Wanita di Inggris “mencampakkan” pembalut kala menstruasi?
“Ya,” tulis “telegraph” yang mengutip hasil studi “public health” yang terkenal itu, Selasa, 17 Januari 2017.
Bila biasanya pembalut jadi barang paling dicari wanita di kala menstruasi, namun berbeda dengan yang terjadi di Inggris.
Para wanita Inggris kini mulai meninggalkan pembalut saat menstruasi.
Para produsen pembalut di Inggris mengalami krisis setelah para perempuan di negara itu memilih mengakhiri masa datang bulan mereka lebih cepat atau menopause dini.
Sejak lima tahun terakhir sebanyak empat ratus ribu ribu wanita mulai mengkonsumsi pil kontrasepsi yang mengandung hormon progesteron untuk mempercepat menopause.
Jumlah pencari menopause dini itu bahkan terus meningkat empat persen tiap tahun.
Situasi tersebut diakui para produsen pembalut sangat merugikan mereka karena berimbas pada pengurangan jumlah pembalut yang dijual di pasar.
Data Kantar Worldpanel menunjukkan total belanja pembalut mengalami penurunan yang cukup signifikan selama beberapa tahun terakhir.
Pada sebelas tahun silam, data penjualan pembalut tercatat sebanyak lima puluh enam juta poundsterling
Angka tersebut kemudian terjun menjadi empat puluh tiga juta poundsterling pada tahun lalu.
“Penggunaan sejumlah kontrasepsi jangka panjang berarti periode menstruasi perempuan akan lebih singkat dan ringan,” kata Natika Halil, kepala eksekutif the Family Planning Association.
“Banyak yang merasa menikmati keuntungan ini, kenyamanan untuk tidak lagi mengonsumsi obat pereda haid. Ini akan sangat berguna bagi mereka yang sibuk seperti ibu pekerja,” ujarnya.
Secara kuantitas, jumlah pembalut satuan yang dijual juga mengalami penurunan sebesar lima juta kemasan setiap tahun.
Salah satu faktor yang disebut mendorong mempercepat menopause adalah karena wanita Inggris berkeyakinan dapat menghemat pengeluaran setiap bulan lantaran tidak perlu membeli pembalut, meski harga pembalut cenderung stabil.
Faktor lain terjadinya tren ini adalah kebijkan kontroversial Pemerintah Inggris pada 2015 yang menetapkan pajak barang mewah untuk pembalut.
Berbagai protes dilakukan untuk menghentikan pemberlakuan pajak.
Para penggiat feminisme berpendapat pembalut merupakan hal esensial bagi wanita alih-alih sebagai barang mewah.
Menanggapi hal tersebut, Uni Eropa kala itu menganjurkan Pemerintah Inggris mengalihkan pajak pembalut untuk kegiatan amal dan sosial dibanding masuk dalam kas negara