Anda ingin mencari pasangan?
Kalau iya apakah Anda harus mendapatkan orang yang mirip dengan ayah atau ibu?
Ya, banyak yang bilang seorang laki-laki akan mencari pasangan yang mirip dengan ibunya, sedangkan perempuan akan mencari pasangan yang seperti ayahnya.
Mirip di sini belum tentu secara fisik, melainkan lebih kepada sifat dan pembawaan seseorang. Namun, benarkah kita akan mencari pasangan yang mirip seperti orangtua kita sendiri?
Apakah ada teori atau ilmu yang bisa menjelaskan fenomena ini?
Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa banyak orang cenderung mencari pasangan yang mirip dengan orangtuanya.
Bahkan, pria cenderung memilih pasangan seperti ibunya dan wanita cenderung memilih pasangan seperti ayahnya.
Tak cuma sampai situ, anak yang orangtuanya berusia jauh dari mereka, misalnya seorang wanita yang jarak usia dengan ayahnya sangat jauh berbeda pun cenderung menyukai pria yang berusia jauh lebih tua darinya.
Kemiripan tersebut bisa dari segi sifat, bisa juga dari segi fisik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pria ternyata memberikan gambaran sosok wanita idaman yang mirip ibu mereka pada saat masih muda, begitu juga dengan wanita.
Uniknya lagi, ternyata gambaran kemiripan fisik pasangan dengan orangtua Anda juga sangat berkaitan dengan kualitas hubungan Anda dengan orangtua.
Semakin baik hubungan anak dengan orangtuanya, maka semakin besar pula kecenderungan seseorang untuk memilih pasangan yang secara fisik mirip dengan orangtua mereka.
Teori imprint bisa jadi penyebabnya. Contoh imprint yaitu ketika seekor anak bebek menetas, anak bebek tersebut kemudian akan terus mengikuti dan “menempel” dengan induknya, yaitu sosok yang pertama kali dilihatnya.
Ternyata alam bawah sadar manusia juga melakukan imprint terhadap orangtua atau pengasuhnya.
Karena itulah secara tidak sadar, mereka akan “menempel” atau memilih pasangan yang menyerupai sosok orangtua mereka.
Selain itu, para ahli juga memercayai teori attachment (kelekatan) yang prinsipnya sangat mirip dengan imprint.
Seorang anak akan membangun ikatan dan attachment pada orangtuanya agar bisa bertahan hidup.
Nah, setelah beranjak dewasa, Anda pun akan semakin lepas dari sosok orangtua. Maka untuk bisa bertahan hidup, Anda akan mencari sosok yang bisa memenuhi segala kebutuhan Anda seperti halnya orangtua memenuhi kebutuhan Anda.
Itulah mengapa akhirnya Anda memilih pasangan yang mirip dengan orangtua sendiri.
Meski hubungan anak dengan orangtuanya tidak baik, anak tetap mungkin saja memilih pasangan hidup yang mirip dengan orangtuanya. Ini bisa terjadi secara tidak sadar.
Bahkan, karena memilih sosok yang sangat mirip dengan orangtua Anda, konflik dan masalah yang terjadi dengan orangtua juga dapat terulang kembali dengan pasangan Anda.
Misalnya Anda punya orangtua overprotektif dan Anda saat ini punya pasangan yang overprotektif juga.
Masalah yang Anda hadapi dengan pasangan pun tentu tidak jauh-jauh dari masalah yang dulu Anda hadapi dengan orangtua sendiri, yaitu masalah kebebasan dan kepercayaan.
Oleh karena itu, bila dalam hubungan tersebut pasangan ternyata memiliki sifat-sifat negatif dari orangtua Anda, tingkat kepuasan Anda dalam hubungan tersebut jadi rendah.
Selain karena teori imprint dan attachment, ada satu hal penting yang bisa menentukan sosok pasangan hidup seperti apa yang Anda cari. Hal penting ini adalah pola asuh atau didikan orangtua.
Misalnya pola asuh orangtua yang penuh kehangatan dan tidak menuntut pasangan. Pola asuh ini rupanya dapat membentuk pola pikir anak sehingga ia akan menjalin hubungan yang penuh kedekatan dan rasa saling percaya terhadap pasangan.
Hubungan anak dengan orangtua yang dapat membuat anak merasa nyaman dan dicintai juga akan menumbuhkan sifat peka dan bertanggung jawab dalam diri anak ketika ia menjalin hubungan dengan orang lain.
Namun, bila hubungan anak dengan orangtuanya kurang baik, ini akan menghasilkan sifat anak yang penuh kecemasan, takut berkomitmen, dan sulit percaya dalam suatu hubungan asmara.
Walapun sifat orangtua menjadi salah satu faktor dalam pemilhan pasangan, ada hal-hal lain juga yang tetap harus dipertimbangkan.
Misalnya apakah Anda merasa cocok dengan pasangan, punya pola pikir dan tujuan yang sama atau tidak, serta apakah Anda lebih bahagia bersamanya atau tidak.
Kemiripan sifat atau penampilan dengan orangtua saja tidak bisa jadi patokan atau tolak ukur dalam menentukan pasangan yang ideal buat Anda.
Justru bisa jadi Anda memiliki pasangan yang sifatnya sungguh berbeda dengan orangtua Anda, tetapi Anda berdua justru lebih cocok bersama.
Di luar dari mirip atau tidaknya sifat pasangan dengan orangtua Anda, perlu Anda tanamkan pula suatu pemikiran bahwa bila kedua belah pihak saling percaya, menghargai, menyayangi, dan mau berkomitmen, maka hubungan tersebut tetap dapat terjalin dengan baik.