Kata orang, seseorang yang suka marah-marah itu bakal cepat tua.
Namun begitu, ada fakta lain yang lebih mengerikan .
Orang yang sering marah-marah rupanya berisiko meninggal lebih cepat dibanding orang yang tenang.
Peneliti dari Iowa State University menemukan pria usia dua puluh hingga empat puluh tahun memiliki risiko satu setengah kalii lipat meninggal di usia tiga puluh lima tahun kemudian.
Hal ini lebih cepat dibandingkan orang-orang yang dalam kesehariannya tenang seperti mengutip laman Daily Mail,.
Peneliti tidak mengetahui pasti mengapa pria pemarah berisiko meninggal lebih cepat.
Mereka mengatakan studi sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara kemarahan dan proses fisiologis negatif, termasuk aterosklerosis atau sumbatan arteri.
Selain itu, terkait juga sejumlah faktor terkait antara stres dengan kerusakan fisiologis. Bila tubuh sering melepaskan hormon adrenalin selama stres bisa merusak DNA.
Hal ini membuat orang tersebut rentan terkena multiple sclerosis.
Multiple sclerosis (ms) merupakan penyakit autoimun yang menyerang saraf.
Kasus MS banyak ditemukan pada orang Amerika, Eropa, dan Australia. Namun kecenderungannya kasus ini makin lama makin banyak ditemukan di Asia.
Mengenai penyembuhan penyakit ini juga belum tersedia hingga kini.
Lalu, bagaimana caranya agar tak marah-marah?
Lain kali bila Anda marah-marah saat macet atau banyak kerjaan, lebih baik ambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk santai.
Kenapa?
Sebab sebuah penelitian belum lama ini menemukan, pria yang kerap marah-marah lebih cepat meninggal ketimbang mereka yang hidup lebih tenang.
Seperti diberitakan Dailymail, para ilmuwan menemukan diua puluh lima persen pria pemarah mengalami satu setengah kali lipat peningkatan risiko penyakit dibandingkan dua puluh lima persen pria yang lebih kalem.
“Selain emosi, faktor lain yang diperhitungkan adalah pendapatan, status pernikahan dan perokok,” ujar peneliti dari Iowa State University.
Anehnya, walaupun peneliti tidak mengetahui pasti mengapa pri pemarah berisiko meninggal lebih cepat, mereka mengatakan studi sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara kemarahan dan proses fisiologis negatif, termasuk aterosklerosis atau sumbatan arteri.
Untuk penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Social Science & Medicine ini, para peneliti menggunakan data sampel perwakilan
Psikolog yang berbasis di London, Graham Harga mengatakan, kemarahan secara tidak sadar dapat dipicu pengalaman negatif di masa lalu dan diperkuat oleh ekspresi berlebihan.
“Kemarahan adalah bentuk stres dan stres meningkatkan kadar kortisol dalam aliran darah.”
Penelitian sebelumnya telah membuktikan jika marah atau bentuk lain dari stres ini mengakibatkan, Irritable Bowel Syndrom, stroke, serangan jantung dan masalah kesehatan lainnya.
Di sisi lain, Psikolog Dr Becky Spelman menyampaikan sejumlah hal praktis untuk mengelola kemarahan kita, seperti:
Luangkan waktu untuk mempertimbangkan hal-hal menyenangkan dalam hidup Anda. Tulis dan gambarkan dengan jelas dalam pikiran Anda, visualisasikan apa yang Anda inginkan dari hidup.
Secara umum, orang-orang yang sehat setidaknya tidak menjadi pemarah. Oleh karena itu, disarankan untuk menjaga kebugaran dan diet.
Setidaknya olahraga tiga kali seminggu, dan mengurangi gula dan garam serta makanan olahan