Depresi postpartum menyerang pria?
Ya, menurut sebuah penelitian, satu dafi sepuluh pria juga dijangkiti depresi postpartum
Depresi pospartumini biasanya terjadi pada wanita. Satu dari tujuh wanita di dunia mengalami masalah mental setelah melahirkan.
Namun, siapa sangka jika depresi pospartum tak cuma dialami wanita, tapi juga pria.
Satu dari tiga pria yang baru menjadi seorang ayah mencemaskan kesehatan mentalnya setelah sang buah hati lahir.
Banyak dari mereka yang berjuang membangun pertalian batin dengan bayinya.
Tengok saja cerita Ross Hunt , seorang pria asal Inggris yang mengalami kecemasan pasca-kelahiran sang bayi, Isabelle. “Saya sadar bahwa saya tak ingin menyentuhnya,” ujarnya mengutip The Guardian.
Hunt gagal menemukan koneksi atau ikatan batin antara dirinya dengan Isabelle. Meski sang istri mendandani Isabelle semenarik mungkin, tapi itu tak berarti apa-apa bagi Hunt.
Selalu ada waktu di mana Hunt merasa tak menyukai Isabelle. Setiap perasaan itu muncul, Hunt menuliskannya dalam catatan hariannya.
“Saya harap Isabelle akan mengerti kelak dan percaya bahwa saya sangat menyayanginya,” kata Hunt.
Hunt merupakan satu dari sekian pria yang mengalami depresi pospartum.
Kebanyakan depresi pospartum pada pria tak terdiagnosis dengan baik.
Hal ini disebabkan oleh kesalahpahaman banyak orang bahwa depresi pospartum hanya terjadi pada wanita akibat adanya perubahan hormon pasca-melahirkan.
Andrew Mayers, seorang psikolog yang fokus pada kesehatan mental perinatal dari Bournemouth University, menampik pemahaman tersebut.
“Depresi pospartum bukan cuma urusan hormon, tapi juga tentang faktor-faktor psikologis setiap individu,” kata dia.
Sebuah penelitian pada tahun lalu menemukan fakta bahwa cukup banyak pria yang mengalami depresi pospartum.
Sebelumnya, studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association padadelapan tahun lalu juga menyebutkan bahwa stu darisepuluh pria di dunia mengalami depresi pospartum.
Namun sayangnya, meski sejumlah penelitian telah membuktikan, depresi pospartum pada pria masih belum mendapat pengakuan.
Pertanyaannya, bagaimana depresi pospartum memanifestasikan dirinya pada pria?
“Seorang ayah dengan depresi pospartum menggambarkan sosok yang buruk. Dia tidak ingin mengganti popok dan terlibat dengan buah hatinya,” ujar Mark Williams, seorang ayah yang mendirikan Fathers Reaching Out, sebuah gerakan yang mengampanyekan pentingnya mengetahui gejala depresi pospartum pada pria.
Williams menjadi seorang ayah untuk pertama kalinya pada 2011 lalu. Depresi pospartum yang diderita sang istri membuatnya khawatir akan kemampuannya untuk menjadi seorang ayah.
Perlahan, Williams merasa bahwa perilakunya berada di luar kebiasaannya. Dia frustasi terhadap dirinya sendiri serta berusaha menghindari keluarga dan teman-temannya.
Meski beberapa gejala kecemasan sama-sama terjadi pada ibu dan ayah, tapi Williams percaya bahwa depresi pospartum pada pria terasa berbeda.
“Akan ada lebih banyak penghindaran, seperti terlalu banyak bekerja, mabuk, penyalahgunaan zat-zat terlarang. Itu membuat kepribadian saya benar-benar berubah,” jelas Williams.
David Singley, seorang psikolog asal San Diego, mengatakan bahwa pria lebih mungkin untuk mengekspresikan depresinya melalui kemarahan, agresivitas, emosional, dan kecemasan.
“Mereka juga rentan terhadap penggunaan zat-zat terlarang, perilaku adiktif seperti perjudian, serta rasa sakit pada fisik seperti sakit kepala dan masalah perut,” ujar Singley yang pernah merawat 40 pria dengan depresi pospartum, mengutip Psycom.
Sebuah studi lain pada tahun lalu menemukan bahwa kadar testoreron pada pria akan berkurang setelah mereka menjadi seorang ayah.
“Penurunan testosteron dan peningkatan gejala depresi ini terjadi pada seorang ayah setelah kelahiran bayi,” tulis penelitian tersebut.
Hormon memang berperan besar, namun para ilmuwan memprediksi bahwa faktor terkuat dari depresi pospartum pada pria adalah wanita dengan gejala serupa. Jika istri depresi, maka pria dua kali lebih mungkin untuk mengalami stres pasca-kelahiran.
Hal itu ditemukan dalam sebuah ulasan pada empat belas tahun lalu terhadap dua puluh penelitian sebelumnya.
Ulasan itu menemukan sebanyak lima puluh persen pria mengalami kecemasan akibat depresi yang diderita sang istri. Stres palima puluh persen ibu diidentifikasi sebagai faktor terkuat depresi pospartum pria