Gaya hidup yang tidak sehat, termasuk pekerjaan dan berbagai hal lainnya bisa membuat kita lebih rentan terkena stres.
Masalahnya adalah stres bisa menjadi pemicu datangnya berbagai macam penyakit berbahaya seperti hipertensi.
Bahkan, stres juga bisa membuat kita mengalami kenaikan berat badan akibat kemampuannya dalam memicu datangnya rasa lapar. Sebenarnya, bagaimana bisa stres mempengaruhi selera makan kita?
Saat cemas, kita akan cenderung berpikir pendek hanya demi mendapatkan rasa lebih nyaman. Salah satu cara yang akan kita lakukan adalah mencari makanan lezat yang bisa menenangkan pikiran.
Sayangnya, hal ini juga berimbas pada rasa lapar atau keinginan untuk makan dengan berlebihan.
Hormon stres atau kortisol yang jumlahnya semakin meningkat juga akan membuat sinyal lapar di dalam tubuh mengalami kekacauan.
Meskipun kita sebenarnya tidak dalam kondisi lapar, tetap saja kita seperti ingin mengunyah sesuatu hanya demi membuat otak merasa puas.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari University of Minnesota, Amerika serikat, disebutkan bahwa makanan-makanan yang paling sering dicari oleh mereka yang sedang berada dalam kondisi stres adalah cokelat, es krim, dan kue.
Makanan-makanan ini memiliki ciri-ciri rasa yang manis dan bisa membuat kita puas saat mengonsumsinya. Dalam realitanya, makanan-makanan ini tinggi kandungan gula, sumber energi utama dari otak.
Otak yang merasa puas mendapatkan gula akan merasa jauh lebih rileks dan akhirnya membuat kita ingin terus mengonsumsinya.
Masalahnya adalah, makanan yang manis dan kaya gula akan membuat pola makan atau program diet kita menjadi kacau.
Bukannya mampu menjaga berat badan tetap dalam kondisi ideal, hal ini akan membuat berat badan terus melonjak dan kita pun justru akan menjadi lebih stres akibat hal ini.
“Jangan mudah terpancing keinginan mengonsumsi makanan tertentu karena bisa jadi hal ini disebabkan oleh kecemasan, stres, atau kepanikan.
Cobalah untuk menelaah dulu apa penyebab rasa lapar ini agar tidak mudah mengonsumsi makanan tidak sehat,” ungkap Rydin-Gray yang terlibat dalam penelitian ini.
Kelolalah stres dengan lebih baik seperti dengan rajin berolahraga, menikmati pemandangan alam, atau sekadar piknik di tempat yang indah sehingga kita pun bisa segera menenangkan pikiran.
Selain itu pengaruh stress juga bisa membuat seseorang diare
Lantas, apa yang menyebabkannya?
Pakar kesehatan menyebutkan bahwa selain karena mengonsumsi makanan tertentu atau sedang mengalami gangguan pencernaan, stres ternyata juga bisa membuat kita terkena diare.
Dalam dunia medis, kondisi ini disebut sebagai irritable bowel syndrome
Setidaknya, lima belas persen manusia di seluruh dunia mengalami masalah IBS ini.
Meski bisa dialami oleh siapa saja baik itu anak-anak atau lansia, masalah pencernaan ini cenderung lebih sering dialami oleh wanita.
Sebuah penelitian bahkan menghasilkan fakta bahwa kaum hawa memiliki risiko terkena IBS tiga kali lebih besar jika dibandingkan dengan wanita.
Gejala dari IBS adalah perut yang terasa nyeri, kembung parah, diare, atau konstipasi. Penyebabnya juga belum diketahui. Hanya saja, sebagian besar dipicu oleh stres psikologis.
Menurut pakar kesehatan, stres berperan dalamenam puluh hingga delapan puluh persen dari total kasus IBS.
Selain stres, penyebab IBS terbesar lainnya adalah tidak seimbangnya komposisi bakteri di dalam usus. Hanya saja, stres juga bisa ikut mempengaruhi kondisi bakteri di dalam usus.
Karena alasan ini pulalah banyak pakar kesehatan yang menyarankan konsumsi makanan proboitik seperti yoghurt untuk mengelola stres.
Sudah berkali-kali pakar kesehatan menyarankan kita untuk menjaga pikiran agar tidak mudah stres karena dampaknya memang bisa sangat buruk bagi kesehatan tubuh.
Jika memang kita mulai mengalami banyak pikiran, cobalah untuk bercerita ke orang lain atau melakukan refreshing untuk mengatasinya sehingga kita pun tidak mudah mengalami gejala sakit perut atau diare.