Laman situs “huffington post,” Rabu, 16 Maret 2016, menjawab endapan pertanyaan yang selama ini mendapatkan jawaban yang samar-samar, “kenapa bangun pagi itu sehat.”
Dalam edisi khususnya mengutip hasil studi tahun lalu yang dimuat dalam The American Journal of Clinical Nutrition, “huffintonpost,” menegaskan keuntungan bangun pagi adalah bikin tubuh lebih sehat.
Dalam hasil analisa data mengenai tidur dan nutrisi yang dihimpun pengguna Jawbone UP, aplikasi pelacak kebugaran di seluruh dunia, diketahui, mereka yang tidur teratur setiap malam memiliki pola makan lebih sehat.
Mereka juga mengasup kalori lebih sedikit.
Waktu tidur yang sehat adalah kurang dari jam sebelas malam.
Sebaliknya, orang yang tidurnya larut malam mengonsumsi kafein lebih banyak, alkohol, gula, karbohidrat yang diproses, daging olahan, serta makanan mengandung lemak jenuh.
Konsumsi makanan yang tidak sehat tersebut merupakan dampak dari kebiasaan tidur malam.
“Jika Anda tidur lebih awal dan ini dilakukan secara teratur dalam setahun, teorinya Anda bisa kehilangan dua koma dua kilogram tanpa mengubah aktivitas apa pun,” kata Dr.Kirstin Aschbacher, peneliti data dari Jawbone, seperti dikutip Huffington Post.
Kaitan antara cukup tidur dan memilih asupan yang sehat sudah lama diketahui para ahli.
Studi tahun lalu yang dimuat dalam The American Journal of Clinical Nutrition menyebutkan, orang yang cukup tidur mengonsumsi lemak jenuh lebih sedikit.
Sementara itu, studi tahun laludari University of California, Berkeley, menemukan bahwa remaja yang sering tidur larut malam akan mengalami kegemukan dalam waktu lima tahun.
Pola tidur seseorang juga memengaruhi pengeluaran hormon tertentu, misalnya leptin dan ghrelin, yang bisa membuat seseorang mudah lapar.
Karenanya, jika Anda bertekad untuk menjaga berat badan, mulailah dengan mengatur pola tidur.
Disamping itu, dalam tulisan terbarunya, “the mirror,” mengungkapkan pola tidur ternyata turut juga memengaruhi pola makan seseorang.
Penelitian menunjukkan, orang yang kurang tidur pada malam hari, keesokan harinya akan makan berlebihan.
Hal itu terjadi karena kurang tidur terbukti dapat merangsang produksi hormon ghrelin.
Ghrelin adalah hormon yang memberikan sinyal rasa lapar ke otak dan meningkatkan nafsu makan.
Sementara itu, jika seseorang cukup tidur, maka akan lebih sedikit kalori yang dimakan di hari berikutnya.
“Temuan utama kami menunjukan, kualitas diet dipengaruhi oleh kualitas tidur,” ujar profesor Marie-Pierre St-Onge, dari Universitas Columbia, New York.
Penelitian tersebut menguatkan temuan bahwa orang yang kurang tidur akan lebih berisiko mengalami kenaikan berat badan dan menjadi obesitas.
Begitu pula sebaliknya, yakni pola makan yang memengaruhi kualitas tidur. Berdasarkan penelitian, orang yang banyak makan lemak dan makan-makanan manis, akan memiliki kualitas tidur yang buruk pada malam harinya.
Sedangkan mereka yang rajin mengasup makanan rendah lemak dan tinggi serat, akan tidur lebih nyenyak.
Peneliti menemukan, orang yang konsumsi makanan tinggi lemak butuh waktu dua puluh sembilan menit untuk bisa tertidur, sedangkan yang konsumsi makanan bergizi seimbang butuh waktu tujuh belas menit untuk tertidur.
“Pola makan memengaruhi kualitas tidur dan memberikan implikasi kesehatan yang luar biasa,” lanjut profesor St-Onge.
Menurut peneliti, buruknya kualitas tidur dan makan, dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan diabetes.
Dokter Nathaniel Watson dari American Academy of Sleep Medicine menilai penelitian ini menekankan pentingnya menjaga kualitas tidur dan makan sebagai gaya hidup sehat.
“Untuk kesehatan yang optimal, penting memilih gaya hidup sehat dengan tidur yang sehat, makan makanan bergizi, dan olahraga secara teratur,” ujar Watson.