Perasaan wanita seringkali lebih peka daripada pria. Wanita kerap dinilai lebih emosial daripada pria.
Berdasarkan riset dari University of Basel di Switzerland, hal tersebut memang wajar, sebab ada perbedaan struktur otak antara wanita dan pria.
Ciri-ciri ini bisa ditandai dengan kurangnya empati, mengabaikan perasaan orang lain, dan tanda lain seperti kurangnya rasa penyesalan atau rasa bersalah.
Sifat-sifat ini dikaitkan dengan kurangnya pengembangan hati nurani dan empati.
Temuan dalam riset tersebut menunjukkan, pada perkembangan anak laki-laki, volume insula anterior atau volume materi abu-abu tumbuh lebih besar pada bagian yang kurang peka terhadap perasaan dan emosi.
Contohnya saja, pengaruh hubungan seks pada emosi pria dan wanita. Katanya, wanita lebih baper sehabis berhubungan seks, sedangkan pria lebih santai kelihatannya daripada wanita. Benarkah seperti itu?
Perempuan cenderung memberi nilai lebih untuk seks ketimbang pria. Jadi, tidak heran kalau wanita mudah untuk baper setelah berhubungan seks.
Mengapa demikian?
Ternyata ada alasan biologis mengapa wanita lebih emosional dari pria.
Saat berhubungan seks, hormon oksitosin akan dilepaskan baik sepanjang aktivitas seks hingga saat orgasme pada pria dan wanita.
Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan rasa percaya pada pasangan, membuat Anda merasa lebih terhubung satu sama lain, dan bisa mengurangi stres. Nah, oksitosin pada tubuh wanita dan pria ini berbeda porsi dan efeknya.
Meski hormon oksitosin dirancang untuk membuat pria dan wanita saling terikat satu sama lain, nyatanya keberadaan hormon lain di tubuh pria dan wanita akan membuat itu semua jadi berbeda.
Berbeda seperti apa?
Begini, wanita punya hormon estrogen dan pria memiliki testosteron. Hormon estrogen wanita ini jika bertemu dengan oksitosin, efeknya akan meningkatkan perasaan emosional tadi, jadi lebih terikat dan lebih menenangkan para wanita.
Berbeda dengan pria, ketika testosteron berjumpa dengan oksitosin, yang terjadi hormon oksitosin tersebut malah meredup dan tidak meningkat. Itulah mengapa efeknya adalah wanita akan merasa lebih terkoneksi secara emosional daripada pria, setelah berhubungan seks.
Perbedaan pria dan wanita ini juga sangat jelas saat mereka menerima rangsangan seksual.
Pria dengan gampang bisa ereksi lalu orgasme dengan sendirinya ketika melihat tubuh wanita tanpa busana atau bahkan berpakaian minim.
Dengan birahinya ini, ia pasti akan menuntaskan hasrat seksualnya dalam waktu dekat.
Tapi kalau wanita? Wanita adalah makhluk yang sangat sulit dimengerti. Hasrat seksnya tidak begitu saja ada dan muncul, dan belum tentu harus ia tuntaskan. Ketika merasa ingin berhubungan seksual, pria akan mencari tempat dan pasangan untuk melakukannya, tetapi wanita akan mencari alasan yang tepat untuk melakukannya.
Pastinya ada. Untuk wanita, yang perlu diingatkan adalah, pria dan wanita itu berbeda. Wanita tidak boleh berharap bahwa gejolak emosio yang terjadi pada dirinya dan pasangan akan sama.
Tanamkan kepada pikiran sendiri, bahwa “tidak baper” adalah salah satu cara kaum wanita untuk mengatur emosi mereka. Ingat, perasaan emosional ini bisa saja datangnya dari hormon, jadi tidak perlu terlalu dipusingkan.
Setelah itu, semua kembali lagi tergantung pada perasaan emosional masing-masing. Wanita akan mencari seorang pria yang secara emosional bersedia saling terbuka, dan jujur.
Karena, hal ini dapat memberi jaminan emosional bahwa pria tersebut akan tetap terikat sehabis berhubungan seks.
Inilah yang penting dilakukan oleh pria, penting untuk menyampaikan kejujuran saat hendak bertemu wanita.
Dibutuhkan juga komunikasi yang jelas dari semua sisi, agar tidak terjadi ketimpangan emosi setelah tubuh saling terhubung satu sama lain.