Yuk….sarapan!
Aah… diiet!
Itulah penggal dialog dua karyawan wanita di waktu siang ketika berpapasan di lobi sebuah perkantoran.
Diet, seperti diucapkan oleh karyawan wanita itu dengan ringan adalah kata kunci, yang kini, menempel di memori banyak orang dan diasumsikan secara berlebihan, terutama oleh perempuan “mature,” hingga melenceng dari tujuannya. Sebuah asumsi yang berarti harus menjalani ritual berlapar-lapar dan menahan nafsu makan untuk mendapatkan berat badan ideal dalam waktu cepat.
Betulkah metode diet cara begini? Seorang dokter ahli nutrisi dengan berseloroh mengembalikan pertanyaan ini kepada pasiennya,”betul juga ya.” Berat badan Anda akan turun lewat sakit “mag” dan diet itu sendiri berantakan.
Diet, ujar sang dokter menceramahi pasiennya, usai melepaskan seloroh kejengkelannya, adalah sebuah upaya untuk mendapatkan berat badan ideal tanpa harus mengorbankan kesehatan. Itu tujuan ideal dari diet yang sebenarnya. Bukan harus berlapar-lapar, tidak makan malam, tidak sarapan dan menjauhi olahraga. “Itu bukan hanya kesalahan, tapi kebodohan,” kata sang dokter.
Untuk menghindari kesalahan dan kebodohan ini jangan pernah menjebloskan diri ke pola hidup berlapar-lapar. Tubuh secara terus menerus harus mendapat nutrisi untuk meningkat energi dan metabolisme. Metabolisme adalah perubahan makanan menjadi energi. Jika metabolisme melambat maka pembakaran lemak juga melambat karena lemak adalah cadangan energi tubuh.
Diet yang benar jangan diasumsikan untuk berlapar-lapar. Jalankan saja jadwal makan rutin tiga kalai sehari yang ditambah dengan tiga kali makanan ringan disela-sela makanan utama dengan menghindari karbohidrat dan protein tinggi. Ingat, anjuran makan lebih sering bukan berarti makan lebih banyak. Makan lebih sering lebih baik dari makan lebih banyak. Untuk itu jangan berlapar-lapar yang bisa menggoda makan lebih banyak.
Program diet juga membutuhkan sarapan, bukan menjauhinya. Sarapan adalah kebutuhan diet itu sendiri. Ia tidak punya hubungan dengan penambahan berat badan. Bukankah sarapan adalah makan yang paling dibutuhkan tubuh. Setelah delapan jam kita istirahat dari tidur tanpa mendapat tambahan asupan nutrisi, sadarkah kita bahwa cadangan nutrisi sudah terkuras. Apakah tubuh tidak dipasok dengan nutrisi baru?
Untuk itu sarapanlah. Kalau membiarkan tubuh tidak mendapat pasokan baru kemungkinan akan terjadi resiko efek katabolik. Sebuah efek yang mengakibatkan terjadinya pemecahan otot untuk mensuplai nutrisi. Bonus dari efek ini adalah datangnya pusing, munculnya perasaan lemas dan tidak konsentrasinya kita ketika beraktifitas.
Jangan pernah mengabaikan makan malam. Yang harus diabaikan adalah menambah karbohidrat tinggi yang menghasilkan lemak. Kalau makan malam dengan protein tinggi, kenapa tidak. Tubuh, ketika kita tidur akan membuat hormon pertumbuhan bekerja ekstra tinggi. Pekerjaan hormon pertumbuhan ini haruslah di dukung oleh ketersedian protein sebagai bahan pembakar utamanya.
Nah, nasehat para ahli jangan menghindar dari makan malam. Lakukan saja dua atau tiga jam sebelum tidur, tapi ingatkan diri sendiri yang diasup itu protein. Kalau pun ingin mengasup karbohidrat jadwalkan lima jam sebelum kita merebahkan diri di ranjang.
Kunci akhir dari sukses diet adalah olahraga. Lakukan secara teratur dan terukur. Teratur artinya berapa kali seminggu, kapan waktunya dan jangan compang camping. Terukur, berapa lama dan jauh. Semuanya harus disesuai dengan usia. Jangan memaksakan diri.
Tujuan berolahraga sewaktu diet untuk memacu metabolisme tubuh dan mempercepat pembakaran lemak. Jika kita menghindari olahraga tubuh akan terus menimbun kalori yang tidak terpakai oleh lemak. Ujung-ujungnya tambahan berat tubuh akan bertambah. Ini salah satu yang menjadi sebab tubuh menjadi melar.