Dibalut jas dingin di udara malam Estadio Municipal de Anoeta, Tito Vilanova, menunduk lesu ketika di menit 56 Gerard Pique dikibaskan kartu kuning kedua oleh wasit dan sang pelatih bergumam kepada dirinya tentang tanda kekalahan yang mendekati timnya Saat itu Barcelona sudah unggul 2-1 dari Real Sociedad berkat gol cepat Lionel Messi dan Pedro.
Kekalahan itu memang datang. Barcelona tercabik untuk pertama kalinya di musim ini dari klub yang paling sedikit kemasukan di kompetisi La Liga. “Kekalahan yang tidak menjadikan kiamat. Tapi memang sebuah kepedihan. Kepedihan dari ketidaksempurnaan penampilan kami. Tak ada yang salah,” keluh Tito bersungut usai Barcelona dikoyak 2-3 dari Sociedad.
Tito pantas bersungut. Di kamar ganti, ketika timnya masih unggul 2-1, Tito memang sudah mengingatkan Pique untuk menjauh dari keberangan. Ia melihat penampilan Pique penuh dengan kebencian ketika “mengambil” Carlos Veta. “Ini berbahaya. Jangan terulang lagi,” kata Tito sembari menudingkan telunjukkan kepada Pique dan memindahkan jarinya ke kepala, yang berti harus dingin.
Toh, dimenit ke 56 Pique melupakan itu ketika ia diprovokasi oleh Carlos Veta. Ia melakukan “tackling” berbahaya dan wasit tanpa ampun mengusirnya dari lapangan. “Habis,” bisik Tito ke arah asistennya dengan wajah muram. Ya, Barca terkunci di dua gol babak pertama dan diayak dengan permainan “one-two” yang dipadukan “long passing” yang terukur akurasinya oleh Gonzalo dan Xabi sehingga memaksa posisi Carlos lebih tajam di ujung tombak.
Dengan memanfaatkan ketiadaan Pique di sektor pertahanan, Sociedad memaksa Mascherano yang dimasukkan Tito untuk menggantikan Fabregas di posisi belakang untuk bekerja ekstra keras. Mascherano dipancing bermain “all out” di sektor kanan sehinga rusuk kiri Barca menganga. Sociedad berhasil menyamakan kedudukan 2-2 setelah Mascherano melakukan “bad passing” yang mengubah arah bola menjadi gol bunuh diri.
Tito menghentakkan kakinya atas kesalahan Mascherano ini dan selanjutnya seperti pasrah kalau pun pertandingan berakhir dengan angka seri ini. Tapi di “injuri time,” menit 90+1, Imanol Agirretxe, pemain pengganti Sociedad mencelakakan Victor Valdes dengan “safety pass”nya. Gol penutup ini mencederai kesempurnaan “Blaugrana” dengan kekalahan pertamanya musim La Liga kali ini.
Kekalahan ini memang tidak memengaruhi posisi Barca di puncak klasemen La Liga. Dengan 55 angka dari 20 pertandingan yang sudah dimainkan, 18 kali menang, sekali seri dan sekali kalah, tidak ada yang harus ditangisi Messi. Keunggulan 11 poin dari peringkat Atletico dan 18 angka dari El Real tidak ada yang kiamat untuk Barca menuju juraa La Liga musim ini. Atletico dan El Real bisa mendekat dengan memangkas angka menjadi 8 dan 15 bila kedua tim itu memenangi pertandingan lanjutannya.
Kekalahan ini juga disambut dengan heboh oleh media Spanyol sebagai “yang mungkin” dari kemungkinan. Sehari sebelumnya “Marca,” surat kabar terbitan Madrid menyepekulasikan analisanya tentang bagaimana seharusnya mengalahkan Barcelona. Tak ada jawaban tuntas darimana Barca harus ditekuk.
Bahkan jaringan radio “Marca” yang dipancarkan dari Madrid melakukan “talk show” dengan menjaring pendengar secara “interaktif” mencari tahu taktik yang akan dipakai untuk mengalahkan Barca. Dan, begitu Barca kalah dari Sociedad, radio Marca melanjutkan “talk show” dengan tema “Barca bisa dikalahkan.”
“Harus ada keberanian untuk bermain rapat dan jangan pernah keder sebelum turun lapangan. Itu yang menjadi resep untuk mengalahkan Barca,” ujar pelatih Sociedad tentang kemenangan timnya.
“Saya berhari-hari memompa semangat pemain. Mimpikan bahwa kalian menang. Anggap mereka klub papan bawah. Messi? Ia bukan Hercules yang bisa menyelsaikan semuanya,” kata sang pelatih kepada jaringan televisi Spanyol.
Kekalahan Barca ini dikomenteri dingin oleh Tito Vilanova, sang pelatih. Baru sepekan kebersamaannya dengan tim, usai menjalani operasi dan istirahat pemulihan, Tito yang menggantikan Pep Guardiola mengatakan, timnya tidak akan runtuh dengan kekalahan itu. Masih banyak pertandingan yang akan dimainkan dalam perjalanan La Liga musim ini.
“Kami akan memainkan pertandingan dengan tim-tim kuat. Masih ada pertandingan Liga Champion menghadapi Milan. Dan di La Liga sendiri kami akan menghadapi “el clasico” yang tidak selalu mudah,” katanya dengan kalem. “Dan kami bel;ajar dari kekalahan ini seperti ketika kami kalah dari Celtic di babak penyisihan grup Piala Champions.”