Laman Elite Daily, dalam tulisan terbarunya hari ini, Jumat, menyembunyikan alarm bagi penggemar seks oral.
Alaram itu datang dari penulis kolom seks Gigi Engle yang mengingatkan seks oral bisa mendatangkan penyakit menular.
Seperti juga ditulis laman Psychology Today dalam konteks kesehatan, seks oral memang berisiko karena menyertakan berbagai infeksi bakteri seperti sifilis
Sebelumnya seks oral dianggap perwujudan kasih sayang mendalam pada pasangan, karena hanya satu pihak yang dipuaskan.
Hal itulah membuat seks oral menjadi sangat intim.
Dan sebagian orang menganggap seks oral bukanlah seks yang sesungguhnya, melainkan hanya foreplay.
Namun sebagian lainnya berpendapat bahwa seks oral sama intim atau bahkan lebih intim dari sekadar seks biasa.
Hal ini memang masih menjadi perdebatan dan kembali kepada sudut pandang masing-masing individu atau pasangan.
Namun, terlepas dari apakah seks oral termasuk dalam seks atau sekadar foreplay, ada bahaya mengintai dari tindakan seks tersebut.
British Association for Sexual Health and HIV mengungkap, perilaku berganti-ganti pasangan seksual menyebabkan infeksi menular seksual seperti chlamydia, herpes, serta gonorrhea yang kebal pengobatan semakin meningkat dan berkepanjangan.
Penasihat kesehatan Dr Peter Greenhouse menjelaskan, “Kita baru saja menyadari bahwa banyak infeksi ditularkan dari seks oral. Sangat sedikit sekali orang yang menggunakan kondom ketika melakukan seks oral.”
“ Mereka tidak tahu bahwa bisa dengan sangat mudah tertular chlamydia dan gonorrhea di belakang tenggorokan.”
Dr Peter menyarankan untuk rutin memeriksakan diri apakah memiliki infeksi seksual.
“Periksakan diri ke klinik untuk mendapat tes rutin atau gunakan kondom, termasuk ketika melakukan seks oral,” ujarnya, dikutip dari laman Dailystar.
Bagi pria yang akan melakukan seks oral pada sang istri bisa menggunakan dental dam pelindung untuk seks oral.
Tak hanya terbuat dari plastik tipis, dental dam juga dilengkapi berbagai rasa.
Sementara itu, laman Superdrug merilis sebuah studi hasil penelitian mengenai frekuensi seks oral pada orang tua di AS dan Inggris.
Studi itu menemukan, sebanyak tujuh puluh satu persen pria dan enam puluh tiga persen wanita dari Inggris mengaku senang melakukan seks oral dibanding responden dari AS.
Ada pun rentang usia orang-orang yang dijadikan objek penelitian itu antara empat puluh lima sampai lima puluh empat tahun.
Namun, ketika para peneliti menanyakan kebiasaan masturbasi di antara kedua negara tersebut, AS lebih unggul dibanding Inggris dengan presentase yang tidak terlampau jauh.
Dari penelitian itu tampak jelas bahwa seks oral lebih diminati dibanding sekadar masturbasi saja.
Kini, oral seks mulai dilakukan oleh banyak pasangan di berbagai penjuru dunia.
Namun, mitos dan kesalahpahaman ternyata masih melingkupi seks oral
Mitos ini populer di kalangan orang dewasa yang berusia muda.
Faktanya, seks oral tanpa kondom tetap berisiko terkena penyakit menular seksual.
Berdasarkan data HIV InSite, University of California, San Francisco, jika pasangan memberikan seks oral pada seorang pria yang di penisnya sedang terdapat luka, atau di mulut orang yang memberikan seks oral sedang ada luka, virus penyakit menular seksual akan menular.
Melakukan seks oral kepada wanita yang sedang menstruasi juga akan meningkatkan risiko penyakit menular seksual.
Faktanya, sifilis mudah menular lewat seks oral. Centers for Disease Control and Prevention AS menunjukkan, sejumlah kasus sifilis terjadi melalui hubungan seks oral.
Sifilis dapat melekat di alat kelamin, bibir, atau mulut. CDC merekomendasikan, orang harus menggunakan kondom selama seks oral untuk mengurangi risiko penyakit menular seksual.
Yang benar adalah luka kecil di mulut akibat menggosok gigi tidak menimbulkan ancaman saat melakukan seks oral.
HIV jarang ditularkan melalui mulut karena air liur mengandung enzim, yang mencegah virus HIV.
Risiko penularan HIV melalui seks oral lebih rendah dari anal atau vaginal seks–walau tetap masih berisiko.
Misal, jika salah satu dari empat cairan yang terkontaminasi dengan HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, atau ASI, maka pasangan yang melakukan seks oral akan tertular virus HIV.
Kandungan air dalam tubuh, seperti keringat, air liur, cairan vagina, dan cairan mani dapat dipengaruhi kebiasaan diet dan gaya hidup.
Namun, hasil ini tidak langsung terjadi.
Artinya, bila Anda minum jus nanas sebelum seks oral, maka tidak akan mengubah rasa air mani.
Mitos ini jelas salah.
Tak hanya seks oral, menurut Planned Parenthood, sebanyak delapan puluh persen wanita mengalami kesulitan orgasme saat hubungan seks melalui vagina.
Tapi wanita mampu mencapai orgasme melalui rangsangan manual dan oral. Misal, seks vaginal ditambah oral seks akan membantu wanita mencapai orgasme.