Aplikasi “Wire” menjanjikan paket komunikasi pribadi paling aman versi baru berupa enkripsi end-to-end untuk semua percakapan, termasuk video.
Kehadiran aplikasi, yang dinamakan sebagai super aman ini, diinisiatifi oleh pendiri aplikasi Skype, Janus Friis, bersama sekelompok pemrogram peranti
Aplikasi itu sendiri dinamai dengan Wire.
Bersama lima puluh karyawan, dan sebagian besar adalah pemrogram kelompok ini mengklaim mampu menghadirkan paket komunikasi pribadi melampaui yang telah ada.
Sebenarnya, fitur panggilan suara pada Wire memang telah hadir pada Desember dua tahun silam
Namun pembaruan aplikasi kali ini, membuat isi percakapan dienkripsi dari hulu hingga hilir termasuk teks, panggilan video, foto, dan gambar.
Enkripsi juga dilakukan di lintas platform dan perangkat, termasuk Android, Mac, iOS, Windows, dan Windows Mobile.
“Semuanya dienkripsi secara end-to-end,” kata Janus Friis yang menjabat sebagai Executive Chairman Wire, seperti dikutip dari Reuters.
Pengusaha Denmark ini pertama kali merilis Skype pada 2003, yang kemudian menjualnya pada sejumlah orang dan sekarang menjadi unit bisnis Microsoft.
Wire sendiri kini berbasis di Swiss yang menjanjikan komunikasi berbasis Internet dengan kualitas suara yang sangat jernih.
Mereka memiliki sekitar seratus lima puluh ribu sampai dua ratus ribu pengguna terdaftar.
Wire mendapat dukungan dana dari sejumlah investor yang tak lain adalah Iconical, desainer, pemrogram. Friis berinvestasi di Wire sebagai bagian dari Iconical.
Langkah Wire ini merupakan jawaban terhadap keamanan komunikasi pribadi yang selama ini bisa dibobol untuk berbagai kepentingan.
Misalnya, sejumlah penjahat telah beralih ke iPhone sebagai “perangkat pilihan” untuk melakukan tindak kriminal karena sistem enkripsi kuat yang ditetapkan Apple, kata tiga kelompok aparat penegak hukum Amerika Serikat dalam sebuah pengadilan.
Hal ini diungkapkan organisasi penegak hukum kepada hakim yang menangani perseteruan Apple dengan FBI terkait kasus enkripsi iPhone. Mereka berkata punya “banyak contoh” yang memperlihatkan iPhone dipakai oleh para penjahat.
Lembaga Federal Law Enforcement Officers Association mencatat, otoritas New York sertahun lalu sempat menyadap panggilan telepon narapidana di penjara yang menggunakan iPhone.
Pernyataan ini muncul dari lembaga negara karena pemerintah sedang meminta Apple memberi kunci enkripsi ponsel iPhone 5c milik Syed Ridwan Farook, pelaku penembakan di San Bernardino, California.
Apple menolak memberikan enkripsi atas dasar privasi. Lebih dari itu, Apple berkata Departemen Kehakiman dan FBI coba mencari kunci untuk membongkar privasi secara keseluruhan.
Kasus ini bermula pada 2 Desember 2015. Farook dan sang istri Tashfeen Malik yang merupakan warga AS keturunan Pakistan, menembak mati enam belas orang di fasilitas disabilitas di San Bernardino.
Usai menembak, kedua orang itu melarikan diri dengan mobil namun akhirnya terbunuh dalam baku tembak dengan polisi.
Hakim Sheri Pym dari pengadilan California meminta Apple untuk membantu FBI agar membongkar kode enkripsi dari iPhone milik Farook tersebut. FBI tak mau membongkar paksa karena bakal merusak data di dalamnya.
FBI butuh data itu untuk melihat kemungkinan hubungan Farook dengan kelompok militan atau setidaknya mengetahui kepribadian Farook.
Apple sendiri mau memenuhi permintaan data “yang tepat dan masuk akal.”