Usai membangkang, dengan menolak perintah “tim order” di Grand Prix Malaysia, akhir pekan lalu, Sebastian Vettel dan timnya Red Bull Racing kini dilanda prahara isu yang mendesak agar kedua pebalapnya, Mark Webber dan Sebastian Vettel, diceraikan di musim balap tahun mendatang. Desakan ini datang dari dua legenda Formula Satu, John Watson dan Flavio Briatore, yang menyatakan pembangkangan itu telah mencoreng asas sportivitas di olahraga jet darat itu.
Keduanya meminta kepada pemilik Red Bull Racing agar pebalapnya itu di suruh mencari tim lain, atau pun salah satu dari mereka yang harus pergi. Kasus ini, menurut Biatore sangat tidak layak bagi sportivitas di lintasan. “Vettel harus diberi sanksi. Jangan diamkan kasusnya. Ini tidak baik bagi kelangsungan perlombaan. Saya menyarankan mereka harus enyah dari tim,” kata Flavio dengan sangat keras.
Sebastian Vettel, pekan lali di Sirkuit Sepang, Kuala Lumpur, membuat geger komunitas balapan karena menolak perintah “tim order” untuk tidak menekan Webber yang berada di depannya. Alih-alih melaksanakan perintah, Vettel malah menambah kecepatan mobilnya dan menggasak Webber untuk memberi jalan baginya. Keduanya terlibat adu cepat yang mengerikan. Dan mobil keduanya sempat bersenggolan yang hampir saja mendatang maut.
Vettel berhasil mendahuli Webber dan, hingga akhir perlombaan menempati urutan pertama yang menyentuh garis finish. Keduanya juga sempat “perang” mulut di garasi tim dan ketika naik podium tidak saling tegur.
Kasus pembangkangan “tim order” di lingkungan balapan F1 sangat jarang terjadi. Untuk itu, kasus Vettel merupakan yang pertama selama lima tahun terakhir. Petinggi Red Bull, Christian Horner dan Helmut Marko mengakui adanya kesalahan yang dilakukan pebalap ketika tidak mematuhi perintah “tim order.” Padahal, ketika itu Webber sudah mengangkat tangan untuk mengingatkan Vettel tentang perintah yang datang dari “paddock.”
Menurut Watson, jika petinggi Red Bull abai terhadap kasus ini mereka bisa dianggap telah mencederai sportivitas balapan yang sangat peka terhadap aturan. Ia mengatakan, sepertinya pengurus Red Bull sengaja memberi proteksi terhadap Vettel karena ia sudah tiga kali menjuarai lomba paling wah itu.
Kalau sudah begini, harga diri tim sudah dicampakkan ke keranjang sampah. “Inikan sama saja dengan mempermalukan Horner sebagai direktur tim. Kalau perintah yang datang dari direktur sudah dikangkangi, lantas mau kemana di bawa harga diri direkturnya,” kata Watson.
Jika Christian Horner tidak menegskan eksistensi dalam tim berarti Vettel telah mencoreng mukanya sebagai “top leader” tim. Vettel harus mendapatkan sanksi di Grand Prix Cina pekan mendatang sebagai penegekan wibawa “leader.”
Sementara itu Biatore meminta pimpinan Red Bull untuk menyuruh keduanya pergi pada musim mendatang. “Kalau pun tidak salah satunya harus hengkang. Jangan pertahankan lagi duet mereka bagaimana pun potensial,” kata Flavio.
Christian Horner yang ditanya tentang posisinya sebagai direktur tim mengatan, akan ada pembicaraan menyeluruh tentang pengabaian “tim order.” Ia tidak menyebut secara spesifik apakah Vettel memerlukan sanksi. “Dalam klausal yang kami sepakati tertera aturan main yang jelas setiap unit yang ada dalam tim. Kami ingin mengkaji aturan ini lebih dalam agar semuanya bisa nyaman,” kata Horner yang sedang mempersiapkan timnya menghadapi Grand Prix Cina di Sirkuit Sanghai.