Seseorang yang memiliki perasaan ingin bunuh diri biasanya selalu diliputi perasaan negatif dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini membuatnya tidak melihat pilihan lain selain bunuh diri.
Padahal, dengan perawatan dan dukungan yang tepat, serta mengetahui penyebab bunuh diri, seseorang yang diliputi perasaan negatif bisa melanjutkan hidup menjadi lebih baik.
Jika Anda membaca artikel ini karena merasa ingin bunuh diri, penting bagi Anda untuk segera mencari bantuan ke psikolog atau psikiater.
Perlu diketahui, bahwa penyebab orang bunuh diri memiliki banyak alasan. Salah satu alasan yang paling sering menjadi alasan bunuh diri adalah ketika seseorang dihadapkan pada masalah yang tampaknya tidak bisa diselesaikan.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bunuh diri adalah gangguan kesehatan mental seperti bipolar, skizofrenia, gangguan kecemasan, dan gangguan kepribadian. Namun, dari banyak kasus yang pernah terjadi, penyebab bunuh diri tidak selalu terkait dengan masalah mental.
Ada beberapa penyebab bunuh diri yang harus diwaspadai, di antaranya kondisi kesehatan mental
Kondisi kesehatan mental adalah faktor risiko yang paling tinggi dari penyebab bunuh diri. Diperkirakan 90% orang yang mencoba bunuh diri memiliki satu atau lebih kondisi kesehatan mental. Kondisi kesehatan mental yang mengarah pada risiko bunuh diri, antara lain:
Depresi berat adalah ketika seseorang memiliki gejala putus asa sampai mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Orang dengan depresi berat dua puluh kali lebih mungkin untuk mencoba bunuh diri.
Penyebab bunuh diri berikutnya yaitu adanya gangguan bipolar. Sekitar satu dari tiga orang dengan gangguan bipolar akan mencoba bunuh diri setidaknya satu kali. Sementara satu dari sepuluh orang dengan kondisi ini akan mengakhiri hidupnya.
Skizofrenia adalah kondisi kesehatan mental jangka panjang yang menyebabkan halusinasi dan perubahan perilaku. Diperkirakan 1satu dari dua puluh orang dengan skizofrenia akan melakukan tindakan bunuh diri.
Penyebab bunuh diri ini paling berisiko ketika gejala pertama kali dimulai. Risiko berkurang ketika seseorang belajar untuk mengatasi kondisinya.
Borderline personality disorder ditandai oleh emosi yang tidak stabil, pola pikir yang terganggu, perilaku impulsif dan hubungan yang intens tetapi tidak stabil dengan orang lain.
itu, seseorang dengan borderline personality disorder yang memiliki riwayat pelecehan seksual di masa kecil memiliki risiko bunuh diri yang sangat tinggi.
Anoreksia nervosa adalah kondisi di mana seseorang sangat cemas tentang berat badannya dan menjaga berat badannya serendah mungkin dengan membatasi apa yang dimakan.
Diperkirakan sekitar satu dari lima orang dengan anoreksia akan melakukan setidaknya satu upaya bunuh diri.
Gangguan kecemasan adalah kondisi di mana seseorang memiliki perasaan stres dan kecemasan yang berulang secara terus-menerus.
Sebuah penelitian telah mengidentifikasi beberapa mutasi genetik dapat mengganggu susunan kimia otak, sehingga membuat seseorang lebih rentan terhadap pemikiran dan perilaku bunuh diri. Namun, klaim adanya ‘gen bunuh diri’ ini terlalu menyederhanakan masalah.
Padahal, penyebab bunuh diri tidak hanya terkait masalah biologi. Bunuh diri adalah fenomena yang kompleks dan terjadi karena berbagai faktor.
Pemahaman yang lebih baik tentang genetik terkait dengan bunuh diri pada akhirnya memungkinkan Anda untuk memberi pengobatan dan dukungan pada mereka yang berisiko.
Penyebab bunuh diri berikutnya juga bisa disebabkan oleh traumatis.
Seseorang yang memiliki pengalaman traumatis, termasuk pelecehan seksual pada masa anak-anak, pemerkosaan, penganiayaan fisik, atau trauma perang, berada pada risiko lebih besar untuk bunuh diri, bahkan bertahun-tahun setelah trauma.
Depresi sering terjadi setelah trauma dan di antara mereka yang mengalami post-traumatic stress disorder menyebabkan perasaan yang tidak berdaya dan menjadi penyebab orang bunuh diri.
Konsumsi obat-obatan terlarang dan minuman beralkohol dapat memengaruhi seseorang untuk bertindak bunuh diri.
Tingkat penyalahgunaan zat dan penggunaan alkohol juga lebih tinggi di antara orang dengan depresi dan gangguan psikologis lainnya. Kandungan obat-obatan terlarang dan minuman beralkohol membuat seseorang lebih impulsif dan cenderung bertindak atas instingnya.
Seseorang dapat memutuskan untuk bunuh diri saat menghadapi kehilangan atau ketakutan akan kehilangan. Situasi-situasi ini dapat meliputi mengakhiri hubungan dengan pasangan atau sahabat.
Kehilangan pekerjaan atau menganggur dan tidak dapat menemukan sumber penghasilan tetap yang memadai.
Kehilangan posisi sosial atau ditolak secara sosial karena kondisi tertentu.
Kegagalan akademik dan mendapatkan perundungan.
Keputusasaan, baik dalam jangka pendek atau sebagai sifat yang lebih tahan lama, telah ditemukan dalam banyak penelitian berkontribusi pada keputusan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Penyebab bunuh diri ini mungkin terjadi karena seseorang tidak melihat peluang untuk memperbaiki situasi yang sedang dialaminya. Kondisi ini bisa terjadi karena pesimisme dan keputusasaan selalu menyertai penyakit mental ini.
Jika seseorang menderita penyakit kronis tanpa harapan kesembuhan, bunuh diri mungkin tampak seperti cara untuk mendapatkan kembali martabat dan kendali hidup. Di beberapa negara, bunuh diri yang tidak sakit dengan bantuan tenaga profesional adalah sah untuk alasan ini.
Penyebab bunuh diri lainnya yang sering terjadi adalah seseorang dapat menjadi terisolasi secara sosial karena berbagai alasan, termasuk kehilangan teman atau pasangan, penyakit fisik atau mental, kecemasan sosial, memasuki masa pensiun, atau pindah tempat tinggal.
Selain itu, keterasingan sosial juga dapat disebabkan oleh faktor internal seperti rendahnya harga diri. Hal ini dapat menyebabkan kesepian dan meningkatnya faktor risiko bunuh diri seperti depresi dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba.
Pada dasarnya antidepresan adalah obat yang aman dikonsumsi.
Dalam beberapa kasus, anak-anak, remaja dan dewasa muda di bawah dua puluh lima tahun mungkin mengalami peningkatan dalam pikiran atau perilaku untuk bunuh diri ketika menggunakan antidepresan, terutama dalam beberapa minggu pertama setelah memulai atau ketika dosis diubah.
Namun, perlu diingat bahwa antidepresan juga lebih cenderung mengurangi risiko bunuh diri dalam jangka panjang karena kemampuannya memperbaiki suasana hati.
Kadang-kadang orang mencoba bunuh diri bukan karena benar-benar ingin mengakhiri nyawanya, akan tetapi karena seseorang tidak tahu bagaimana mendapatkan bantuan. Anda harus memahami bahwa upaya bunuh diri bukanlah seruan untuk perhatian, melainkan seruan minta tolong. Ini menjadi cara untuk menunjukkan kepada sekelilingnya betapa terluka dirinya.