Jose Mourinho kembali menabuh “perang” dengan “madridnisti” setelah ucapannya yang nyelikit bahwa dirinya tidak masalah jika gagal membawa Los Galacticos menjuarai Liga Champions musim ini.
Dengan gayanya yang congkak dan sinis, Mou, pelatih yang dikontrak Real Madrid hingga akhir musim 2016 kepada wartawan mengaku, sudah cukup puas dengan raihan dua trofi Liga Champions saat masih membesut Porto dan Inter Milan.
“El Real” yang melaju ke perempat final setelah sukses mengempaskan Manchester United pada babak 16 besar dengan agregat 3-2 di Old Trafford, dua pekan mendatang akan menghadapi Galatasaray, klub Istanbul, Turki, yang kini dihuni Didier Drogba dan Sneijder, untuk mewujudkan ambisinya merebut gelar Liga Champions ke-10.
Mourinho, yang sebelumnya berambisi untuk meraih trofi Champions untuk yang ketiga kalinya bersama Madrid, mencengangkan “madridnisti,” pendukung Madrid, dengan ucapan terakhirnya yang tidak memerlukan lagi trofi paling prestise itu. Menurut pelatih asal Portugal itu, tidak masalah jika musim ini dirinya gagal menambah koleksi trofinya tersebut. “Sangat sulit untuk memenangkan dua trofi Liga Champions. Jadi, tidak akan menjadi drama, jika saya tidak memenangkan trofi ketiga, atau tidak melakukannya di tahun ini,” tegas Mourinho.
Mourinho yang sempat dikabarkan akan ke Paris Saint-Germain (PSG) atau kembali ke Chelsea karena bermasalah di internal Madrid masih terus mengumbar retorika “perang.” Dalam kesempatan yang sama Mourinho juga menapik tentang kepindahannya, karena masih memiliki kontrak dengan “Los Blancos.”
“Akan sulit bagi saya untuk pindah ke negara lain, selain Portugal, Inggris, Italia dan Spanyol. Lingkungan saya adalah untuk bermain dan berlatih. Saya tidak suka dengan banyaknya bayaran, karena saya tidak suka itu dapat mengontrol emosi saya” kata Mourinho.
Tentang sikap controversial Mourinho yang banyak menyakit komunitas sepak bola Europa, striker legendaris Manchester United Eric Cantona mengungkapkan kekagumannya kepada Jose Mourinho. Pembesut asal Portugal adalah alasan utama Eric The King, sebutan Cantona, terus mengikuti perkembangan kubu Santiago Bernabeu.
Cantona tak peduli dengan sikap Mou yang arogan dan terakhir menyerang pribadi Bosque, pelatih Spanyol, yang dikatakannya mendapat predikat “haram” sebagai pelatih terbaik versi FIFA.
Mou mengatakan, dirinyalah yang sebenarnya menempati urutan paling atas pilihan komunitas sepabola sebagai pelatih terbaik. “FIFA tidak berkenan dengan saya. Mereka baron-baron yang tidak tahu bagaimana membuat tim sepak bola. Mereka punya kuasa dan bisa saja menentukan siapa yang dikehendakinya,” kata Mou yang membuat meradang Bosque.
Eric Cantona, yang tak kalah kontroversinya selama berkarir di sepak bola, kepada surat kabar Perancis “Le Matin” menyebut Mourinho “genius” yang datang di waktu yang tidak tepat.
Legenda asal Perancis yang gagal menjuarai Piala Dunia ketika bersama negaranya, dan pernah menendang penoton di Old Trafford dalam kasus “Kungfu” sang “The King,” hingga kini masih dielu-elukan di MU, mengatakan tentang Mou,” “Saya bukan penggemar gaya permainannya (Mourinho), tetapi ia memiliki kepribadian luar biasa. Ia berintelegensia tinggi, karismanya luar biasa, dan caranya spesial saat menata tim. Ia bilang, pelatih butuh menjadi aktor dan saya setuju dengannya.”.
Mourinho memang fenomenal. Pada musim pertamanya menyetir Madrid, pria berusia 50 tahun itu telah memberikan trofi Copa del Rey dan musim selanjutnya, gelar kampiun La Liga dipersembahkannya untuk “madridnisti.” Kini, Los Blancos dalam trek berikutnya untuk meraih trofi yang kesepuluh mereka di ajang Liga Champions.
“Tak selalu penting menunjukkan emosi ketika dikelilingi para pemain. Semuanya adalah tentang apa yang perlu dilihat dan didengar oleh pemain,” sambung Cantona.
“Apakah itu menguntungkan bagi pelatih ketika masuk ke kamar ganti dalam keadaan frustrasi dan lalu melemparkan tempat minuman? Semuanya tergantung situasi saat itu dan Mourinho paham benar apa yang harus dilakukan menghadapi setiap keadaan,” tutur pria kelahiran Marseille, 46 tahun lalu itu.
Menurut Cantona, Mourinho merupakan magnet ketika semua perhatian menuju ke arahnya. Bukan karena egonya, tetapi ia ingin mengangkat beban tekanan dari para pemainnya. “Orang-orang membicarakan Mourinho, di mana ada tim lain berstatus juara dunia. Saya sangat mengagumi apa yang dilakukannya dan tidak banyak pelatih yang mampu seperti dia,” kata Cantona