Menaruh ponsel di saku celana lelaki?
Nah. Ini dia kontroversi yang sudah “berumur panjang” dan menjadi perdebatan ramai dikalangan para ahli kesehatan dan teknologi.
Dari sesi praktis, menyimpan ponsel di saku celana adalah sesuatu yang simple.
Namun, bagi pria, menurut sebuah penelitian terbaru, disarankan menghindari kebiasaan menyimpan ponsel di saku depan celana.
Dalam sejumlah studi, paparan radiasi jangka panjang dari ponsel yang diletakkan dekat alat kelamin pria dapat merusak sperma.
Salah satunya adalah menurunkan jumlah sperma. Ini tentu perlu dihindari pria yang masih ingin menjadi ayah.
Dalam penelitian lainnya, bahkan disebut radiasi ponsel bisa merusak DNA sperma.
Setidaknya ada sepuluh studi yang dikaji dan diteliti seribuan sampel sperma manusia. Akan tetapi, penelitian itu masih menjadi perdebatan.
Sebab, hingga saat ini belum ada yang bisa membuktikan bagaimana paparan radiasi akhirnya dapat merusak kualitas sperma.
Bahaya radiasi ponsel bagi kesehatan sudah sejak lama menjadi perdebatan para ahli. Ada sejumlah bukti yang menungkap bahayanya, walau risikonya sangat kecil.
Dokter Joel Moskowitz, ahli kesehatan masyarakat UC Berkeley, mengatakan, penelitian ini dapat membuka mata dunia mengenai bahaya radiasi ponsel yang saat ini masih terus diteliti.
Pada tahun 2011, radiasi ponsel bahkan masuk daftar yang dicurigai bersifat karsinogen 2B atau dapat menyebabkan kanker oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Meski masih menjadi perdebatan, para ahli menyarankan pria untuk tidak memelihara kebiasaan menyimpan ponsel di saku celana, apalagi membawanya saat tidur. Lebih baik simpan ponsel di dalam tas saja.
Tim peneliti melakukan analisis temuan yang dikumpulkan dari 10 studi tentang dampak paparan ponsel terhadap fertilitas pria.
Dibandingkan dengan pria yang tak sering mengantongi ponsel, pada pria yang hobi menaruh ponsel di saku sekitar lima puluh hingga delapan puluh lima persen dari sel spermanya mengalami abnormalitas untuk bergerak ke depan menuju sel telur.
Menurut studi yang dipublikasi dalam jurnal Environmental International tersebut, efek serupa juga terlihat pada viablitas sperma, atau proporsi sperma yang hidup.
Sementara efek pada konsentrasi sperma belum jelas.
Peneliti mengatakan, kebanyakan orang dewasa di seluruh dunia memiliki ponsel dan sekitar 14 persen pasangan di negara maju maupun berkembang mengalami kesulitan untuk punya anak.
Mereka mencatat, studi sebelumnya menyatakan radiasi elektromagnetik frekuensi radio yang dikeluarkan ponsel dapat merusak sperma.
“Mengingat betapa besarnya skala penggunaan ponsel di seluruh dunia, dampak paparannya perlu diklarifikasi,” ujar ketua penelitian Fiona Mathews, dari departemen biosains di University of Exeter di Inggris.
Ia mengatakan, studi ini secara kuat menunjukkan bahwa paparan radiasi elektromagnetik frekuensi radio dari menaruh ponsel di saku celana dapat berakibat negatif pada kualitas sperma. Menurutnya, ini merupakan peringatan penting bagi pria khususnya terkait kesuburan.
“Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk menentukan implikasi klinis secara keseluruhan pada populasi umum,” ujarnya.
Meski begitu, studi tidak membuktikan hubungan sebab-akibat dari kebiasaan meletakkan ponsel di saku celana dengan kemandulan.
Sekitar dua bulan lalu para peneliti dari Afrika Selatan menemukan pria yang membawa ponselnya di pinggul atau di kantong celana bagian depan memiliki sperma yang lebih lambat dalam berenang dan juga lebih sedikit konsentrasinya.
Keduanya sangat berpengaruh pada kesuburan seorang pria.
Studi teranyar mengenai efek radiasi dilakukan peneliti dari Turki dengan subyek sel sperma manusia di dalam cawan patri yang diberi paparan radiasi ponsel selama satu jam.
Paparan tersebut menyebabkan sperma menjadi abnormal, sehingga kesulitan mencapai sel telur.
“Seharusnya hasil riset ini diwaspadai oleh pria yang masih berada di usia reproduksi dan terbiasa menaruh ponselnya di saku celana,” kata Joel Moskowitz, Ph.D, direktur Universitas California, Berkeley Center for Familiy and Community Health.
Penelitian lain yang dilakukan pada tikus percobaan juga memberi hasil mengkhawatirkan. Para peneliti meletakkan tikus-tikus dalam kandang khusus dengan ponsel ditaruh 2 inci dari dasar kandang.
Setelah berdekatan dengan ponsel enam jam setiap hari selama sedalapan belas minggu, para peneliti menemukan penurunan prosentasi sperma hidup dua puluh lima persen, dari sebelumnya tujuh puluh persen.
Selain itu sel sperma tikus-tikus itu juga saling menempel sehingga tidak bisa membuahi sel telur.
Moskowitz mengatakan hasil penelitian ini belum mencapai kesimpulan karena mekanisme radiasi pada perubahan sel sperma belum diketahui.
Salah satu teori menyebutkan ponsel akan memanas ketika digunakan sehingga akan meningkatkan suhu di sekitar organ genital pria ketika disimpan dalam saku celana.
Hipotesis lain menyatakan hal itu berkaitan dengan frekuensi elektromagnetik yang dipancarkan ponsel.
Baik sel tubuh atau ponsel memancarkan frekuensi elektromagnetik dan radiasi frekuensi yang tinggi akan diserap tubuh hingga ke jaringan sehingga meningkatkan gerakan molekuler di dalam sel tubuh.