Tak terbantahkan, kopi memiliki daya tarik eksotik selian manfaatnya yang beragam bagi tubuh. Kopi, menurut studi dari University of Scranton, merupakan sumber antioksidan yang sangat baik.
Secangkir kopi dalam sehari dapat mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2, alzheimer, bahkan kanker prostat. Untuk , kopi panas pada pagi hari merupakan ritual tersendiri sebelum menjalani hari.
Sebagai sumber antioksidan yang mampu mengencilkan resiko diabetes tipe 2, Alzheimer dan prostat, efek kafein pada kopi dipercaya dapat membantu meningkatkan rasa awas dan kemampuan ingatan.
Tapi, bagi mereka yang minum kopi dengan tujuan untuk menetralisasi kantuk dan menyegarkan tubuh, sebaiknya segera mengubah cara pandang tersebut. Jangan minum kopi saat ngantuk.
Kafein memang bisa menghambat kantuk, namun otak tetap saja lelah. Jika lelah dan ngantuk, obatnya hanya satu, yakni tidur. “Jangan minum kopi pada saat ngantuk!” .
Jika ingin minum kopi harus disesuaikan dengan rencana tidur. Jika ingin tidur pukul delapan pagi, berarti waktu berakhir mengonsumsi kopi adalah pukul delapan sampai sembilan malam. Pasalnya, kafein mempunyai efek selama hingga dua belas jam. Dan, efek kafein mulai bekerja setelah tiga puluh menit diminum.
Bagi mereka yang kerja shiftmalam, jangan minum kopi pukul dua atau tiga pagi, karena itu baru ngantuk-ngantuknya. Minumlah sebelum kerja shift, misalnya pukul sembilan malam.
Para peneliti dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat, menganalisis dampak kafein sebagai faktor penguatan memori. Hasilnya, kafein terbukti dapat menguatkan memori tertentu dalam dua puluh empat jam setelah dikonsumsi.
“Temuan ini menunjukkan kafein memiliki efek pada proses ingatan manusia. Proses ini membuat ingatan lebih permanen dan sulit untuk lupa,” ujar penulis studi Michael Yassa, asisten profesor neurobiologi dan perilaku di University of California, Irvine, yang melakukan penelitian saat berada di Johns Hopkins.
Studi yang dibiayai oleh National Institute of Health dan National Science Foundation AS ini melibatkan seratus peserta peminum kafein tetapi dalam taraf sedang. Artinya, mereka tidak meminum kopi, teh, atau minuman soda dalam jumlah besar.
“Kami memilih peserta yang minum kurang dari lima ratus miligram kafein seminggu. Kebanyakan bukan peminum kopi, tetapi minum soda setidaknya sekali atau dua kali per minggu,” jelas Yassa.
Dalam studi yang dipublikasi dalam jurnal Nature Neuroscience ini, para peneliti meminta para peserta untuk melihat gambar-gambar yang mudah ditemui sehari-hari pada layar komputer, seperti sepatu, kursi, bebek karet, dan lain-lain.
Mereka meminta agar peserta menyebutkan apakah benda-benda tersebut termasuk benda dalam atau luar ruangan.
“Kami tidak terlalu mementingkan jawaban mereka, tetapi ingin mengetahui mereka memperhatikan obyeknya dan mengingatnya,” ujar Yassa.
Lima menit setelah peserta melihat gambar-gambar, setengah dari mereka diberikan dua ratus mg kafein dan setengah lagi diberikan plasebo. Satu hari setelahnya, mereka diminta untuk melihat gambar lagi yang diambil dari sisi berbeda, kemudian menjawab apakah obyek tersebut baru, lama, atau mirip dengan obyek yang kemarin mereka lihat.
Hasilnya, peserta yang diberikan kafein lebih baik dalam membedakan gambar dan mengidentifikasi obyek adalah baru, lama, atau mirip.
“Ini artinya, kafein memiliki efek memperkuat ingatan dalam periode waktu yang lebih panjang, selain manfaat lain rasa awas, perhatian, dan waspada,” kata Yassa.
sumber : www.healthday.com