Marc Marquez terus menuai kecaman usai menabrak Valentino Rossi di tikungan ketiga belas MotoGP Argentina di Sirkuit Termas de Rio Hondo pada Senin dinihari lalu.
Kecaman terbaru datang dari legenda MotoGP Giacomo Agostini, yang menyebutnya sebagai pebalap bodoh
Agostini angkat bicara atas berbagai kontroversi antara Marquez dengan pebalap tim Movistar Yamaha, Valentino Rossi.
Dalam seri kedua tersebut, Marquez menabrak dua pebalap yakni Rossi dan pebalap Aprilia Racing Team Gresini, Aleix Espargaro.
“Marquez bodoh, saya katakan seperti itu sebagai seorang teman. Dia ‘melahap’ mereka semua, dia bisa saja menunggu untuk menyusul Rossi pada tikungan yang berikutnya,” kata Agostini seperti dikutip dari GP Oneg.
“Dan mungkin, melewati [Rossi] dengan lebih baik. Marquez mengira ada ruang [untuk menyusul Rossi] dan dia nyatanya tidak berhasil.”
Marquez menabrak Rossi saat berusaha menyalip di tikungan tiga belas atau empat lap jelang balapan selesai.
Sebelumnya, pebalap dua puluh lima tahun asal Spanyol tersebut menyerempet Espargaro di tikungan ketiga belas3 pada lap kesembilan.
Marquez memaksa masuk mendahului Espargaro lewat sisi dalam.
Ada benturan dalam insiden itu, namun Espargaro tak terjatuh dan tetap bisa melanjutkan lomba pada momen tersebut.
Marquez sudah meminta maaf kepada kedua pebalap tersebut. Ia terlihat melambaikan tangan kepada Espargaro ketika tak sengaja menyenggolnya di lintasan balap.
Sementara kepada Rossi, permintaan maaf Marquez usai balapan ditolak asisten sekaligus sahabat Rossi, Uccio Salucci.
Agostini memiliki pandangan sendiri mengenai cara Marquez minta maaf kepada Rossi.
“Dia membuat kesalahan dan minta maaf, meskipun permohonan maafnya tidak diterima. Jika Marquez menunggu dua puluh menit, atau mungkin setengah jam, barangkali kondisi emosi masing-masing pihak sudah ‘dingin’,” ucap peraih delapan gelar juara lima ratus cc tersebut.
“Hal seperti ini ada di MotoGP, akan terjadi di MotoGP yang lain, dan pernah terjadi di MotoGP sebelumnya. Kita jangan membuat persoalan ini semakin besar atau membuat drama atas ini,” ucapnya.
Lebih lanjut, Agostini menilai Marquez tidak perlu diberi hukuman diskualifikasi. Menurut dia, hukuman tiga puluh detik sudah cukup pantas.
“Dia tidak perlu didiskualifikasi, dia sudah dihukum dalam balapan. Jika kita mendiskualifikasi setiap pebalap dalam setiap waktu mereka melakukan kesalahan, tidak akan ada balapan lagi. Ini berlaku untuk semuanya,” ujar mantan pebalap yang kini tujuh puluh lima tahun tersebut
Sementara itu, pembalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, masih merasa begitu sakit hati akibat ulah Marc Marquez di MotoGP Argentina, akhir pekan lalu.
Saking kesalnya, Rossi pun memberikan julukan baru kepada Marquez.
Julukan yang diberikan Rossi ke Marquez adalah “Sang Residivis”. Menurut Rossi, label tersebut pantas diberikan kepada Marquez.
Sebab, pembalap asal Spanyol itu seakan tak ada kapoknya melakukan manuver gila dan membahayakan pembalap lain.
“Masalah baginya adalah, dia seorang residivis. Apa yang dilakukannya akan kembali terulang kepada semua orang,” kata Rossi dilansir GPOne.
The Doctor pun mengaku merasa trauma mengaspal berdekatan dengan Marquez. Tindakan Marquez, disebutkan Rossi, begitu berbahaya dan membuat orang-orang ketakutan.
“Dia tak pernah punya rasa hormat ke lawannya,” tegas Rossi.
Insiden pengusiran tim Movistar Yamaha terhadap pembalap Repsol Honda, Marc Marquez, masih jadi buah bibir.
Banyak spekulasi beredar mengenai alasan utama diusirnya Marquez dari paddock tim Rossi.
Mulai dari muaknya Rossi dan elemen tim lain, hingga memang tak ada niatan damai atau sekadar memaafkan Marquez
Kali ini, Rossi tampak begitu kesal. Selain menganggap Marquez perusak di MotoGP, pembalap asal Itailia itu tak ingin melihat wajah Marquez lagi.
“Marquez harus menjauh dariku, dan tidak memperlihatkan wajahnya di depan saya,” ujar Rossi seperti dilansir dari Marca.
Pembalap gaek itu juga menyoroti mental Marquez. Kesengajaan Marquez kepada pembalap lain tak bisa lagi ditolelir Rossi.
“Dia sengaja berusaha untuk menimbulkan masalah bagi pembalap lain, itu strateginya yang kampungan,” ucap Rossi.
“Jika melakukan sesuatu yang buruk, Anda harus memiliki keberanian untuk datang sendiri untuk meminta maaf. Bukan malah bawa manajer Anda,” tambah Rossi.