Perut buncit memang masalah “besar.” Tidak hanya meyimpan “bom” penyakit, tetapi juga mendatang perasaan “rendah diri.” Juga, terkadang, menjadi bahan perbincangan yang tak pernah habis-habisnya.
Banyak studi yang menuding perut buncit menyimpan tumpukan lemak yang amat membahayakan bagi kesehatan. Untuk itu ratusan program pernah ditawarkan untuk mengempiskannya. Yang terakhir, dan menghebohkan, adalah kasus perut buncit mantan pesepakbola terkenal Brazil, Ronaldo, yang lewat program sereal . Program yang kemudian diiklankan dengan bintangnya Ronaldo sendiri, dan di protes sebagai upaya penipuan.
Di Indonesia, tahun-tahun terakhir, gencar diiklankan lewat program “level marketing” tentang susu herbal produk Amerika Serikat yang dikatakan bisa mengempiskan perat. Banyak konsumen menikutinya.
Hasilnya? Kempis-buncit. Artinya, kempis lantas buncit lagi. Sebah studi terbaru menemukan sereal gandum baik untuk sarapan mengempiskan perut buncit. Ssarapan gandum ini, menurut ahli kesehatan, bisa menurunkan tingkat kortisol, hormon stres yang terkait dengan berat badan dan kecenderungan untuk menumpuk lemak perut.
Pinggang besar adalah tanda peringatan bagi Anda akan risiko sindrom metabolik, yang bisa membawa Anda terkena diabetes tipe 2 dan meningkatkan risiko serangan jantung hingga tiga kali lipat.
Jadi, disarankan mengasup tiga ons gandum utuh sehari, yang bisa Anda dapatkan dari sepotong roti gandum utuh, atau satu porsi sereal. Diet tinggi serat dapat mengurangi risiko kematian akibat kardiovaskuler hampir 60 persen, menurut sebuah studi yang melibatkan hampir 400.000 orang usia 50 ke atas.
Baru-baru ini Canadian Cardiovascular Congress di Toronto mengumumkan tentang bahaya mengasup makanan cepat saji karena menimbulkan efek buruk pada arteri Anda. Sarapan terbaik adalah dengan makanan berprotein dan tinggi serat seperti sereal, yang tidak hanya sehat bahkan bisa membantu Anda mengusir perut buncit.
Diet tinggi lemak dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk aterosklerosis (penyempitan arteri akibat timbunan plak), tapi studi ini menunjukkan bahwa kerusakan yang dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke mungkin mulai lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, jika pola sarapan Anda tidak sehat.
“Hanya satu hari sarapan tinggi lemak saja sudah membahayakan jantung Anda,” ujar peneliti dari Heart and Stroke Foundation, Dr. Todd Anderson.
Studi ini mengukur aliran darah melalui lengan bawah pada 20 orang sehat (rata-rata usia 23). Para peneliti menggunakan sandwich mengandung ham, telur, dan keju, tetapi tidak menyebutkan nama restorannya. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan risiko makan jenis umum dari sarapan sandwich tersedia secara luas, bukan merujuk pada satu restoran tertentu.
Pengujian dilakukan dua kali: sekali dengan sarapan sandwich cepat saji dari jenis yang tersedia di mana saja di AS atau Kanada, dan sekali lagi saat responden diminta berpuasa.
Nah, dibandingkan dengan relawan yang melewatkan sarapan, mereka yang mengonsumsi sandwich penuh lemak menunjukkan terganggunya aliran darah pada lengan dua jam setelah sarapan. Selain itu aliran darah beroksigen ke jantung juga terganggu.
Para peneliti mengatakan bahwa hasil ini menyoroti pentingnya membatasi lemak, kolesterol, kalori, dan garam untuk mencegah serangan jantung dan stroke. Diet junk food juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk demensia, gangguan memori seperti yang dilaporkan baru-baru ini.
Ahli gizi menyarankan termasuk protein dan serat dalam makan pagi Anda, seperti sereal gandum manis atau rendah gula dicampur dengan non-fat yogurt, susu rendah lemak, atau susu kedelai dan ditutup dengan buah segar. Para peneliti di University of Texas di El Paso laporan bahwa makan sarapan mengisi membantu orang mengkonsumsi rata-rata 100 kalori lebih sedikit per hari.
Meski sarapan tingi lemak sudah terbukti tidak bagus buat kesehatan, yang lebih parah lagi adalah tidak sarapan samasekali. Akibat yang paling jelas bagi Anda yang tidak sarapan adalah mood yang buruk dan daya ingat yang kurang. Tetapi lebih dari itu, kebiasaan tidak sarapan bisa mengakibatkan obesitas, masalah persendian, bahkan memicu beberapa jenis kanker.