Lumpuhnya WhatsApp, Minggu dinihari WIB, sehari lalu, menimbulkan dampak buruk bagi aplikasi teknologi informasi itu, berupa “goyahnya” kepercayaan pengguna dan bermunculannya berita “hoax” tentang akan di”mati”kannya operasionalnya usai di beli oleh Facebook lewat mega akuisisi.
Baik goyahnya kepercayaan pengguna maupun berita “hoax” kematiannya, menyebabkan terjadinya konsolidasi internal di lingkungan WahtsApp. Aplikasi ini diakusisi oleh Facebook Kamis pekan lalu dengan nilai USD 19 miliar.
Di Eropa, terutama Jerman dan Swiss, seperti di tulis surat kabar Jerman, “Sontag,” terjadi migrasi besar-besaran pengguna WhatsApp.
Starup asal Swiss, pembuat pesan instan Threema, dibuat terkejut, setelah WhatsApp dibeli oleh Facebook pengguna aplikasi mereka melesat tajam. Bahkan kini sudah berada di posisi tertinggi aplikasi terlaris Apple App Store Jerman.
Warga Jerman mulai menggunakan Threema karena sudah tak percaya dengan keamanan data di WhatsApp. Mereka takut semua percakapan bisa dilihat oleh Facebook, yang saat ini resmi menjadi perusahaan induknya.
“Facebook sudah melihat segalanya, dan WhatsApp mungkin sama,” kata Thilo Weichert, Komisaris perlindungan data German Land of Schleswig-Holstein.
Kekhawatiran Jerman cukup beralasan. Sebab beberapa waktu lalu pemerintah Amerika Serikat dituding telah menyadap telepon selular kanselir Jerman, Angela Merkel. Facebook pun diduga juga bisa dimanfaatkan sebagai alat pengintai.
Penyebab lainnya migrasi ini adalah lumpuhnya layanan WhatsApp, Minggu dinihari WIB, 23 Februari 2014, pukul 02.00. Walau kembali normal dengan sebuah pesan maaf, seperti yang tertulis dalam Twitternya, warga di Jerman tetap tidak percaya.
Di Jerman tercatat ada tiga puluh juta warganya yang aktif menggunakan WhatsApp. Jumlah ini terus diprediksi akan terus berkurang akibat isu soal keamanan data, seperti dikutip “nuga.co” dari Tech Crunch, Senin, 24 Februari 2014.
WhatsAPP memang sudah minta maaf. Permintaan maaf itu muncul dua jam setelah lumpuh, dan sempat menimbulkan kepanikan yang luar biasa pemakaiannya di seluruh dunia. Penuh tanda tanya dan saling bersiul di Twitter, WhatsApp membalas kicauan itu dengan penuh rasa penyesalan dan menjanjikan “kekacauan” itu tidak akan terulang.
Layanan pesan instan WhatsApp, seperti dilaporkan, tidak dapat diakses pada Minggu dini hari. Jutaan pengguna mengeluhkan tidak dapat mengirim dan menerima pesan mulai sekitar pukul 02.00 WIB.
Keluhan itu didengar pemilik aplikasi tersebut yang langsung melakukan perbaikan. Ya, WhatsApp memang mengakui bahwa sistem mereka sempat bermasalah.
“Maaf, saat ini kami sedang mengalami masalah pada server, dan semoga hal ini bisa cepat teratasi,” kicau akun resmi WhatsApp melalui Twitter.
Tanpa menyebut secara spesifik masalah yang dimaksud layanan WhatsApp kini sudah berangsur pulih di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang sebelumnya juga dilaporkan terkena dampaknya.
Sementara itu, dampak kelumpuhan WhatsApp telah menimbulkan pesan berantai tentang WhatsApp yang mau dimatikan. Para pengguna gaduh berkicau di twitter dan sempat bikin kaget penggunanya. Namun jangan cemas, itu cuma hoax alias kabar palsu.
Sebelumnya, WhatsApp digosipkan bakal shutdown pada 28 Januari 2014. Kabar ini pun menjalar ke berbagai penjuru. Berikut isi pesan hoax tersebut:
“Whatsapp is shutting down on 28th jan Message from Jim Balsamic (CEO of Whatsapp) we have had an over usage of user names on whatsapp Messenger. We are requesting all users to forward this message to their entire contact list. If you do not forward this message, we will take it as your account is invalid and it will be deleted within the next 48 hours.”
“Please DO NOT ignore this message or whatsapp will no longer recognise your activation. If you wish to re-activate your account after it has been deleted, a charge of 25.00 will be added to your monthly bill. We are also aware of the issue involving the pictures updates not showing. We are working diligently at fixing this problem and it will be up and running as soon as possible. Thank you for your cooperation from the Whatsapp team.”
Bagi mereka yang panik pasti langsung mem-forward pesan tersebut. Hingga akhirnya menimbulkan efek bola salju yang diharapkan oleh si pembuat pesan hoax.
Beruntung, WhatsApp dengan cepat mengeluarkan klarifikasi. Mereka pun meminta pengguna untuk tidak termakan pesan palsu tersebut, karena apa yang disebarkan adalah bohong.
“Tolong dapat dimengerti bahwa ini adalah hoax dan isinya tidak benar sama sekali. Kami lebih memilih mengembangkan fitur-fitur baru nan keren ketimbang menyebarkan kabar konyol seperti itu,” tulis WhatsApp dalam keterangannya
Modus hoax seperti di atas memang bukan barang baru. Di Indonesia sendiri sudah seringkali pesan berantai model ini menjalar ke ponsel. Namun sayangnya, tetap saja ada yang termakan dan malah ikut menyebarluaskan juga.