Meski kelompok Sinai mengaku bertanggung jawab atas ledakan di markas polisi Mansour, Mesir, Pemerintah Sementara Mesir bersikukuh menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.
Pemerintah sementara Mesir menuding Ikhwanul Muslimin terlibat dalam pengeboman kantor polisi yang menewaskan 16 orang pada Selasa.
Ikhwanul Muslimin adalah organisasi pendukung utama Presiden terguling Mesir Muhammad Mursi. Pemerintah mengumumkan pula siapa pun yang terkait dengan organisasi tersebut akan dihukum.
Menteri Pendidikan dan Wakil Perdana Menteri di Pemerintahan sementara Mesir, Hossam Issa, mengumumkan keputusan kabinet soal Ikhwanul Muslimin, melalui televisi al-Masriaya, Rabu, 25 Desember 2013..
“Pemerintah menegaskan kembali bahwa tidak akan ada cara kembali ke masa lalu dalam keadaan apa pun dan Mesir. Negara dan rakyat tidak akan pernah menyerah pada terorisme dari Ikhwanul Muslimin yang kejahatannya telah jauh melampaui semua batas moral, agama dan manusia,” kata Issa.
Tamarod, faksi politik akar rumput yang bertanggung jawab mengatur kampanye petisi pemicu penggulingan Mursi pada Juli 2013, mengeluarkan pernyataan pula terkait hal ini.
“Keputusan pemerintah mengumumkan kelompok Ikhwanul sebagai organisasi teroris adalah langkah yang baik. Langkah itu memang terlambat, tapi lebih baik terlambat daripada tidak pernah,” ujar pernyataan Tamarod.
Issa tetap membuat pernyataan itu sekalipun muncul fakta bahwa Ansar Yerusalem, kelompok milisi yang bertanggung jawab pula atas serangkaian serangan di Semenanjung Sinai, telah menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom di markas polisi di Mansour.
Pada hari Minggu, Ansar Yerusalem mengeluarkan pernyataan online menyerukan polisi dan tentara keluar dari pekerjaannya. “Dengan Anda berada di lembaga-lembaga itu dari petang sampai pagi, Anda akan menimbulkan kemarahan Allah,” kata pernyataan itu.
Issa bersikukuh serangan bom di Mansour merupakan bagian “kejahatan jelek” yang dilakukan persaudaran Ikhwanul Muslimin. Serangan itu menewaskan 16 orang, melukai 130 yang lain, dan 40 harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.