Pernahkah bertemu dengan seorang yang sepertinya “nakal” karena terus-menerus mencari kepuasan seks?
Jangan terlalu cepat menghakimi karena ternyata ketagihan seks dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Dikutip dari laman psychguides.com pada Rabu, 16 Maret 2016, ternyata sebutan ketagihan seks dapat muncul melalui beberapa gejala.
Ketagihan seks dapat merujuk kepada sejumlah perilaku yang dilakukan secara berlebihan dan berdampak negatif kepada kehidupan seseorang.
Di AS, ketagihan ini belum dimasukkan dalam daftar kondisi yang mendapatkan diagnosis, tapi penelitian menunjukkan ada kemiripan dengan ketagihan zat kimia.
Yang menarik, ketagihan pornografi tidak sama dengan ketagihan seks. Ketagihan pornografi hanyalah salah satu bentuk ketagihan seks.
Ada sejumlah gelagat yang mencirikan apakah seseorang ketagihan seks, mencakup tanda-tanda emosional maupun jasmani.
Jika seseorang menderita ketagihan seks, orang itu mungkin tidak memiliki batasan-batasan yang sehat.
Jika seorang suami ketagihan pornografi atau seks, istri bisa merasa terasingkan, depresi, marah, atau dipermalukan dan perlu dirawat.
Jika seseorang ketagihan seks, ia bisa mudah terlibat secara seks atau emosional dengan orang lain walaupun belum begitu kenal, demikian menurut kelompok Sex and Love Addicts Anonymous.
Karena kebanyakan orang yang ketagihan seks merasa takut terabaikan, mereka mungkin malah bertahan dalam hubungan yang tidak sehat, atau berganti-ganti hubungan.
Ketika sendirian, mereka merasa kosong atau tidak lengkap. Mereka mungkin juga memandang perasaan bersalah, kesepian dan ketakutan dari cara pandang seksual.
Walaupun ketagihan seks atau ketagihan pornografi bisa menyebabkan sejumlah dampak sampingan jasmani, hanya ada sedikit gejala fisik penanda kelainan ini.
Namun demikian, gejala fisik ketagihan seksual yang cukup lazim adalah merasa tidak berdaya karena adanya obsesi seksual atau emosional. Atau tak berdaya menolak keinginan berhubungan seksual.
Menurut USDA sekitar 38 persen kaum pria dan empat puluh lima persen kaum wanita yang ketagihan seks memiliki penyakit kelamin yang diakibatkan oleh perilaku mereka.
Kehamilan juga merupakan dampak sampingan yang lazim yang dikarenakan oleh perilaku berisiko ini. Dalam suatu survei, hampir tujuh puluh0 persen wanita yang ketagihan seks melaporkan setidak pernah hamil satu kali akibat ketagihan mereka.
Selain itu, ketagihan seks berdampak negatif pada beberapa sisi kehidupan seseorang, misalnya, menurunnya keterlibatan dalam hubungan pribadi, sosial, dan keluarga, berkurangnya konsentrasi dan produktivitas dalam pekerjaan dan dampak jasmani semisal disfungsi ereksi atau penyakit menular seksual.
Ketagihan seks juga memiliki dampak psikologis yang hebat, seperti munculnya perasaan malu, tidak layak, dan tekanan emosi.
Ini mengarah atau berbarengan dengan sejumlah penyimpangan psikologis seperti kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat, persoalan kendali impuls dan kekacauan emosi, serta gejala sejenis obsesif-kompulsif.
Penting untuk diketahui bahwa penyelesaian masalah yang muncul berbarengan dalam kehidupan seseorang—misalnya depresi, kecemasan sosial, atau pengucilan sosial—dapat mempermudah pemulihan dari ketagihan seks.
Ketagihan seks, seperti halnya ketagihan pornografi, dapat berkembang karena beberapa faktor mencakup semua aspek kehidupan seseorang, termasuk dukungan gen: seseorang bisa saja memiliki predisposisi genetik kepada kekacauan emosi, meletup-letup, atau perilaku cari perhatian.
Orang ini bisa juga memiliki predisposisi kepada ciri lain yang berkaitan dengan ketagihan seks, antara lain kecemasan atau depresi
Hormon: seperti diduga, lebih tingginya kadar hormon seks seperti testosteron atau estrogen dapat mempengaruhi libido.
Jika seseorang cenderung kepada perilaku meletup-letup dan memiliki kadar tinggi hormon seks, orang ini lebih berkemungkinan terlibat dalam kegiatan seksual yang berlebihan.
Selain itu pengaruh lingkungan: faktor-faktor lingkungan masa kecil, termasuk kejadian tidak menyenangkan semisal penistaan atau paparan kepada hal-hal seksual, dapat ikut andil kepada beberapa ciri yang mendorong perilaku hiperseksual.
Kesehatan mental: kecemasan, depresi, penyimpangan kepribadian, buruknya kendali letupan, dan kecemasan dapat menjadi masalah ikutan yang dihadapi seorang selain ketagihan seksnya.
Orang yang mendapat diagnosa penyimpangan bipolar atau ada kecenderungan ke arah keadaan ‘manik’, jauh lebih berkemungkinan terlibat dalam perilaku berlebihan atau berisiko.
Penolakan dalam hubungan dan lingkar sosial dapat mengarah kepada cara lain yang kurang sehat untuk mencari kepuasan seks.
Pengucilan sosial: pengucilan sosial bukan hanya menambah kecenderungan seseorang mencari cara yang tidak pantas untuk pemuasan seks, hal ini juga mengundang sejumlah masalah—semisal depresi dan sakit jasmani—yang turut andil kepada ketagihan seks ataupun perilaku seks tidak sehat.
Pembelajaran sosial: menyimak seseorang melakukan suatu perilaku atau mempelajari ‘model’ adalah suatu cara mempelajari suatu yang baru, khususnya jika orang ‘suka’ atau mengidentifikasi diri dengan orang yang dicontoh itu.
Jadi, kalau punya teman atau sekelompok teman yang terlibat dalam kegiatan seks atau menonton pornografi secara berlebihan dapat mempengaruhi seseorang secara salah tapi kuat.