Kecanduan gula?
Ya, laman situs “pop sugar” menulis semakin Anda gemar mengonsumsi minuman atau makanan tinggi gula, maka semakin tinggi keinginan untuk terus menikmati rasa manis.
Lalu, kalau sudah “kecanduan” gula, bagaimana cara efektif terbebas dari gula berlebih?
Selain meningkatkan risiko obesitas dan diabetes, asupan gula berlebih—melebihi yansg direkomendasikan yaitu lima puluh gram atau empat sendok makan per hari—dapat mempercepat proses penuaan dalam tubuh Anda.
Hasilnya, selain tubuh yang terlihat lebih cepat tua, penyakit berisiko tinggi juga menjadi ancaman bagi para pecinta gula.
Untuk itu, beberapa ahli diet memberikan beberapa solusi untuk terbebas dari kecanduan gula.
“Anda masih dapat memiliki menikmati cokelat atau dessert,” kata ahli gizi Tamara Melton dari Akademi Gizi. Namun, untuk mengurangi kecanduan gula, Anda perlu mengurangi asupan gula sedikit demi sedikit.
Seperti tidak mengonsumsi cokelat setiap hari, melainkan tigahari sekali, lalu dilanjutkan seminggu sekali.
Kurangi juga porsi gula dalam minuman manis, menjadi level delapan puluh persen, lalu menjadi lima puluh persen
Kathie Dolgin, penulis buku Sugar Savvy Solution: Kick Your Sugar Addiction for Life and Get Healthy, mengatakan, Jika Anda berpikir Anda sedang menolak gula, keinginan mengurangi gula akan menjadi sulit, bahkan sangat sulit.
Ada baiknya, ubah kata negatif “menolak gula” atau “sedang diet gula” menjadi sugesti baik, seperti “ingin hidup lebih sehat” atau “ingin terlihat lebih langsing”, sehingga usaha Anda akan berjalan lebih mudah.
Simone Gloger, ahli gizi terdaftar dan ahli gizi Dukan diet, merekomendasikan tiga kali makan kaya protein, seperti daging ayam atau ikan dengan porsi besar, dan dua camilan yang kaya protein, seperti segenggam kacang-kacangan setiap hari untuk membantu Anda melawan ngidam gula.
Ketahuilah bahwa ngidam gula bisa mengindikasikan sesuatu yang lain, yaitu dehidrasi. “Orang-orang dapat mengartikan haus sebagai lapar atau ngidam gula,” kata Kathie.
“Untuk itu Anda perlu mengatasi ngidam gula dengan cara alami, pilih sepotong kecil cokelat hitam atau yoghurt plain.”
Menurut Alissa Rumsey, RD, juru bicara Akademi Nutrisi dan diet, tubuh Anda dan otak akan menggunakan gula alami sebagai bahan bakar utama penghasil energi.
Tanpa gula alami yang ditemukan dalam buah-buahan atau sayuran, kita akan berada pada defisit energi utama.
Sementara sumber gula tambahan dalam makanan atau minuman umumnya berasal dari gula pasir, sirup buatan, maupun madu olahan.
Gula tambahan biasanya ditemukan dalam minuman soda, jus kemasan, serta makanan manis dan olahan.
Gula alami yang berasal dari buah, termasuk sayur, di satu sisi memang lebih sehat dari gula tambahan.
Sebab, saat kita memakan buah dan sayur, tak hanya gula yang dikonsumsi, tetapi disertai juga dengan serat.
Hanya saja, bila keduanya dikonsumsi melebihi kebutuhan, gula buah atau gula tambahan efeknya akan sama saja.
“Ketika Anda makan bentuk alami dari gula seperti dalam buah, susu, dan sayuran bertepung, Anda mendapatkan nutrisi tambahan seperti serat dan protein, yang membantu untuk memperlambat kenaikan gula darah,” kata Rumsey.
“Namun, terlalu banyak gula, apa pun jenisnya, baik alami atau tambahan, dapat menyebabkan gula darah meningkat, yang memicu pelepasan insulin.”
Karena insulin adalah hormon penyimpanan, maka insulin akan menyimpan kelebihan gula darah sebagai lemak, khususnya lemak perut.
Konsumsi gula berlebih juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes.
Jadi, walau buah menyajikan gula alami, jumlah asupannya tetap harus dibatasi, layaknya gula tambahan.
Asupan buah yang direkomendasikan ialah dua hingga tiga porsi per hari.
Hitungan satu porsinya adalah satu cangkir ukuran sedang atau sekitar satu setengah dari buah jeruk.
Bila Anda sudah makan buah tiga porsi, sebaiknya tidak lagi mengasup gula tambahan.
Apalagi kombinasi antara buah dengan gula tambahan dalam segelas jus, bukannya sehat, justru berpotensi menambah lema
Seperti ditulis laman situsi Medical Daily, ada efek buruk dari konsumsi gula yang berlebihan.
Gula ternyata bersifat adiktif atau bikin ketagihan.
Ketika konsumsi gula, otak akan terangsang untuk melepaskan dopamin sehingga membuat ketagihan.
Dopamin juga biasa diproduksi ketika seseorang konsumsi alkohol dan narkoba.
Dengan begitu, seseorang yang sering makan terlalu banyak gula akan memiliki keinginan lebih untuk makan makanan manis atau tinggi kalori.
Efek gula yang selama ini kita kenal adalah meningkatkan berat badan. Nyatanya, gula juga dapat mempercepat penuaan.
Terlalu banyak konsumsi gula bisa memecah kolagen dan elastin di kulit, sehingga kulit mudah keriput dan mengendur.
Padahal, kolagen dan elastin membantu memerbaiki sel-sel di kulit dan membuat kulit lebih elastis.
Konsumsi tinggi gula dapat mematikan sistem oksitosin anorexigenic di otak, yaitu hormon yang memberikan sinyal bahwa tubuh sudah cukup makan.
Ketika otak tidak melepaskan hormon yang memberi sinyal tersebut, seseorang pun akan terus merasa lapar sehingga makan berlebihan. Hal ini salah satu yang memicu kegemukan.
Adanya brain-derived neurotrophic factor atau bdnf membantu otak untuk belajar dan membentuk ingatan atau memori baru. Nah, gula dapat menurunkan tingkat bdnf.
Ketika tingkat bdnf rendah, kemampuan otak pun bisa menurun, seperti ingatan berkurang dan sulit memelajari hal baru, atau menurunnya kemampuan kognitif.
Mengetahui empat4 efek konsumsi gula berlebihan tersebut, bukan berarti nda harus menghentikan konsumsi gula.
Yang perlu dilakukan adalah mengurangi atau membatasi konsumsi gula dan hindari pemanis buatan.
Kathleen Page, MD, dari Keck Medicine-USC mengatakan, gula juga dibutuhkan sebagai bahan bakar sel-sel di seluruh tubuh, termasuk di otak