Manchester bukan hanya kalah dari Liverpool di laga leg pertama Enam Belas Besar Liga Europa, tapi juga gagal membentuk “tembok” putih di Stadion Anfield.
Sebelum laga, Manchester United berencana agar para penggemarnya membentuk ‘tembok putih’ di tribun Anfield namun gagal total.
Nyaris tak terlihat ada penggemar The Red Devils yang mengenakan kostum warna putih di laga tersebut.
Pekan lalu manajemen MU mengirimkan surat elektronik kepada penggemarnya yang akan menyaksikan laga leg pertama itu.
Mereka meminta kepada para penggemar agar mau memberikan dukungan kepada kesebelasan kesayangannya dengan menggunakan kaus berwarna putih.
“Untuk mendorong terciptanya atmosfer yang baik di Anfield pekan depan, klub dengan senang hati memberikan Anda sebuah kostum tandang berwarna putih, seperti kostum yang dikenakan Memphis Depay dkk di laga tersebut,” demikian bunyi surat tersebut.
“Kami ingin Anda mengenakannya di pertandingan itu untuk menciptakan ‘Tembok Putih’ ketika para pemain masuk ke lapangan.”
Rencana ini terlihat gagal total ketika skuat Louis van Gaal bertanding semalam.
Akun Twitter @Lisa_Marie74 yang mengunggah foto tribun tempat suporter tandang yang ditempati MU memperlihatkan hanya ada segelintir orang mengenakan baju putih.
Sementara itu, jurnalis Daily Mail Ian Ladyman yang berada di Anfield melaporkan lewat akun Twitter @Ian_Ladyman_DM bahwa hanya ada lima orang yang mengenakan baju putih di barisan belakang penonton.
Banyak dari suporter MU mengira ide ini datang dari para sponsor klub seperti adidas atau DHL, tapi pihak klub mengatakan usulan ini murni dari mereka.
Suporter MU sendiri memiliki tradisi tidak menggunakan warna merah khas Manchester United ketika menonton timnya bertandang, terutama di Anfield.
Bahkan, seperti diberitakan Manchester Evening News, salah satu kelompok suporter garis keras MU mendapatkan julukan ‘Men In Black’ di era sembilan puluhan.
Sejak satu pekan lalu, rencana ini sendiri memang mendapatkan tentangan dan ejekan dari para pendukung MU.
Banyak dari antara mereka yang lebih memilih untuk menyumbangkan kostum yang dikirimkan MU kepada anak sekolah atau pada kegiatan amal.
Hingga saat ini tidak diketahi apakah MU akan menggunakan rencana serupa di leg kedua yang berlangsung di Stadion Old Trafford, pekan depan.
Di laga pertama, MU menelan kekalahan kosng dibanding dua gol karena gol penalti Daniel Sturridge dan gol Roberto Firmino.
Sementara itu, Paul Scholes, mantan suad United, kecewa dengan penurunan prestasi yang akrab terjadi di Manchester United dalam dua musim terakhir.
Dengan anggaran belanja yang besar, tim berjuluk Setan Merah mestinya bisa bersaing dengan tim terbaik dunia.
Bekas gelandang serang ManUtd itu kini menilai bekas klubnya tak lagi haus gelar. Bahkan, ia khawatir MU hanya puas berada di posisi empat besar seperti yang diraih Arsenal dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Scholes, dengan anggaran belanja pemain yang tinggi, MU seharusnya bisa bersaing merebut takhta Liga Primer dan Liga Champions setiap musimnya.
“MU di tangan Van Gaal telah menghabiskan tiga ratus juta poundsterling dan mereka hanya berada di peringkat keenam di liga. Mereka juga harus beralih ke Liga Europa setelah tersingkir dalam fase grup Liga Champions,” kata Scholes kepada BT Sport.
“Seharusnya mereka mampu bersaing dengan Barcelona, Real Madrid, dan Bayern Munich.”
Peluang ManUtd untuk tampil di Liga Champions musim depan dengan cara menjuarai Liga Europa mulai menipis.
Pasalnya, Anthony Martial dan kawan-kawan takluk dari tuan rumah Liverpool pada leg pertama babak Enam Belas Besar Liga Europa di Anfield.
Untuk mengakhiri musim di peringkat empat besar menjadi misi yang nyaris mustahil untuk tim asuhan Louis van Gaal.
MU kini berada di peringkat keenam klasemen dengan raihan empat puluh tujuhpoin dari dua puluh sembilan laga atau terpaut tiga poin dari Manchester City yang mengemas lima puluh poin
Scholes khawatir mental pemain MU kini seperti Arsenal yang kerap puas berada di posisi keempat klasemen pada akhir musim.
“Hal terakhir yang saya inginkan bagi mereka adalah menjadi bahagia di peringkat keempat dan menjuarai Piala FA. Itulah yang dicapai Arsenal pada musim sebelumnya,” ujar Scholes.
“Anda bisa melihat mereka merayakan hingga keluar lapangan ketika berakhir di posisi keempat klasemen. Itu tidak bisa terjadi di United.”