Umat muslim diwajibkan untuk membatasi makanan, minuman, dan merokok saat sedang berpuasa. Di luar sisi agama, ada beberapa pertanyaan yang timbul tentang puasa, terutama mengenai apakah puasa bermanfaat bagi kesehatan.
Untuk menjawabnya, kita harus mengenal hal-hal apa saja yang terjadi di dalam tubuh selama kita berpuasa.
Perubahan gaya hidup selama sebulan penuh ini, baik pola makan, tidur, dan aktivitas fisik sehari-hari, menyebabkan banyak perubahan di tubuh. dari mulai perubahan fisiologi, hematologi Kita menyebutnya sebagai “fisiologi berpuasa.”
Perubahan yang terjadi di dalam tubuh saat berpuasa akan berbeda-beda, tergantung dari lamanya kita berpuasa. Secara teknis, tubuh baru masuk ke “fase puasa” setelah delapan jam dari makan terakhir, di mana usus selesai menyerap berbagai macam nutrisi dari makanan.
Pada kondisi normal, glukosa tubuh tersimpan di liver dan otot sebagai sumber energi utama. Selama puasa, penyimpanan glukosa inilah yang dibakar pertama untuk memasok energi bagi tubuh kita, sehingga kita dapat melakukan kegiatan seperti biasa.
Setelah penyimpanan ini habis, lemaklah yang menjadi sumber energi selanjutnya. Meskipun sebenarnya, penyimpanan glukosa di liver tidak dihabiskan penuh, masih ada sisa sebagai cadangan energi jika dibutuhkan sewaktu-waktu dan melakukan fungsi lainnya di dalam liver.
Jika puasa dilakukan berkepanjangan, tubuh terpaksa menggunakan protein sebagai sumber energi. Penggunaan protein sebagai sumber energi adalah tidak sehat. Hal ini dikarenakan protein yang dipecah berasal dari otot, sehingga otot lama kelamaan menjadi kecil dan lemah.
Namun, pada puasa Ramadan, kita hanya berpuasa selama kurang lebih tiga belas hingga empat belas jam, tepat di waktu pergantian sumber energi dari glukosa liver ke lemak, sebagai sumber energi kedua.
Puasa Ramadan tidak menyebabkan pemecahan protein, sehingga komposisi otot kita tidak akan berkurang.
Penggunaan lemak ini sangat bermanfaat dalam penurunan berat badan sekaligus penurunan kolesterol darah. Penurunan berat badan menyebabkan kontrol diabetes yang lebih baik dan menurunkan tekanan darah.
Sedangkan penurunan kolesterol darah menghindarkan seseorang dari berbagai penyakit metabolik seperti obesitas, penyakit jantung koroner, dan stroke.
Proses detoksifikasi juga terjadi dalam tubuh saat puasa. Berbagai macam toksin (racun) yang tersimpan dalam lemak terpecah dan dapat dikeluarkan dari tubuh.
Setelah beberapa hari berpuasa, ada hormon yang meningkat yaitu endorfin. Hormon yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan ini menyebabkan perbaikan kewaspadaan, daya kognitif, dan kesehatan mental.
Namun, pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan tubuh kita kehilangan beberapa elektrolit tubuh. Sebuah penelitian Attarzadeh Hosseini SR et al (2013) menunjukkan bahwa terdapat penurunan komposisi air dan potasium selama puasa.
Namun, pembatasan cairan ini sudah tergantikan oleh fungsi ginjal yang sangat efisien mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga kita tidak jatuh pada keadaan dehidrasi selama menjalankan ibadah puasa.
Nah, untuk melihat beberapa perubahan fungsi organ selama kita puasa, yuk, kita perhatikan penjelasan ini.
Mulut. Produksi kelenjar air liur tetap bekerja untuk mencegah mulut jatuh pada kondisi kering. Hal ini untuk menurunkan kemungkinan bau mulut.
Lambung Produksi asam lambung menurun. Hal ini untuk mencegah terkikisnya dinding lambung oleh asam karena tidak adanya makanan yang digiling, sehingga luka lambung dapat terhindarkan.
Liver Memecah penyimpanan glukosa sebagai sumber energi pertama.
Kantung empedu Memekatkan cairan empedu untuk persiapan metabolisme lemak pada saat berbuka.
Pankreas Dalam keadaan normal, pankreas berfungsi memproduksi insulin, sebuah hormon yang merubah glukosa dari makanan agar dapat disimpan sebagai cadangan energi.
Selama puasa, produksi insulin berhenti dan hormon ini memberitahu liver untuk memecah penyimpanan glukosa yang ada pada liver. Produksi digestive juice pun menurun.
Usus kecil Produksi olahan makanan berhenti, proses penyerapan nutrien berhenti dan hanya terdapat gerakan reguler usus kecil tiap 4 jam.
Usus besar Penyerapan air dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan.
Asupan makanan dan minuman yang seimbang memegang peranan yang penting selama puasa. Untuk mencegah pemecahan protein otot, asupan makanan kita sebaiknya terdiri dari makanan sumber energi, seperti cukup karbohidrat dan lemak. Asupan dua zat ini tidak boleh kurang ataupun berlebihan karena akan mempengaruhi proses fisiologi puasa.
Begitu pun asupan cairan, terutama konsumsi air putih.
Dengan memahami perubahan tubuh selama puasa, kita mampu dengan bijak memenuhi kebutuhan tubuh kita.