Turki makin mendekatkan diri sebagai “pioneer” kejayaan Islam setelah tenggelam selama hampir satu abad. Langkah Turki untuk menjadi “simbol” kemegahan Islam di tegaskan dengan mengembalikan fungsi Hagia Sophiaa, atau sering disebut Aya Sophia, sebuah gereja kuno Byzantium Constantinopel, menjadi masjid dan memberlakukan kembali larangan kumpul kebo bagi pasangan lelaki dan perempuan.
Belum lama pula, Turki telah mewujudkan impian Turk Ottoman menyatukan Turki Euopa, Istanbul dan Turki Asia, Ankara, lewat penyelesaian terowongan jalan dan rel kereta api bawah laut di dasar Selat Bosporus.
Sejak berada di bawah kepemimpinan Tayyip Erdogan, Turki secara pelan dan meyakinkan kembali ke tradisi dan keagungan Islam. Mereka mulai memperkanan wanita berhijab memasuki ruang public milik negara.
Kini, langkah besar yang dilakukan Erdogan adalah mengembalikan “museum” Hagia Sophia di Kota Trabzon, menjadi masjid. Kebijakan itu diambil untuk mengakomodasi banyaknya turis dari Timur Tengah yang berkunjung ke Turki.
Gereja Hagia Sophia yang dimaksud bukanlah Hagia Sophia di Kota Istanbul yang tercatat dalam daftar Warisan Dunia PBB. Memang ada beberapa gereja kuno bernama Hagia Sophia yang terletak di Turki.
Sebelumnya, gereja tersebut sepenuhnya digunakan sebagai museum. Meskipun mayoritas penduduknya menganut Islam, Turki merupakan negara sekuler yang memisahkan negara dengan agama.
“Sebagian ruangannya masih dipergunakan untuk museum,” ujar petugas di Hagia Sophia, Huseyin Buyuk, seperti dilansir Financial Times..
Dengan adanya masjid, turis Muslim bisa bersembahyang di tengah perjalanan wisata. Turki menjadi tujuan utama turis Timur Tengah karena kedekatannya dengan budaya Islam.
“Banyak Negara Eropa yang memiliki pemandangan indah seperti Swiss. Turis Timur Tengah memilih Turki karena kedekatannya dengan dunia Islam. Mereka merasa nyaman berkunjung ke sini,” ujar seorang pengusaha pariwisata Turki, Murat Eyupoglu.
Namun, tidak semua warga menerima kebijakan pemerintah. Mereka takut penggunaan gereja kuno sebagai masjid akan menurunkan jumlah turis dari Barat.
“Mereka mungkin akan melihat Turki sebagai Negara Islam dan menolak untuk datang,” ujar pengamat pariwisata Turki, Sukru Yarcan.
Sementara itu Tayyip Erdogan juga telah melarang mahasiswa laki-laki dan perempuan hidup bersama dalam satu asrama. “Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di dalamnya. Perbuatan tidak senonoh bisa saja terjadi,” ujar Erdogan.
Banyak pihak yang ingin pemerintah campur tangan. Sebagai negara beradab dan demokratis kita harus campur tangan,” lanjutnya.
Kelompok sekuler merasa larangan mahasiwa hidup bersama sebagai bentuk Islamisasi yang dilakukan Erdogan. Mereka takut Erdogan ingin mengubah Turki yang sekuler menjadi negara Islam.
“Erdogan harus memberikan kami privasi. Dia pikir mahasiswa kerjanya hanya mabuk-mabukan dan berhubungan seks. Ini bukan urusan dia,” ujar seorang mahasiswa Turki, Aybuke Dundar.
Aktivis memperingatkan rencana Erdogan dapat kembali memuncul aksi protes besar-besaran. Awal tahun ini, Turki dilanda gelombang protes yang dipicu rencana Erdogan menggusur sebuah taman di Kota Istanbul.
“Erdogan sudah tahu reaksi rakyat jika hak mereka direbut,” tutur mahasiwa lainnya, Ozgur Samlioglu.
Hal lain yang sudah dilakukan Erdogan secara spektakuler adalah merampungkan proyek terowongan bawah tanah di Selat Bosporus. Terowongan tersebut menghubungkan wilayah Turki yang ada di Eropa dan Asia.
Rencana pembanguan terowongan bawah tanah di Selat Bosporus pertama kali dicanangkan pemimpin Kesultanan Usmani, Sultan Abdul Medjid, pada 1860. Namun, rencana tersebut tidak kunjung terwujud karena masalah dana dan teknologi yang terbatas.
“Pendahulu kita merencanakan proyek tersebut. Tugas kita untuk mewujudkannya,” ujar Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, seperti dikutip AFP.
Pembangunan terowongan Selat Bosporus dimulai pada 2004. Erdogan saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Istanbul. Pembangunan berjalan seiring naiknya Erdogan ke pucuk pemerintahan Turki. Proyek tersebut pun menjadi simbol kekuasaan Erdogan di Turki.
Terowongan Selat Bosporus memiliki panjang hingga 1,4 kilometer (km). Proyek tersebut sebagian didanai oleh Jepang. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dijadwalkan hadir dalam upacara peresmian yang dihelat pekan ini.