Sebuah studi mengejutkan datang dari para peneliti Norwegian University of Science and Technology dan University of New Mexico yang menyimpulkan bahwa wanita-wanita setia lebih sering berhubung seks dengan pasangannya.
Salah seorang penelitinya, Leif Edward Ottesen Kennair, PhD, profesor psikologi di NTNU mengatakan pada Health.com, dikutip Rabu, 14 Desember 2016, wanita yang setia pada pasangannya akan lebih sering bercinta di luar masa subur.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan keintiman antar pasangan, walau mereka biasanya tidak sadar akan motivasi ini.
Para peneliti memang belum final menyimpulkan kasus ini. Namun berdasarkan analisis dan wawancara yang mereka lakukan terhadap pasangan yang memiliki frekuensi tinggi dalam berhubungan seks, mereka Nampak sangat akur.
“Wanitanya memiliki kesetiaan yang tinggi,” tulis “healyh.com.”
Selain itu menurut para peneliti berhubungan seks tidak hanya dapat membuat Anda makin ramping, bahagia, dan lebih sehat, tetapi kegiatan ini juga bisa meningkatkan kemampuan memori Anda
Para peneliti dari McGill University di Kanada, menemukan bahwa wanita muda yang melakukan hubungan seks, lebih mudah mengingat hal-hal jika dibandingkan dengan rekan-rekannya yang kurang aktif secara seksual, seperti dilansir dari Newyorkpost.
Untuk keperluan studi, tim peneliti meminta tujuh puluh delapan wanita heteroseksual berusia antara muda hingga pertengahan, untuk menyelesaikan paradigma memori terkomputerisasi, yang akan menganalisis seberapa baik mereka dalam mengingat kata-kata abstrak dan wajah dengan ekspresi yang netral.
Mereka menemukan, bahwa wanita yang lebih sering melakukan hubungan seks, memiliki waktu yang lebih mudah dalam mengingat kata-kata, tetapi seks tidak mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengingat wajah.
Para peneliti mengatakan bahwa ini berarti, seks dapat meningkatkan “neurogenesis” di hipokampus atau pertumbuhan jaringan saraf, yang akan menghasilkan kinerja memori yang lebih baik.
Dan alasan mengapa wajah tidak dapat diingat dengan baik, karena dalam mengingat wajah, hal ini bergantung pada “struktur ekstra hipokampus”, sehingga tidak terkait dengan hipokampus secara langsung.
“Bahan kimia yang terlibat dengan sinyal reward ke otak – hormon dan neurotransmiter – telah terbukti berhubungan dengan kedua memori dan aktivitas seksual,” ujar seorang psikolog yang terlibat dalam penelitian, Jens Pruessner.
Para ilmuwan berspekulasi, bahwa hubungan tersebut bisa terjadi karena berhungan seks adalah suatu bentuk olahraga. Karena olahraga tradisional (berlari, bersepeda, tenis, dan sebagainya), dapat membantu meringankan kondisi mental seperti depresi dan stres yang keduanya dapat mempengaruhi memori.
Penelitian ini telah memperkuat penelitian sebelumnya yang hanya dilakukan pada hewan-hewan, yang menunjukkan temuan yang sama.
Sementara itu bagi mereka yang mengonsumsi pil kontrasepsi tidak hanya akan mencegah kehamilan tapi juga bisa membuat kulit wanita jadi lebih cerah, membuat menstruasi jadi lebih tidak menyakitkan, dan mempengaruhi mood.
Dan sekarang, sebuah studi baru mengatakan, tipe kontrasepsi bisa pengaruhi frekuensi pasangan bercinta.
Uniknya, komitmen para wanita tadi terhadap hubungan mereka, mempengaruhi efek pil kontrasepsi yang mereka gunakan–yang kemudian mempengaruhi waktu mereka bercinta.
Para wanita yang sangat berkomitmen dengan hubungan mereka, paling sering bercinta saat mereka menggunakan pil kontrasepsi dengan kadar progestin yang lebih tinggi, dan kadar hormon estradiol yang lebih rendah.
Sebaliknya, wanita yang tidak terlalu merasa terikat dengan pasangannya. bercinta paling sering ketika mereka menggunakan pil KB dengan kadar porgestin lebih rendah, dan kadar estrogen lebih tinggi.
Penting untuk diingat: perbedaan hormon ini hanya mempengaruhi frekuensi hubungan seks (intercourse)–dan bukan oral, masturbasi, atau fantasi seksual.
Temuan ini, yang dipublikasikan dalam jurnal Evolution & Human Behavior, membantu mendukung teori: pasangan tetap ingin bercinta di luar masa subur, karena hal ini membantu mereka merasa lebih dekat.
Hasil penelitian ini juga mendukung gagasan bahwa hormon–alami atau sintetis–bisa mempengaruhi gairah seks.
Studi lain yang dilakukan sebelumnya menemukan, wanita yang tidak terlalu berkomitmen tidak terlalu bergairah untuk melakukan hubungan seks, jika alasannya non-reproduktif.
Penemuan baru ini menyiratkan, mengganti alat kontrasepsi bisa membantu pasangan untuk bercinta lebih sering.
Walaupun para penulis studi ini belum lagi bisa memberi saran alat kontrasepsi seperti apa yang paling bisa membantu.