“Journal of Alzheimer’s Disease,” Jumat, 08 April 2016, menulis tentang temuan para ahli mengenai resiko pengurangan risiko penyakit Alzheimer hingga lima puluh persen asal Anda rutin beraktivitas fisik–termasuk berjalan, berdansa, bahkan berkebun.
“Sedikit pergerakan bisa membuat perbedaan yang berarti berkaitan dengan Alzheimer,” tulis jurnal Alzheimer itu.
“ Secara keseluruhan kebiasaan ini dapat meningkatkan kemampuan otak secara berkelanjutan,” kesimpulan para ahli.
Stdi ini meneliti ratusan partisipan selama periode lebih dari tiga puluh tahun dan menyelesaikan uji ingatan membujur dari para pasien.
Mereka yang diuji rata-rata berusia tujuh puluh delapan tahun, dan mereka dipindai otaknya dengan menggunakan metode MRI.
Para partisipan juga ditugaskan untuk melaporkan aktivitas fisik mereka dan mencatat pembakaran kalori mereka setiap minggunya.
Hasilnya, peningkatan kecil dalam aktivitas fisik berkaitan langsung dengan peningkatan volume otak dan penurunan risiko Alzheimer.
“Ini adalah studi pertama yang bisa kita hubungkan antara manfaat yang bisa diprediksi dari beberapa aktivitas fisik dengan pengurangan risiko Alzheimer melalui hubungan spesifik dengan volume otak dalam sampel yang besar,” ujar Cyrus A Raji, MD, PhD, penggagas studi tersebut.
Sebagaimana yang dilaporkan oleh partisipan, rutinitas berkebun yang biasa-biasa saja punya kemampuan untuk membantu mengurangi risiko pembentukan gangguan kelainan otak.
Nancy Ondra, seorang penggiat berkebun dan penulis buku Perennial Matchmaker, mengatakan hal yang sama mengenai nilai dari hobinya tersebut bahwa berkebun mempunyai bukan hanya manfaat secara fisik, tapi juga menyehatkan pikiran
“Sebagian alasan saya melakukannya adalah karena hal tersebut tidak pernah membosankan,” ujar Ondra.
“Bahkan jika Anda menumbuhkan tumbuhan yang sama dan melakukan hal yang sama pada tumbuhan tersebut setiap tahun, mereka selalu tumbuh dengan cara yang berbeda karena faktor cuaca dan faktor lainnya.”
“ Dan, selalu ada tumbuhan baru untuk dicoba, kombinasi baru untuk eksperimen Anda, dan banyak lagi.”
Hingga kini, ilmu pengetahuan belum dapat mengetahui secara pasti bagaimana cara untuk menjaga otak agar dapat terbebas dari gumpalan protein yang kusut.
Hal ini sendiri sangat erat hubungannya dengan penyakit Alzheimer yang dapat menjangkit seseorang.
Namun kabar baiknya, masih ada banyak cara sederhana yang dapat dilakukan untuk membuat otak kamu dapat berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi serta untuk jangka waktu yang lama agar terhindar dari Alzheimer.
Hal tersebut diungkapkan oleh seorang profesor psikiatri dan ahli Alzheimer di University of Pittsburgh School of Medicine.
Sangatlah penting untuk mempertajam pikiran pada otak yang kita miliki, karena hal tersebut terbukti mampu melindungi otak untuk tetap muda dan memperkecil kemungkinan untuk terjangkit Alzheimer.
Selain itu, ada beberapa perubahan gaya hidup yang harus dilakukan untuk menjaga otak yang kita miliki tetap sehat dan terlindungi.
Satu-satunya cara yang diketahui oleh para peneliti saat ini adalah meningkatkan kinerja otak merupakan cara sederhana yang dapat kita lakukan untuk menjaga otak dari kemungkinan terjangkit Alzheimer.
Penelitian demi penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat melindungi sel-sel otak yang kita miliki, kata Dr Paul B. Rosenberg, seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Johns Hopkins University School of Medicine.
“Sepertinya latihan aerobik lebih baik dari latihan non-aerobik,” kata Rosenberg.
Mereka menemukan bahwa pada orang-orang yang melakukan aerobik atau peregangan tersebut, hippocampus mereka benar-benar tumbuh, sementara di orang-orang menetap hippocampus menyusut.”
Hippocampus merupakan bagian dari sistem otak yang memerintah banyak fungsi tubuh kita atau populernya disebut sistem limbik, yang terletak di lobus temporal medial otak.
Sebuah studi lainnya yang diterbitkan di Neurology, menemukan bahwa memori manusia itu akan semakin meningkat bila manusia tersebut sering membaca dan menulis.
Hal ini diketahui ketika peneliti melakukan otopsi pada peserta yang meninggal selama penelitian pengujian kemampuan kognitif, didapati hasil penelitian bahwa sering membaca dan menulis tidak ada dampak pada patologi otak, hanya berdampak pada kinerja otak.
Penelitian telah menunjukkan bahwa diabetes dapat mempercepat penurunan kognitif.
Sebuah laporan terbaru yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine menemukan bahwa orang dengan diabetes atau bahkan pra-diabetes lebih mungkin mengalami penurunan kognitif dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar gula darah yang sehat.
Hal ini terutama berlaku jika Anda seorang peminum alkohol berat dan berjenis kelamin laki-laki.
Studi Neurology menemukan bahwa pria paruh baya yang mengonsumsi lebih dari dua setengah gelas alkohol dalam sehari, akan kehilangan memori mereka secara pesat yaitu hampir enam tahun.
Studi yang dilakukan telah melihat apa yang disebut super Age, yaitu orang yang memiliki tingkat kognitif yang tetap tajam dan baik meski mereka sudah memasuki usia tua.
Orang-orang yang memiliki tingkat kognitif baik meski memasuki usia tua ini memiliki satu faktor kesamaan, kata Sandra Weintraub, seorang profesor neurologi, psikiatri dan psikologi dan neuropsikolog di Northwestern University Neurologi kognitif dan Alzheimer Disease Center.
Yakni mereka tetap menjaga diri mereka untuk tetap sibuk setiap harinya, hal ini terbukti dapat menghindarkan otak dari kemungkinan Alzheimer.
Beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa melukis, merajut dan kegiatan lain yang mengharuskan otak untuk tetap fokus dan sibuk terbukti mampu membantu melindungi memori otak seseorang.
Sebuah studi lain yang diterbitkan awal tahun ini menemukan bahwa diet Mediterania tidak hanya mampu melindungi jantung, tetapi dapat melindungi juga otak.
Relawan penelitian yang secara khusus diminta mengonsumsi beberapa sendok makan minyak zaitun setiap harinya, mereka terbukti menjadi lebih baik ketika dievaluasi pada tes kecepatan berpikir.