Apa betul wanita mengatakan “no” untuk seks dan “yes” untuk tidur dan gadget?
Paling tidak itulah yang terungkap dari sebuah penelitian tentang “kesenangan” wanita di era modern seperti sekarang ini.
Menurut penelitian itu seks tidak lagi menjadi prioritas kaum wanita. Studi yang dilakukan perusahaan komunikasi global “FleishmanHillard” dan majalah “Hearst,” mengungkapkan bahwa wanita di era modern kurang memprioritaskan seks dan lebih mementingkan hal-hal yang membuat hidup mereka jadi lebih mudah.
Survei dilakukan terhadap empat ribuan responden wanita yang tersebar di Inggris, Brasil, China dan Amerika Serikat untuk mengangkat isu seputar seks, kebiasaan tidur, keuangan, teknologi dan masalah keluarga.
Dari hasil survei terungkap bahwa 68 persen wanita Inggris lebih memilih bisa tidur nyenyak ketimbang bercinta. Hal yang sama juga dipilih oleh 60 persen wanita di Amerika Serika dan tujuh persen wanita China.
Seks juga kurang menjadi prioritas dibandingkan teknologi. Di Amerika Serikat dan Inggris, mayoritas responden lebih rela tidak bercinta ketimbang hidup tanpa gadget canggih dan teknologi selama tiga bulan.
Ketika ditanya apakah mereka lebih mementingkan uang, seks atau kekuasaan, delapan puluh persen responden menjawab uang lah yang paling penting. Alasannya karena uang bisa menjamin masa depan keluarganya. Dari sebagian besar wanita yang mementingkan uang berpendapat, mereka tidak harus menjadi kaya namun stabil secara finansial.
Saat diminta untuk mendefinisikan arti sukses, sebagian besar responden menjawab keamanan finansial di masa depan dan kebahagiaan keluarga. Sementara kekayaan dan kemewahan lebih dikesampingkan.
Penelitian lain juga menunjukkan kalau seks kini bukanlah hal yang utama lagi bagi wanita. Sebuah studi di Prancis mengungkapkan bahwa tujuh puluh empat persen wanita akan lebih memilih makan hidangan gourmet ketimbang bercinta dengan pasangannya.
Ketika diminta mengurutkan aktivitas apa saja yang paling memberi kenikmatan, dari skala 1-10, kebanyakan wanita memberi nilai 7,1 untuk makanan. Sementara seks hanya 6,7 dari skala 10.
“Tidak adanya waktu untuk bercinta adalah masalah paling umum yang aku dengar selama praktek sebagai psikoterapi. Pasangan saling mencintai, tapi mereka tak punya waktu untuk keintiman dan seks dalam hidup mereka yang sibuk,” ujar pakar seks Cathy Beaton, M.S., NCPsyA.
Problem tidak ada waktu untuk bercinta ini menurut Cathy, sebuah kesalahan persepsi. Seks itu, dalam pandangannya, bukan masalah waktu.
Pasangan yang merasa tidak punya waktu untuk seks sebenarnya memiliki gangguan seksual emosional dan fisik yang lebih kompleks seperti kurangnya gairah, disfungsi ereksi, kesakitan saat seks, imej tubuh yang negatif dan ejakulasi dini.
Menurunnya frekuensi bercinta menjadi masalah seks paling umum yang diungkapkan pasangan pada Sari Cooper, seorang terapis seks bersertifikat dari American Association of Sexuality Educators, Counselors and Therapists. Solusi untuk mengatasi masalah ini menurut Sari berbeda-beda tergantung apa yang menjadi penyebab pasangan tidak lagi bercinta sesering dulu atau malah stop seks sama sekali.
Penyebab masalah seks yang kelima ini bisa karena disfungsi ereksi, kesakitan saat bercinta, bosan dengan rutinitas seks, kehilangan gairah karena sakit, stres atau pengobatan.
“Perbedaan gairah seks menjadi masalah paling umum yang biasa aku temui. Untuk klien wanita, dua faktor biasanya menjadi penyebab perbedaan gairah seks dengan pasangannya ini.”
“Pertama, karena masalah fisik yaitu sakit saat bercinta. Kedua, kelelahan atau stres yang biasanya disebabkan karena anak atau masalah keuangan,” ujar Peg Hurley Dawson, pakar seks dari Massachusetts, AS.
Untuk kasus karena faktor kedua ini, cara mengatasinya menurut Peg bisa dengan perubahan gaya hidup. Cara lainnya yaitu dengan komunikasi yang baik di antara pasangan.
Hal serupa juga diungkapkan Michael Aaron, PhD. “Aku sering melihat, di mana salah satu pasangan memiliki gairah seks yang lebih tinggi ketimbang pasangannya,” ujarnya.
Solusi untuk mengatasi ini tergantung beberapa faktor. Tapi pertama yang perlu diketahui sudah berapa lama perbedaan gairah ini terjadi dan situasi apa yang menjadi penyebabnya.
Hal itu perlu diketahui karena masalah seks terkadang sering disebabkan karena adanya masalah dalam hubungan seperti adanya kemarahan, pengkhianatan yang perlu diselesaikan. Ketika hubungan pasangan itu sudah diperbaiki, masalah seks pun biasanya membaik dengan sendirinya.
Bruce Berman, PhD., melihat disfungsi ereksi sebagai isu seks yang paling sering ditemuinya selama berpraktek sebagai pakar seks. Disfungsi ereksi ini biasanya disebabkan karena masalah medis dan kegelisahan yang membuat pria sulit untuk ereksi.
Untuk mengatasi masalah ini, Berman akan mengobati kliennya dengan melakukan eksperimen bersama pasangan si klien. Keduanya diminta melakukan latihan menyentuh untuk membantu pria merasa terhubung secara fisik dengan pasangannya tanpa adanya tekanan untuk melakukan aktivitas seksual.