Popularitas Snapchat menggoda banyak aplikasi hebat, semacam Facebook maupun Instagram, untuk meniru fitur-fitur yang ditampilkannya.
Tidak hanya meniru, Facebook misalnya, membuat langkah yang lebih maju dengan menawar Snapchat untuk dibeli dengan harga selangit.
Selama ini, tidak lagi menjadi rahasia bahwa Facebook berusaha meniru fitur-fitur Snaphcat untuk diterapkan di layanannya sendiri.
Bahkan Facebook berminat membeli Snow, aplikasi yang selama ini disebut sebagai “Snapchat-nya Asia.”
Dimiliki oleh perusahaaan Naver asal Korea Selatan yang juga merupakan pemilik Line, Snow adalah layanan berbagi foto atau video serupa Snapchat.
Di dalamnya ada berbagai macam filter berbasis augmented reality untuk merekam foto dan video. Pengguna Snow juga bisa melakukan chatting di dalamnya.
Seperti ditulis laman situs TechCrunch, Selasa, 01 November 2016, CEO Facebook Mark Zuckerberg menelepon langsung Chairman Naver, Hae-Jen Lee untuk menawarkan akuisisi Snow.
Namun, tawaran itu kemudian ditolak karena Line berhasil mengumpulkna dana sebesar satu miliar dollar AS dari IPO di Jepang dan Amerika Serikat, bulan Juli lalu. Lee percaya Snow bakal meraih sukses yang sama.
Snow kabarnya juga diminati oleh raksasa teknologi lain seperti WeChat dan Alibaba.
“Memang benar bahwa Snow menerima banyak ‘telepon cinta’ dari berbagai perusahaan,” sebut seorang perwakilan Naver. Facebook sendiri menolak berkomentar.
Snow sejauh ini telah mengumpulkan angka download sebanyak delapan puluh juta dan terus bertambah sekitar 10 juta setiap bulan di toko aplikasi Android.
Akan halnya Snapchat, CEO perusahaan tersebut, Evan Spiegel, dulu pernah menolak tawaran akuisisi senilai tiga miliar dollar dari Zuckerberg.
Setelah akuisisi Snapchat oleh Facebook gagal, jejaring sosial khas warna biru itu getol merilis fitur-fitur serupa Snapchat, seperti Messenger Day dan fitur dalam perekamam video vertikal di Facebook.
Snapchat saat ini dikabarkan sedang bersiap melakukan pelemparan saham perdana tahun depan yang diperikirakan bisa menaikkan nilai pasarnya menjadi dua puluh lima miliar dollar AS.
Fitur terbaru Facebook Messenger bisa disebut sangat mirip dengan Snapchat. Ternyata, bukan kali ini saja Facebook Messenger meniru fitur yang terdapat di Snapchat.
Facebook punya sejarah panjang dalam membuat fitur baru yang “terinspirasi” dari Snapchat. Pada 2012, misalnya, jejaring sosial terbesar di dunia itu meluncurkan Poke.
Seperti Snapchat, pengguna Poke bisa chatting lewat teks, foto, dan video yang tampil sementara sebelum terhapus secara otomatis.
Setelah itu, muncul Facebook Slingshot yang mengkhususkan diri pada foto dan video.
Sayangnya, baik Poke maupun Slingshot tak berhasil menarik pengguna dan perlahan-lahan menghilang dari peredaran.
Facebook sempat berupaya membeli Snapchat seharga tiga miliar dollar AS atau tiga kali lipat nilai Instagram ketika diakuisisi.
Meski sangat menggiurkan, tawaran tersebut justru ditolak oleh pendiri sekaligus CEO Snapchat, Evan Spiegel, yang lebih memilih untuk mengembangkan bisnisnya sendiri ketimbang berada di bawah naungan Facebook.
Semenjak itu, Facebook mulai gencar menambah fitur-fitur baru ala Snapchat ke aplikasi pesan instan Messenger miliknya yang diklaim sudah memiliki 900 juta pengguna.
Yang terbaru, Facebok diduga kuat bakal segera menambah fitur “animated filter” yang mampu mengubah wajah penggunanya dalam video secara real-time
Selain Facebook, CEO Instagram, Kevin Systrom membuat pernyataan mengejutkan mengenai fitur Stories yang baru dikenalkan mereka beberapa waktu lalu.
Dengan blak-blakan, dia mengakui bahwa fitur itu ada karena menyontek Snapchat.
Seperti diketahui, fitur Stories baru saja ditambahkan ke Instagram pada pekan lalu. Pengguna bisa memakainya untuk membagikan slide foto atau video berdurasi sepuluh detik.
Semua slide tersebut akan menghilang setelah berusia satu hari sejak tanggal pertama dibagikan. Seperti halnya Snapchat, Instagram Stories ini juga menyelipkan fitur berupa gambar, teks, emoji dan berbagai filter warna.
“Snapchat seutuhnya pantas mendapatkan pujian ini,” ujar Systrom mengakui kemiripan antara Stories dengan Snapchat, seperti ditulis TechCrunch,.
“Menjadi seorang inovator adalah sesuatu yang mengagumkan. Sebagaimana Instagram patut dipuji karena membawakan filter untuk dipakai penggunanya. Tapi ini bukan tentang siapa yang menemukan sesuatu. Ini soal sebuah format dan bagaimana cara Anda menghadirkannya kembali ke banyak orang dengan gaya Anda sendiri,” imbuhnya.
Systrom juga mengatakan bahwa yang sedang terjadi saat ini adalah setiap perusahaan selalu berusaha mengadopsi format terbaik untuk penggunanya. Dalam hal Instagram, itu adalah aktivasi fitur Stories.
Soal contek mencontek fitur memang sesuatu yang sudah banyak terjadi di ranah teknologi.
Di Facebook ada fitur tanda pagar dan trending topics yang mirip dengan milik Twitter. Sedangkan di Instagram, ada juga fitur yang mirip Twitter, yaitu “@“ dan tanda pagar.
Stories di Instagram tak ubahnya aliran foto dan video kedua yang terpisah dari timeline utama.
Cara mengaksesnya adalah lewat rangkaian avatar berbentuk lingkaran di bagian atas tampilan aplikasi.
Tiap avatar mewakili seorang teman pengguna.
Seperti Snapchat, pengguna Instagram bisa menambah teks dan gambar di foto dalam Stories. Instagram ingin menjadikan stories sebagai timeline kedua yang lebih kasual dan tidak seserius timeline utama.
Seperti Snapchat pula, foto dan video yang diunggah ke Stories di Instagram akan terhapus setelah 24 jam.
“Dengan stories, Anda tak perlu khawatir posting terlalu banyak. Anda bisa berbagi sebanyak mungkin sepanjang hari, dengan cara sekreatif mungkin,” tulis Instagram
Meski bisa dicorat-coret layaknya Snapchat, foto dan video dalam Stories tidak bisa dikomentari atau diberikan “like”.
Aliran konten Stories juga berdiri terpisah, tidak ditampilkan dalam timeline utama ataupun profil pengguna.
Stories akan dihadirkan melalui update aplikasi Instagram untuk Android dan iOS dalam beberapa minggu ke depan.