Patah hati mungkin menjadi salah satu hal yang menyakitkan bagi siapa pun.
Dan semua bisa saja terjadi ketika kita patah hati.
Bahkan patah hati bisa menimbulkan trauma yang cukup mendalam bagi individu yang tidak mampu bangkit dari keterpurukan.
Seperti ditulis laman Health, hari ini, Rabu, 28 Februari ada beberapa pelajaran berharga yang wajib Anda ketahui agar bisa bangkit dari patah hati.
Psikolog klinis, Guy Winch, PhD mengeksplorasi pengalaman patah hati serta mengatasi trauma akan hal itu lewat bukunya, How to Fix a Broken Heart.
Dalam bukunya, Winch menjelaskan sebuah studi yang meneliti individu yang baru saja melewati patah hati atau penolakan berat.
Studi tersebut membandingkan dua hasil pindai fMRI, satu pindai diambil ketika individu tengah menatap foto-foto mantan.
Sementara pindai lainnya diambil ketika individu terpapar panas yang menyebabkan nyeri tak tertahankan.
Ternyata dua hal tersebut memengaruhi area otak yang sama.
Dengan kata lain, otak merespon dengan cara yang serupa terhadap nyeri emosional maupun nyeri fisik yang tak tertahankan.
Seperti para pecandu narkoba yang menarik diri dari jenis kokain atau heroin, mereka yang patah hati pun sulit menghentikan fokus memikirkan orang-orang yang telah terlewatkan.
Hal ini menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk bisa menarik diri dari hal tersebut.
Umumnya, gejala yang timbul saat berusaha bebas dari patah hati adalah gagal fokus, susah tidur, kehilangan nafsu makan, mudah cemas, tersinggung, sering menangis, depresi dan kesepian.
Meski tampak berat, bagaimana pun juga patah hati harus disembuhkan.
Kehadiran media sosial kerap menjadi tantangan untuk menyembuhkan orang-orang yang patah hati. Ketika membuka media sosial, Anda akan cenderung untuk melihat akun mantan. Inilah yang membuat Anda kesulitan untuk bangkit dari patah hati.
Oleh sebab itu, para pakar menyarankan untuk menghapus semua kontak terkait mantan, bila perlu dilakukan pemblokiran.
Hal ini dapat membuat Anda terhindar dari risiko mengaktifkan kembali perasaan yang menyakitkan.
Hal ini yang justru sangat berbahaya. Ketika mengalami patah hati, Anda akan merasakan nyeri dada, kejang, dan peningkatan kadar hormon stres epinefrin. Hal inilah yang menjadi tanda-tanda gagal jantung.
Dalam kondisi ini, kekuatan mental memang menjadi faktor yang penting.
Pergolakan patah hati akan membuat Anda mengklaim diri sendiri kehilangan akal. Hal ini justru akan memperkeruh suasana.
Oleh sebab itu, nasehat terbaik adalah tenangkan diri dan yakinkan bahwa Anda tidak gila. Anda harus selalu ingat situasi ini akan berlangsung sementara, karena setelah itu, Anda akan menjadi stabil setelah rasa sakit secara emosional mereda.
Patah hati sangat mungkin berujung pada penyesalan. Dalam kondisi tersebut, Anda akan cenderung untuk ingin melihat kembali apa yang sudah terjadi selama hubungan.
Namun demikian, hal ini bisa menjadi buruk bagi Anda. Oleh sebab itu, Anda harus berani untuk melupakan semuanya dan memulai menata hidup dari awal.
Ketika putus cinta dan menyebabkan patah hati, Anda akan cenderung berusaha untuk mengejar alasan logis dan lengkap mengapa dirinya memutuskan hubungan ini.
Hal tersebut akan membuat Anda lebih rentan secara emosional, sehingga perasaan terluka, marah, frustasi, dan bingung pun akan muncul lagi.
Oleh sebab itu, Anda harus berusaha untuk menerima kenyataan bahwa dirinya sudah membuat keputusan karena tidak sesuai dengan perlakuan atau sikap yang dimiliki.
Hal ini akan tentunya akan menjaga harga diri Anda.