Wanita, menurut banyak penelitian, memang “tukang “ gosip “nomor satu.” Tapi jangan salahkan kebiasaan ini. Sebab, menurut peneltian terbaru dari ilmuwan di Michigan Universty, kebiasaan menggosip yang dimiliki para wanita itu memberi dampak baik pada kesehatannya.
Berapa lama waktu yang “didedikasikan” oleh tayangan infotainment di televisi dalam sehari untuk memuaskan kebutuhan wanita untuk bergosip?
Entahlah, yang pasti cukup banyak. Maklum saja, sebab dalam kenyataannya perempuan menggunakan sepertiga dari waktu produktifnya dalam sehari untuk membicarakan soal berat badan, seks, dan masalah orang lain.
Survei yang diluncurkan oleh perusahaan wine First Cape ini mendapati bahwa perempuan menggunakan sekitar dua puluh empat menit dalam sehari untuk membahas berat badan, diet, dan ukuran bajunya. Kemudian, tiga puluh tiga 33 persen perempuan mengakui banyak menghabiskan waktu untuk membicarakan apa yang akan dikonsumsi saat makan siang.
“Perempuan kan memang terkenal karena kemampuannya untuk ngobrol, dan pria terkesima dengan apa saja yang bisa dibahas oleh perempuan saat bersama pasangannya,” ujar Steve Barton, juru bicara First Cape.
Selain soal berat badan, topik utama yang jadi bahan pembicaraan kaum perempuan adalah shopping, diet, olahraga, dan liburan. Masalah dimana harus makan siang saja menempati urutan keempat topik diskusi mereka, diikuti dengan masalah percintaan orang lain, anak-anak, dan operasi kosmetik. Sedangkan urusan mengeluhkan kelakuan pasangan berada di nomor dua dari bawah.
“Saya tak pernah menduga bahwa makanan saja bisa menjadi topik panas,” kata Barton. “Dan, senang juga melihat kebanyakan perempuan bahagia ketika bisa ngobrol sepintas dengan orang-orang yang sama sekali tak dikenal.”
Sebanyak 38 persen perempuan, misalnya, menggunakan 12 menit dalam seminggu untuk bercakap-cakap dengan penjaga toko. Studi juga mendapati bahwa rata-rata perempuan bergosip selama 17 menit sebelum mulai bekerja. Mereka yang punya tetangga yang ramah umumnya menghabiskan hampir setengah jam dalam seminggu untuk ngerumpi.
Tetapi kebiasaan bergosip ini ternyata juga menimbulkan masalah bagi mereka sendiri. Sebanyak 36 persen perempuan, misalnya, mengaku bahwa mereka tak dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia seorang teman. Soalnya setelah diberi sebuah rahasia atau gosip, mereka selalu memberitahukannya pada pasangan, ibu, atau teman baik mereka.
Repotnya, apa yang disampaikan jauh berbeda dengan apa yang didengar dari sumber pertama. Mungkin itu sebabnya perempuan memilih bergosip empat mata saja ketimbang ramai-ramai.
Hasil penelitian menunjukkan perempuan lebih bahagia dan sehat karena kebiasaan ngobrol dan bergosip mengenai berbagai hal yang menyenangkan. Aktivitas kumpul bareng teman perempuan, dan terbawa dalam obrolan hangat dan santai, meningkatkan level hormon progesteron. Artinya, dengan meningkatnya hormon ini, level kecemasan dan stres perempuan berkurang.
Peneliti dari Universitas Michigan, menjelaskan hormon progestetron memainkan peranan penting bagi perempuan. Terutama dalam ikatan sosial dan mendorong perempuan lebih bersemangat membantu orang lain yang berada dalam masalah, meski menimbulkan risiko bagi dirinya.
“Level hormon progesteron yang tinggi mendorong keterikatan emosi dan rasa ingin menolong, yang juga mengarah pada berkurangnya kadar stres dan kecemasan,” kata Profesor Stephanie Brown, peneliti yang memimpin studi ini.
Tak hanya itu, meningkatnya hormon progesteron bermanfaat untuk kehamilan, mencegah infeksi dan mengurangi produksi oestrogen yang bisa memicu risiko kanker.
Penelitian terdahulu yang dipublikasikan di jurnal Hormon dan Perilaku, juga menyebutkan bahwa kebiasaan gosip dan mengobrol dapat menstimulasi produksi hormon progesteron.
Penelitian ini melibatkan 160 pelajar perempuan dengan mengambil sampel liur mereka untuk mengetes level progesteron. Caranya, selama 20 menit setengah dari responden ini diminta untuk mengobrol berpasangan tentang berbagai hal seputar pribadi, seperti pencapaian diri atau hal lain yang menyenangkan.
Setengahnya lagi diminta melakukan pekerjaan serius, yakni berdiskusi untuk mengoreksi hasil penelitian seputar botani.
Hasilnya, perempuan yang menikmati waktunya dengan mengobrol santai mengalami peningkatan hormon progesteron. Sedangkan mereka yang terlibat dalam pembicaraan serius mengalami penurunan hormon progesteron.
Menurut Brown, ada keterkaitan antara mekanisme biologis dengan perilaku sosial manusia. Karena itulah, tambahnya, seseorang yang menjalani hubungan dekat dengan orang lain lebih merasa bahagia, sehat, dan panjang umur dibandingkan mereka yang terisolasi dengan dunianya sendirian.