangi oksitosin dan membuat kaum pria kurang terpengaruh oleh perasaan mesra, membuat kencan dan seks kasual memiliki makna yang dangkal bagi mereka.