Anda tentu pernah merasakan makanan tanpa garam. Bayangkan. Hambar. Dan yang pasti Anda pasti ngoceh, jengkel dan selera makan langsung terkulai. Tapi tahukah Anda garam tidak hanya memicu datangnya tekanan darah tinggi, tapi juga mendatangkan penyakit automum?
Penyakit automum adalah gangguan kesehatan yang disebabkan sistem kekebelan tubuh menyerang sel-sel tubuh sendiri. Jenis penyakit yang masuk dalam katagori auomum, menurut jurnal kesehatan antara lain lupus, multiple sclerosis, gangguan tiroid, dan sebagainya.
Jenis penyakit yang masuk dalam kelompok automum ini menurut para ahli kesehatan sangat berbahaya dan mematikan. Lupus, misalnya, kita mengenal penyakit ini sebagai penyakit langka tapi sangat menyiksa dana memerlukan pengobatan jangka panjang untuk penyembuhannya.
Selama ini, mungkin, kita hanya mengenal garam menjadi pantangan bagi penderita darah tinggi. Dan kalau pun penderita darah tinggi harua mengonsumsi garam dalam makanannya, pasti dalam takaran yang sangat terbatas. Membatasi konsumsi garam dari pola makan sehari-hari, bukan cuma dilakoni oleh mereka yang menderita hipertensi, tetapi berlaku juga bagi orang yang tidak memiliki penyakit mematikan itu.
Dalam sebuah penelitian terhadap mencit di laboratorium diketahui pola makan tinggi garam meningkatkan level sel imun yang terkait dengan penyakit autoimun. Bahkan mencit yang secara genetik direkayasa untuk mengembangkan multiple sclerosis (MS) penyakitnya bertambah parah jika mereka mengasup terlalu banyak garam.
Hasil penelitian itu menunjukkan garam memiliki peran pada penyakit autoimun yang sebelumnya belum pernah diketahui pemicunya, misalnya pada diabetes tipe 1 atau MS.
Konsumsi garam yang tinggi sendiri sudah diketahui meningkatkan risiko penyakit jantung dan hipertensi. Namun para ahli menilai faktor pemicu penyakit autoimun bukan cuma garam.
“Vitamin D juga berperan meski kecil. Selain itu merokok juga akan meningkatkan risiko penyakit autoimun,” kata David Hafler, ahli imunobiologi dari Universitas Yale. Hafler tertarik meneliti kaitan antara garam dan penyakit autoimun ketika ia sedang melakukan riset tentang mikroba usus, sebuah sensus mikroba usus dan fungsi sel pada 100 orang sehat.
Tim peneliti menemukan ketika orang-orang tersebut makan di restoran cepat saji lebih dari satu kali seminggu, mereka menunjukkan peningkatan level sel inflamasi yang merusak. Ini berarti sistem imun mengeluarkan respon yang sama jika ada virus atau bakteri, tetapi pada sel yang sehat.
Sel autoimun yang aktif tersebut diketahui adalah sel T helper 17 atau sel Th17. Sel itu memicu inflamasi yang sebenarnya penting dalam melawan patogen. Tetapi sel ini juga terkait dengan penyakit MS, psoriasis, artritis rematoid, dan sebagainya. Dalam dunia kedokteran saat ini, pengobatan penyakit autoimun, seperti psoriasis, adalah dengan memanipulasi fungsi sel T.
Meski tim peneliti belum mengetahui dengan jelas bagaimana terjadinya penyakit autoimun dan kaitannya dengan aktivitas sel T tadi, namun mereka yang menderita penyakit autoimun disarankan untuk membatasi asupan garamnya.