Menguap?
Lantas siapa yang tak pernah mengalaminya. Dan apakah menguap itu punya hubungan dengan penyakit?
Ya. Menguap mungkin identik dengan kelelahan atau kebosanan.
Namun begitu, jika intensitasnya tinggi atau keseringan, mungkin perlu dicurigai tanda suatu penyakit.
Laman situs, “Livestrong,” Senin, 13 April 2015, menuliskan, menguap berlebihan dalam istilah medis disebut juga reaksi vasovagal, bisa disebabkan oleh saraf vagus pada pembuluh darah.
Yang menarik, menguap ini juga berhubungan dengan gangguan jantung.
Menurut peneliti dari University of Maryland Medical Center, menguap berlebihan bisa jadi ciri dari kondisi kardiovaskular seperti serangan jantung dan diseksi aorta pecahnya pembuluh darah aorta
“Jika Anda menguap berlebihan tetapi tidak lelah, mungkin ini Reaksi Vasovagal. Segera ke rumah sakit dan konsultasi untuk mengetahui berapa kali menguap per jam setiap hari,” jelas peneliti.
Pendapat ini tentang menguap ada hubungannya dengan penaykit jantung agaknya sulit diterima.
Setiap orang, bahkan sejak masih dalam kandungan, sudah menguap. Kebanyakan spesies vertebrata, bahkan burung dan ikan juga menguap, atau setidaknya melakukan gerakan seperti orang menguap.
Akan tetapi mekanisme psikologi, tujuan dan makna dari kegiatan menguap ini masih jadi misteri bagi para ahli.
Sebenarnya sudah cukup banyak penelitian yang mencoba menguak manfaat dari menguap ini.
Riset yang dilakukan Dr.Adrian G.Guggisberg dan dimuat dalam jurnal Neuroscience & Biobehavioral Review menyebutkan tidak satu pun dari teori-teori itu yang terbukti.
Bapak kedokteran Hipokrates menyatakan menguap akan mengeluarkan “udara kotor” dan meningkatkan “udara baik” ke otak.
Dalam pandangan modern, teori itu diartikan sebagai kegiatan menguap akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan mengurangi karbon dioksida.
Menurut Guggisberg, jika teori itu benar, maka seharusnya orang yang sedang berolahraga akan lebih sering menguap.
Lagipula para penderita penyakit paru atau jantung yang sering kekurangan oksigen, ternyata frekuensi menguapnya sama saja dengan orang yang sehat.
Dalam sebuah pengukuran juga diketahui orang sehat yang kadar karbondioksidanya tinggi, tidak menguap lebih sering. Bahkan faktanya tidak ada penelitian yang bisa membuktikan bahwa kadar oksigen dalam otak bisa berubah gara-gara menguap.
Dengan kata lain, penelitian menunjukkan cara paling baik untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah adalah dengan menarik napas lebih sering, bukan menguap.
Frekuensi menguap biasanya meningkat sebelum dan setelah bangun tidur. Perasaan bosan dan lelah juga bisa menyebabkan kita menguap lebih sering. Kemudian muncul hipotesis menguap akan membuat kita lebih segar.
Ketika para peneliti mencoba membuktikannya lewat observasi aktivitas otak menggunakan EEG atau encephalography, tidak ditemukan adanya peningkatkan rasa waspada di otak atau sistem saraf pusat.
Guggisberg juga menyebutkan bahwa kegiatan menguap tidak bisa membantu menyamakan tekanan di dalam telinga karena fungsi ini bisa digantikan dengan menelan atau mengunyah.
Ia berpendapat sebenarnya menguap itu tidak menular seperti teori yang baru-baru ini diungkapkan peneliti dari Amerika Serikat. “Spesies yang soliter ternyata juga menguap, jadi bukan hanya manusia dan simpanse yang merupakan mahluk sosial saja yang menguap,” katanya.
Peneliti dari University of Geneva, Swiss itu mengatakan menguap merupakan fenomena yang kaya dan kompleks. Saat ini kita memang belum bisa menguak misteri dari menguap ini, namun kelak akan ada ahli yang bisa menjelaskan pada kita apa sebenarnya manfaat kegiatan yang terkesan sepele ini.
Disebut menguap berlebihan bisa jadi tanda penyakit serius.
Ada beberapa hal yang terjadi ketika menguap. Rahang yang terbuka dan memungkinkan menghirup napas panjang. Hal ini, meski sesaat, menciptakan tekanan besar di paru-paru.
Sebagian besar gangguan yang berhubungan dengan menguap berasal dari sistem saraf pusat, yakni epilepsi, radang otak, atau tumor otak. Menguap juga menjadi tanda dari reaksi vasovagal. Bisa juga menjadi tanda kecemasan atau rasa bosan.
Banyak menguap, diungkapkan, juga bisa karena reaksi terapi radiasi untuk kanker, atau konsumsi obat-obatan seperti untuk penyakit parkinson.
Beberapa antidepresan seperti paroxetine dan setraline bisa menyebabkan menguap berlebihan. Yang menarik, pengidap skizofrenia justru jarang menguap.
livestrong dan healthmeup