close
Nuga Sehat

Tahu Kenapa Bernafas dengan Hidung?

Anda tahu kenapa kita harus bernafas dengan hidung?

Nah, banyak diantara kita yang tidak pernah tahun alasan ini.

Manusia dirancang untuk bernafas melalui hidung, namun banyak dari kita malah bernafas melalui mulut.

Hal ini menimbulkan berbagai masalah kesehatan dari alergi rhinitis sampai sleep apnea atau gangguan pernafasan saat tidur. Menurut Dr. Lewis Ehrlich, hidung merupakan jalur pertahanan utama untuk melawan bakteri dan racun di udara yang Anda hirup.

“Di dalam saluran hidung ada banyak mekanisme penyaringan yang berperan. Bila kita memanfaatkan ini, kita bisa menghangatkan, menyaring dan melembabkan udara yang kita hirup. Ini mengurangi kemungkinan alergi, demam, pembesaran amandel dan masalah pernapasan kronis lainnya,” jelasnya.

Tubuh Anda bergantung pada amandel sebagai “garis pertahanan terakhir.” Ini bisa memperbesarnya, meningkatkan kemungkinan infeksi dan menyebabkan kesulitan bernafas di malam hari. Tentu ini bukan lah hal bagus.

Selain itu, bernapas melalui hidung Anda merangsang produksi oksida nitrat, sebuah pengatur untuk membantu menurunkan tekanan darah.

Oksida nitrat juga bekerja membunuh bakteri dan menjaga sinus tidak terkena infeksi. “Bernafas lewat mulut cenderung kehilangan manfaat ini dan pada umumnya akan merasakan adanya kemacetan di sinus dan memiliki infeksi yang lebih sering,” tambah Ehrlich. Sedangkan dengan pernapasan melalui hidung, berarti Anda akan

Mereka yang bernafas dengan mulut umumnya memajukan mukanya lebih ke depan sehingga akan terjadi ketegangan otot di sekitar leher, kepala dan rahang, dan membuat tubuh tidak tegak sepenuhnya.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Journal of Neuroscience juga menemukan cara-cara di mana bernafas mempengaruhi area otak yang mengatur emosi memori.

Responden diperlihatkan foto wajah yang menunjukkan rasa kaget atau takut dan diminta menyebutkan emosi itu saat nafas mereka direkam. Hasilnya, mereka bisa lebih akurat mengidentifikasi rasa takut saat menghirup nafas melalui hidung mereka, yang berarti bisa menghasilkan respons yang lebih cepat terhadap bahaya

Bila mulut Anda tertutup, maka air liur bisa bekerja membersihkan gigi dan gusi Anda. Enzimnya juga membantu menetralkan asam di mulut yang bisa membusuk gigi dan menyebabkan bau mulut.

Saat kita bernapas melalui hidung kita, lidah kita berada di langit-langit mulut yang bisa mengurangi kebutuhan akan perawatan ortodontik yang mahal – sekaligus mencegah kambuh setelah kawat gigi dilepas. J

ika Anda bernafas lewat mulut, lidah Anda turun dari langit-langit mulut ke bagian bawah mulut dan tekanan dari pipi bisa menyebabkan berubahnya susunan gigi.

Sedikitnya karbon dioksida yang dikeluarkan melalui pernafasan mulut dapat menyebabkan otot-otot halus, seperti kandung kemih Anda, berkontraksi, sehingga Anda lebih mungkin bangun dan perlu pergi ke kamar kecil.

Bernafas lewat hidung juga mengurangi resiko sleep anea, suatu kondisi dimana lidah menghalangi jalan napas dan mengakibatkan dengkuran. Dan mendengkur tidak hanya menyebalkan, tapi juga berbahaya.

Sleep apnea dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, dan peningkatan risiko kecelakaan di jalan.

Ahli paru dan saluran pernapasan  Faisal Yunus mengamini manfaat yang didapat dari bernapas melalui hidung. Bernapas, kata dia, memang seharusnya dilakukan melalui hidung.

Namun, praktik memplester mulut dinilainya cukup ekstrem. Bernapas melalui hidung dapat dilatih dengan menghirup napas dalam-dalam dan diembuskan.

Bukan tanpa alasan bernapas lebih baik dilakukan melalui hidung daripada mulut.

Dan ini alasan mengapa bernapas lebih baik dengan hidung.

Meski tak tampak, udara yang dihirup manusia sebenarnya membawa kotoran, debu, dan kuman. Bernapas lewat mulut hanya membuat segala partikel di udara masuk begitu saja ke dalam tubuh.

Faisal mengatakan, kondisi ini diperparah dengan letak mulut. Jika diperhatikan, lubang hidung menghadap ke bawah, sedangkan lubang saat mulut dibuka menghadap langsung ke depan.

Dengan bernapas melalui hidung, partikel yang turut terbawa udara tak mudah memasuki tubuh lantaran lubangnya yang menghadap ke bawah.

Dalam sehari, seseorang kerap merasa perlu membersihkan hidung. Wajar saja, udara Jakarta atau kota besar lain cepat membuat hidung kotor.

Namun, kata Faisal, hal itu menjadi bukti bahwa hidung memiliki mekanisme untuk menyaring udara yang masuk ke dalam tubuh. “Hidung punya bulu-bulu basah, makanya kotoran nempel dan tidak masuk [ke tubuh],” kata dia

Diamater mulut lebih besar daripada lubang hidung. Ukuran ini pula yang membuat bernapas lewat mulut bakal berisiko memasukkan banyak kotoran, debu, bahkan bibit kuman penyakit ke dalam tubuh.

Saat bernapas lewat hidung, udara tak serta merta masuk begitu saja ke tenggorokan kemudian memasuki paru-paru. Udara bakal disaring bulu-bulu halus dan masuk melalui rongga hidung yang berbelok ke atas.

“Jadi kalau ada kotoran masuk itu enggak gampang. Dia bisa tersangkut dulu,” jelas Faisal.

Berbeda dengan mulut. Begitu udara masuk, dia akan langsung masuk ke dalam tubuh karena rongga yang mengarah ke bawah. Kondisi ini memudahkan segala jenis partikel untuk masuk.

“Kalau lewat hidung, hidung punya banyak pembuluh darah. Udara masuk, kemudian dihangatkan. Udara yang masuk ke paru-paru itu bukan udara dengan suhu luar,” kata Faisal.

Dalam situasi tertentu, seseorang kerap bersin meski tak diiringi sakit flu. Menurut Faisal, hal itu merupakan mekanisme tubuh saat merespons keberadaan benda atau partikel yang dianggap berbahaya di dalam tubuh. Mekanisme seperti itu tidak dimiliki mulut.